9 Tips Menjadi Orangtua Yang Lebih Bahagia

Parenting / 22 September 2010

Kalangan Sendiri

9 Tips Menjadi Orangtua Yang Lebih Bahagia

Lestari99 Official Writer
2791

Salah satu dari Dua Belas Perintah saya adalah “Jadilah terang” dan saya memiliki banyak resolusi untuk menjadi orangtua yang ‘bercahaya’: tidak cerewet dan lebih banyak tertawa. Kita semua menginginkan kedamaian, keceriaan, dan suasana penuh kegembiraan di rumah – tetapi kita tidak bisa sampai di sana dengan berteriak atau menjadi orangtua yang cerewet. Berikut ini adalah beberapa strategi yang dapat membantu Anda:

1. Paling tidak sekali dalam sehari, buatlah setiap anak Anda tertawa sampai mereka tak bisa menghentikannya.

2. Bernyanyi di pagi hari. Sangat sulit bagi kita untuk menyanyi jika suasana hati sedang bersungut-sungut. Namun nyanyian akan membawa nada bahagia bagi setiap anggota keluarga – terutama dalam kasus saya, karena saya buta nada dan mereka yang mendengarkan saya menyanyi akan menemukan sumber keriangan yang besar.

3. Pastikan Anda cukup tidur. Seringkali kita tergoda untuk tidur larut malam, menikmati kedamaian dan ketenangan. Tapi pagi hari seringkali datang dengan cepat tanpa kita sadari sedangkan di saat yang sama...

4. Bangun sebelum anak-anak Anda bangun. Seringkali kita harus terburu-buru dan sayapun mulai membiasakan diri untuk bangun 1,5 jam lebih awal sebelum anak-anak saya bangun. Dan itu artinya saya bisa mengatur pekerjaan saya, mengecek email, update status dan menyiapkan perlengkapan kerja saya sebelum mereka bangun. Memang bukan hal yang mudah untuk bangun lebih pagi, namun hal itu dapat membawa perbedaan yang besar dalam kualitas pagi kita.

5. Saya telah meneliti gaya hidup bersenang-senang: orang cenderung cepat beradaptasi dengan kesenangan maupun kemewahan baru, sehingga dibutuhkan kesenangan baru lainnya untuk memuaskan mereka. Menyadari hal ini, saya mengurangi kebiasaan dan dorongan untuk membeli sesuatu bagi anak-anak saya. Es krim, sandwich maupun cemilan lainnya tidak akan menjadi sesuatu yang menarik jika itu bukanlah sesuatu yang langka.

6. Kebanyakan perintah kita kepada anak-anak adalah kata negatif, seperti “stop”, “jangan”, “tidak”. Jadi, sayapun mencoba untuk menyampaikan jawaban saya dengan “ya”! “Ya, kita akan pergi segera setelah kamu selesai makan” dan bukannya “Tidak, kita tidak akan pergi kemana-mana sampai kamu selesai makan”. Bukan hal yang mudah untuk membiasakan hal ini namun saya terus mencobanya.

7. Mencari hal kecil untuk dirayakan. Saya pernah meliburkan saat sarapan bersama dan hal itu ternyata membawa kebahagiaan besar kepada mereka. Anak-anak pun saling berteriak kesenang dan setiap orang dapat merasakan sukacita mereka.

8. Katakan “tidak” hanya ketika benar-benar penting. Mengenakan kemeja merah cerah dengan celana pendek oranye terang? Tentu saja. Menuangkan air ke dalam mainan seperangkat alat minum teh? Okay. Tidur dengan kepala di bagian kaki tempat tidur? Tidak masalah.

9. Ketika saya menemukan diri saya berpikir, “Horeeee, sebentar lagi saya tidak perlu berurusan dengan kereta bayi”, justru mengingatkan saya betapa singkatnya waktu ini. Hari-hari memang panjang, tapi tahun-tahun akan berlalu dengan singkat.

Apakah Anda telah menemukan strategi baik lainnya untuk mengurangi teriakan dan menambah saat-saat tertawa bersama, bernyanyi bersama, dan berkata “ya”?

Sumber : shine
Halaman :
1

Ikuti Kami