Lima Pendeta Gereja Rumah Di China Dijebloskan Dalam Penjara

Internasional / 3 December 2009

Kalangan Sendiri

Lima Pendeta Gereja Rumah Di China Dijebloskan Dalam Penjara

Daniel Official Writer
4118

Lima Pendeta ditangkap tanpa surat perintah di Propinsi Shanxi, China pada saat mereka melakukan perjalanan ke Beijing untuk mengadukan penyerangan dan pembongkaran gereja mereka. Mereka telah dijatuhi hukuman penjara selama 3 sampai 7 tahun. Ini merupakan salah satu tindakan opresif untuk menentang umat Kristen selama beberapa tahun ini. Yang Rongli, seorang wanita pemimpin gereja rumah, dimasukan dalam penjara selama 7 tahun dengan dakwaan " menduduki lahan pertanian secara illegal" dan "mengganggu ketertiban umum karena mengumpulkan massa" berdasarkan China Aid Association (CAA). Dia dan 4 orang pendeta divonis pada 25 November 2009 oleh Pengadilan Rakyat Distrik Raodu, Kota Linfen, Propinsi Shanxi.

Pendeta Yang Rongli dan suaminya, Wang Xiaoguang, masing-masing dijatuhi hukuman 7 tahun dan 3 tahun penjara. Cui Jiaxing selama 4,5 tahun, Yang Yuan selama 3,5 tahun dan Zhang Huamei selama 4 tahun, demikian diungkapkan China Aid Association.

Hari Minggu(13/09), tengah malam sekitar 400 polisi berseragam dan warga sipil membawa sekop, tongkat, batu bata, besi kait dan senjata telah menyerang anggota gereja yang sedang tidur di dekat bangunan pabrik sepatu, yang hampir selesai dibangun, yang digunakan sebagai tempat ibadah. Pada kejadian ini puluhan umat Kristen menderitan luka paran dan orang lainnyaSehingga pada hari Senin,(14/09) lima pendeta yang memimpin perlawanan dijatuhi hukuman 2 tahun di kamp kerja paksa. Di antara mereka adalah Yang Caizhen, istri pendeta Yang Yuan.

"Menghukum pemimpin gereja rumah dengan 7 tahun penjara adalah pernyataan yang sangat serius sejak tahun 2004", kata Presiden CAA Bob Fu dalam jumpa pers. "Kami sangat mengutuk kalimat-kalimat tidak adil ini, yang didasarkan pada tuduhan yang dibuat-buat." Persidangan tersebut adalah lelucon, Fu mengatakan, kasus ini dengan jelas menunjukkan memburuknya keadaan kebebasan beragama di Cina dan menyerukan masyarakat Internasional, termasuk pemerintah AS, untuk memperhatikannya.

Pendeta Yang dan Wang sempat berbicara dengan anak mereka, mereka mendorong anaknya untuk tetap kuat mempertahankan imannya dalam Tuhan Yesus, demikian diungkapkan Fu. Kedua pendeta ini adalah pemimpin gereja Fushan, salah satu bagian dari 50.000 gereja rumah yang kuat di Linfen dan sekitarnya selama lebih dari 30 tahun.

Kerajaan Allah sedang melanda China. Meskipun orang Kristen di sana mengalami penganiayaan, Injil kerajaan sedang menjamah jutaan jiwa sehingga mereka akan berbalik dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Sumber : charismamag.com
Halaman :
1

Ikuti Kami