Dampak dari Peraturan Gereja Tentang Pernikahan di Mesir I

Internasional / 16 September 2010

Kalangan Sendiri

Dampak dari Peraturan Gereja Tentang Pernikahan di Mesir I

Lois Official Writer
4072

Di Alexandria, Mesir ada sepasang suami istri yang melakukan rekonsiliasi dalam pernikahan mereka. Ketika Irini Ibrahim, seorang wanita muda Kristen Coptic mengajukan perceraian, orangtuanya langsung menolak usulan tersebut, mengingatkan dia bahwa “Apa yang sudah dipersatukan oleh Tuhan, tidak bisa diceraikan manusia.”

Jadi wanita yang berumur 25 tahun ini mengikuti sesi rekonsiliasi dengan suaminya, Rizk Kands, dipimpin oleh seorang pendeta. Di bulan April lalu, pendeta tersebut membaptis mereka dengan minyak suci dan mengumumkan bahwa hubungan mereka pulih.

Beberapa jam kemudian, tubuh Irini Ibramin ditemukan babak belur di sebuah hotel di Alexandria, hotel tempat mereka menginap saat bulan madu kedua tersebut. Kands yang berkebangsaan Mesir tapi menjadi warga negara Amerika, terbang ke Amerika, diperkarakan oleh jaksa Alexandria atas tuduhan mencekik istrinya setelah membantingnya ke tembok dan toilet. Sidangnya akan dilakukan pada tanggal 21 September nanti.

Kasus ini tentu saja menggemparkan umat Kristen Coptic, tapi tetap tidak mengubah ketetapan dalam perceraian. Bagi mereka, membicarakan perceraian adalah hal yang tabu untuk dilakukan, seberapa buruknya pernikahan itu. Umat Kristen Coptic di Mesir terdiri dari sekitar 10 persen dari 80 juta penduduknya. Umat Islam di Mesir sendiri telah berkembang pesat selama tiga decade ini, jadi Kristen di sana termasuk golongan minoritas.

Hukum gereja menetapkan ada tiga sebab yang memperbolehkan pasangan bercerai : kekerasan dalam rumah tangga, salah satu pasangan mengubah keyakinan agama mereka, atau mengubah denominasi mereka. Akibatnya, ada banyak pasangan yang beralih ke Katolik (jika mereka seorang Protestan) atau Protestan (jika mereka seorang Katolik) agar bisa keluar dari pernikahan yang tidak bahagia, bahkan mereka beralih ke agama lainnya, khususnya Islam.

Gara-gara sebuah pernikahan yang gagal, banyak umat Kristen di Mesir yang berpindah agama. Umat Kristen yang berjumlah sekitar 8 juta orang di Mesir tersebut otomatis akan semakin berkurang. Namun di sisi lain, tentu saja bagi kita umat Kristen, kita tidak melakukan perceraian, karena pernikahan satu kali untuk seumur hidup. Lantas, harus bagaimana?

Sumber : washingtontimes/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami