Pengadilan Inggris Memihak Kalangan Gay Daripada Umat Kristen?

Internasional / 20 December 2009

Kalangan Sendiri

Pengadilan Inggris Memihak Kalangan Gay Daripada Umat Kristen?

Budhi Marpaung Official Writer
4463

Pengadilan Banding London menolak gugatan seorang wanita Kristen berprofesi sebagai pencatat di dewan kota yang tidak mau melayani pencatatan acara persatuan pasangan sesama jenis terhadap dewan kota, tempatnya bekerja selama ini. Dalam keterangan kepada pihat wartawan, ia melakukan hal itu karena perayaan acara sesama jenis bertentangan dengan prinsip agama Kristiani yang dipegangnya selama ini.

Lillian Ladele mengaku bahwa ia mengalami diskriminasi, termasuk diejek dan diganggu, saat bekerja untuk Dewan Kota Islington. Ladele telah bekerja di dewan selama hampir 16 tahun, tetapi tidak pernah mengalami diskriminasi sampai hari dimana ia menolak mencatatkan acara yang digelar persatuan pasangan sesama jenis.

Pengacara Ladele mengatakan bahwa ia tak pernah ingin merusak hak-hak anggota masyarakat lesbian, gay, biseksual atau transeksual. Tapi hukum hak asasi manusia tidak hanya melindungi anggota komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transeksual), tetapi juga hak rakyat yang memegang teguh pandangan tentang perkawinan.

Ladele mengatakan dia dasarnya dipaksa untuk memilih antara keyakinan agama dan gaji yang diterimanya selama setahun yakni sebesar $ 50,000,-.

"Keputusan Pengadilan Banding adalah kemunduran lain untuk percaya kepada Alkitab Kristen," kata Andrea Minichiello Williams, Director of U.K.-based Christian Concern for our Nation, dalam sebuah pernyataannya. "Jika seperti ini hukum-hukum yang mengikutinya akan semakin sulit bagi orang Kristen berpartisipasi penuh dalam kehidupan publik tanpa bertentangan dengan hati nurani mereka."

Sebelum hasil keputusan ini keluar, Majelis Ketenagakerjaan negara tersebut sebenarnya telah memberitahukan Ladele ketika sidang pertama digelar pada Juli 2008. Majelis menemukan bahwa dewan kota gagal untuk menghormati hak-hak karyawannya yang berkeyakinan Kristen. Selain itu, majelis berkata bahwa dewan kota bisa memiliki pencatat lainnya yang tidak memegang kepercayaan yang sama untuk menyediakan pelayanan "kelas nomor satu" kepada pasangan seks sesama jenis tanpa keterlibatan Ladele.

Dewan "menempatkan nilai yang lebih besar pada hak-hak para lesbian, gay, biseksual dan waria daripada hak-hak Ladele sebagai salah satu yang memegang kepercayaan Kristen ortodoks," kata Majelis.

Ketika kasus ini masih bergulir, pihak Majelis Ketenagakerjaan Inggris malah mendukung hasil keputusan dari Pengadilan Banding Inggris dan menganggap apa yang dilakukan oleh Ladele adalah sebuah kesalahan.  

Pada November 2008, satu pengadilan mendakwa seorang penasihat perkawinan Kristen yang menolak memberikan terapi seks untuk pasangan gay. Pengacara Gary McFarlane yang melakukan hal itu mengatakan ia percaya Alkitab mengajarkan praktek seksual sesama jenis merupakan hal yang tidak bermoral dan secara pribadi ia tidak bisa mendukung hubungan tersebut. Dia tidak keberatan jika ada pembimbing lain memberikan nasihat bagi pasangan tersebut.

Namun, pimpinan lembaga hukum dimana McFarlane bekerja akhirnya memecatnya pada awal tahun 2009 karena pandangan keagamaan mengenai homoseksualitas dan penolakannya untuk memberikan layanan kepada pasangan berjenis kelamin sama.

Kejadian yang dialami oleh Ladele dan McFarlane bukanlah hal yang pertama kali terjadi di dunia ini. Ketidakadilan terkadang harus diterima pengikut Kristus demi mempertahankan imannya. Namun, yakin percayalah ketika kita tetap setia dalam pengiringan kepada Kristus, ada mahkota yang luar biasa tersedia bagi setiap kita ketika Dia datang kali kedua menjemput umat-Nya.

Sumber : christianpost.com/bm
Halaman :
1

Ikuti Kami