Jepang Peringati 20 Tahun Kaisar Akihito Naik Tahta

Nasional / 14 November 2009

Kalangan Sendiri

Jepang Peringati 20 Tahun Kaisar Akihito Naik Tahta

Puji Astuti Official Writer
3926

Puluhan ribu simpatisan berbaris di jalan-jalan di Tokyo pada hari Kamis untuk sebuah parade pada ulang tahun ke 20 penobatan Kaisar Akihito. Akihito dalam pesannya mendesak Jepang untuk tidak melupakan pelajaran dari Perang Dunia II.

Para pejabat mengatakan mereka berharap lebih dari 50.000 orang untuk berkumpul di Istana Kekaisaran untuk parade, konser dan aktivitas lainnya yang menandai naik tahtanya Akihito. Akihito dan Perdana Menteri Yukio Hatoyama berpidato dalam  perayaan itu.

Hatoyama kemudian memimpin audience yang hadir bersorak-sorai "Banzai!" - sebuah sorakan tradisional Jepang.

Pada konfrensi pers sebelum penyelenggaraan acara ini, kaisar yang telah berusia 75 tahun ini mengatakan dia dalam keadaan sehat, meski ia telah dirawat karena kanker dan penyakit lain dan tampak lemah.

Ketika ditanya apakah dia punya kekhawatiran untuk masa depan negara, ia mengatakan ia khawatir pada orang-orang muda yang melupakan sejarah mereka.

Akihito mengatakan Jepang tidak boleh melupakan masa lalu - dan terutama pergolakan di tahun-tahun dimana ayahnya masih bertakhta dimana Jepang melakukan invasi dan pendudukan atas beberapa negara tetangga.

"Apa yang paling membuatku khawatir adalah bahwa sejarah masa lalu perlahan-lahan akan dilupakan," katanya. "Masa pemerintahan ayah saya dimulai pada waktu yang sangat sulit," katanya, seraya menambahkan bahwa Jepang menginvasi Manchuria enam tahun setelah Kaisar Hirohito naik Takhta Krisan. "Ada banyak pelajaran yang dapat kita pelajari dari 60-an tahun masa pemerintahannya."

"Dia sangat tahu pentingnya perdamaian," kata Akihito.

Akihito naik tahta setelah kematian ayahnya pada 7 Januari 1989, tapi tidak diresmikan sampai akhir tahun 1989 karena negara itu secara resmi berkabung.

Jepang sering dikritik oleh negara tetangganya - yang menanggung akibat dari kolonialisme Jepang - untuk mengaburkan peran negara tersebut dalam Perang Dunia II dalam buku pelajaran sekolah. Meskipun Akihito telah mengunjungi Cina, ia belum melakukan perjalanan ke Korea Selatan, terutama karena permusuhan yang melekat dari perang dunia II itu.

Sampai Jepang menyerah pada tahun 1945, Hirohito secara resmi dianggap sebagai dewa hidup dan kesetiaan kepada takhta digunakan untuk menyatukan bangsa pada saat perang, meskipun sejarahwan umumnya sepakat bahwa lebih sering para jenderal, laksamana dan politisi yang membuat keputusan-keputusan penting yang membuat negara itu dalam kondisi hancur.

Selama 20 tahun terakhir, Akihito dan istrinya, Putri Michiko, telah menumbuhkan secara diam-diam peranan mereka sebagai simbol upacara bangsa, sebuah definisi dari monarki Jepang yang dipaksakan oleh para pemimpin militer AS selama menduduki Jepang.

Peran utama Akihito adalah sebagai boneka, memimpin ritual di kuil istana, bertemu pejabat asing dan dalam pelantikan Kabinet baru.

Komentarnya di hadapan publik terkenal hati-hati, menghindari hal-hal yang mungkin memiliki implikasi politik. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di pra-konferensi pers ulang tahunnya, semua pertanyaan diserahkan ke istana sebelum acara konfrensi pers berlangsung, dan ia telah siap dengan jawaban tertulis.

Sumber : Ctv.ca
Halaman :
1

Ikuti Kami