Kurang Kasih Sayang Ortu Buatku Terjerat Narkoba

Family / 3 December 2009

Kalangan Sendiri

Kurang Kasih Sayang Ortu Buatku Terjerat Narkoba

Tammy Official Writer
6108
Mama dan ayahnya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Samuel sebagai anak tentu butuh perhatian orang-tuanya, mungkin orang-tuanya sibuk mencari uang toh buat dirinya juga. Tetapi sewaktu ia sekolah dahulu, Samuel tidak berpikir sampai kesitu.

"Jadi jika saya butuh apa-apa, saya tinggal panggil pembantu saya," ujar Samuel.

Perhatian yang tidak didapat orang-tuanya membuat Samuel terpengaruh ke lingkungan yang akhirnya membawanya mengenal narkoba. Semenjak SMP, Samuel sudah mengenal ganja.

Bersama teman-temannya, Samuel pun mengisi kesepiannya dengan bersama-sama mengkonsumsi narkoba dan minuman keras. "Selama tidak ada orang-tua, saya melakukan apa yang menurut saya menyenangkan diri saya," kisah Samuel. Narkoba dan minuman keras menjadi kesenangan yang mengisi kekosongan hidupnya dan menjerat Samuel dengan nafsu birahinya untuk melakukan hubungan seks sedari muda.

Di masa SMA kehidupan Samuel semakin liar dan nakal. Ia biasa memalak teman-teman sekolahnya. Samuel seolah tak peduli dengan masa depannya, ia lebih menikmati narkoba dan minuman keras. Suatu ketika, ia membolos bersama teman-temannya dan pergi untuk lagi-lagi mengkonsumsi miras tetapi ternyata ketahuan oleh gurunya. Ia pun dipanggil oleh gurunya, tetapi akhirnya Samuel malah melawan gurunya.Samuel Soebowo

Seolah tak peduli dengan apa yang terjadi, ia pun mulai berontak dan berani melawan ayahnya. Ia menjadikan hari-harinya terbalik, siang menjadi malam dan malam menjadi siang. Itu dikarenakan kecanduan narkobanya. Ia nyaris dipukul oleh ayahnya, tetapi ia menahan ayahnya dan malah menantang untuk memukul dirinya.

Narkoba dan minuman keras membuat masa depannya tak menentu, hingga keputusan terberat pun harus diambil oleh kedua orang-tuanya. Yakni memindahkan Samuel ke pulau Sumba.

"Saya berpikir Sumba itu jauh dari Jakarta. Sumba itu jauh dari narkoba," ujar Bambang Soebowo, ayah Samuel.

Sementara Samuel sendiri malah berpikir, "Mereka mungkin berpikir jika saya dipindahkan saya menjadi lebih baik, tetapi tidak. Di Sumba dengan pengaruh dari Jakarta, drugs tersebut, putaw tersebut saya bawa ke Sumba. Anak-anak remaja, pemuda-pemudanya di Sumba saya cekokin. Saya kasih mereka semua secara gratis."

Bahkan saat berada di kota Sumba, Samuel menjadi pengedar narkoba. Kota Sumba bagi Samuel bagaikan surga dunia yang memberikan seks tanpa batas. "Saya mendapatkan perempuan disana itu begitu gampang. Saya tahu saya menjadi sombong."

Harapan orang-tua saat Samuel berada di kota Sumba hanyalah kesia-siaan belaka. Samuel pun kembali ke kota Jakarta dan memasuki dunia baru dunia kampus yang bebas. Bahkan dengan mudah, Samuel melakukan transaksi untuk mendapatkan narkoba. Yang membuatnya semakin terikat dengan barang haram itu.

"Pada saat saya di kamar sendiri, saya memakai drugs. Jarum suntik masih berada di tangan saya. Orang-tua atau kakak saya membuka pintu. Akhirnya mereka dobrak," kisah Samuel ketika keluarganya menemukan sedang konsumsi narkoba di kamarnya.

Orang-tuanya pun merasa putus asa, akhirnya Samuel pun dititipkan di panti rehabilitasi. Ketergantungan obat-obatan awalnya membuat Samuel sangat menderita. Namun melewati proses dan waktu, kesembuhan pun mulai terjadi. Hingga suatu peristiwa yang tak pernah dibayangkan terjadi. Kenyataan pahit pun harus diterima oleh orang-tuanya. Samuel mengalami kejadian yang membuatnya lumpuh.

"Hati saya memang sudah hancur semenjak ia terlibat narkotika. Waktu saya melihat dia tidak bisa turun dari kendaraan sewaktu dari rumah rehab, ia dibawa ke rumah sakit. Dan ternyata, ia tidak bisa berjalan, ia lumpuh," kisah ibu Samuel.

Samuel mengalami syaraf otak kanannya yang terinfeksi. Tangannya kaku, tak bisa diluruskan. Bahkan, pada kedua orang-tuanya ia sudah tidak ingat sama sekali.

Keterlibatan Samuel dengan narkoba serta kelumpuhan yang dialaminya membuat luka yang dalam pada keluarga. Hingga adanya berita yang memutuskan harapan mereka. Kakak dari Samuel mendengar pembicaraan dokter bahwa usia Samuel tinggal sepuluh hari lagi.

Mengetahui itu, sang ibu hanya bisa berdoa memohon kemurahan Tuhan.

Ibu Samuel berkisah, "Saya berdoa.. Saya menyebut, ‘Di dalam nama Tuhan yang saya sembah, Yesus Kristus... Saya rebut anak saya... Apabila ia masih ada di dalam cengkeraman si jahat, kuasa dunia, iblis... Saya rebut ia menjadi milik Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus.' Berulang-ulang saya berdoa, saya mencium lantai, saya minta kemurahan Tuhan."

Dan tanpa ibu Samuel sadari, sepuluh hari itu sudah berlalu. "Saat itu ada sesuatu yang menggerakkan saya seraya berkata, ‘ Kamu harus rubah paradigma-mu sekalipun dokter, professor, apapun kata mereka... Tetapi mereka tetap manusia."

Pengharapan dari keluarga bertambah dengan adanya Tuhan menjawab sesuai seruan iman mereka. Mukjizat pun menjadi bagian dari hidup Samuel. Di hari ke-14 Samuel sembuh dari kelumpuhan.

Samuel SoebowoBeberapa hari setelah Samuel pulang dari rumah sakit, Samuel langsung dimasukkan ke tempat rehab. Karena keluarganya tidak mau Samuel terpengaruh dengan lingkungan. Di tempat rehab, Samuel dilatih, dipimpin, dan dituntun dan ia lebih mengenal Tuhan. "Karena Tuhan yang mengkehendaki agar ia masih hidup," ujar ibu Samuel.

"Bahwa yang bisa melepaskan seseorang dari ketergantungan, kebiasaan yang mengikat... Itu bukanlah manusia. Tetapi Tuhan," kisah ayah Samuel.

Pemulihan yang dialaminya membuat Samuel memutuskan untuk melayani Tuhan. "Jika saya melihat keadaan saya saat ini berbeda sekali dengan kehidupan saya yang lama. Di kehidupan saya lama, saya adalah seorang morfinis. Di kehidupan saya yang baru saya adalah anak Tuhan. Jika kita menabur kejahatan, kita akan menuai kejahatan. Jika kita menabur kebaikan, kita akan menuai kebaikan. Karena dia yang memberi, dia juga yang akan mengambil." (Kisah ini ditayangkan 3 Desember 2009 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber Kesaksian:
Samuel Soebowo

Samuel Soebowo

Sumber : V091202111010
Halaman :
1

Ikuti Kami