Pelayanan Bagi Korban HIV/AIDS Di Thailand

Internasional / 21 October 2009

Kalangan Sendiri

Pelayanan Bagi Korban HIV/AIDS Di Thailand

Lestari99 Official Writer
3687

Pakdee Kanpanya sedang mengandung anak pertama ketika ia mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV/AIDS. Pakdee tertular virus HIV dari suaminya, seorang pecandu narkoba yang tertular virus ini melalui jarum suntik.

"Saya ingin membunuh suamiku lalu bunuh diri," kenangnya. "Pada masa itu HIV belum dapat diterima oleh masyarakat. Orang-orang menatapku seolah-olah saya adalah seorang wanita gampangan yang tidur dengan semua orang. Saya benar-benar kuatir dengan kondisi anak saya. Dokter mengatakan bayiku bisa saja ikut terinfeksi."

Namun Pakdee mengatakan bahwa suaminya telah berhasil meyakinkan dirinya untuk menerima nasib mereka.

"Dia bilang, ‘Kenapa kita harus bunuh diri? Kamu adalah seorang wanita yang kuat. Saya akan selalu mendampingimu dan bertanggungjawab atas bayi ini. Bagaimanapun juga semua orang pasti akan mati suatu hari nanti jadi biarlah terjadi apa yang harus terjadi'," ujarnya.

Dalam kondisi yang sangat terpuruk, seorang teman membawa Pakdee ke Siam Care Foundation untuk mencari bantuan. Siam Care adalah organisasi Kristen yang melayani orang-orang yang terinfeksi HIV dan juga keluarga mereka.

Direktur Siam Care, Adrienne Lomborg, membagikan bagaimana pelayanan ini membantu para wanita untuk menghadapi peperangan mereka melawan HIV/AIDS.

"Pertama adalah merawat keluarga yang memang sudah terinfeksi virus ini. Ketika kami melihat mereka, kami tidak hanya melihatnya secara fisik atau emosional, tapi hal itu terintegrasi ke dalam diri kita secara rohani," ujarnya.

"Hal kedua yaitu pencegahan," tambah Adrienne. "Kami membentuk grup di desa-desa, daerah-daerah kumuh, dan juga sekolah-sekolah di mana kami mengajarkan tentang HIV."

Para wanita ini juga diajarkan bahwa mereka tetap layak untuk menerima respek dan kebaikan dari suami mereka.

"Wanita Thailand pada umumnya sangat mudah menerima dan memaafkan, tapi saya pikir hal ini justru menutupi hal fatal yang harusnya mereka hindari," ujar Adrienne. "Dalam kebudayaan ini, banyak hal yang menjadi faktor fatal. Apa yang saya inginkan adalah para wanita ini benar-benar menyadari bahwa mereka spesial."

"Mereka diciptakan dalam gambaran Allah," lanjutnya. "Tuhan memiliki sebuah rencana atas hidup mereka. Dan itu adalah sebuah rancangan yang baik, bukan rancangan untuk menjadi sakit ataupun tertindas."

Pakdee adalah salah satu dari 700.000 orang yang tercatat secara resmi hidup dengan HIV/AIDS di Thailand. Prevalensi negara adalah sebesar 1,4 persen, namun menurut data PBB lebih tinggi lagi.

Selama setahun terakhir, tingkat infeksi di antara kalangan remaja meningkat dari 11% menjadi 17%.

"Kalangan remaja hidup semakin bebas," Adrienne menjelaskan. "Para remaja di Thailand aktif secara seksual pada usia 14 tahun."

Pakdee masih tinggal bersama dengan suaminya dan saat ini telah memiliki empat orag anak. Hebatnya, tak satupun dari anak-anaknya yang positif tertular HIV/AIDS. Pakdee percaya hanya Tuhan yang secara ajaib sanggup meloloskan anaknya dari penularan virus ini.

Itulah sebabnya Pakdee membawa keempat anaknya secara teratur ke Siam Care Center agar mereka tahu lebih banyak tentang Tuhan.

13 tahun sudah berlalu semenjak Pakdee didiagnosis terinfeksi HIV/AIDS. Bisa saja ia hidup dengan masa depan yang tidak pasti, tapi dengan iman yang dimilikinya, Pakdee memutuskan untuk menjalani hidupnya dengan maksimal.

"Orang-orang di Siam Care telah membantu saya untuk berjalan di jalan yang benar," ujar Pakdee. "Saya berseru kepada Tuhan dan Tuhan memberikan kehidupan yang baru kepada saya bersama keempat anak saya, dan juga kekuatan untuk melawan penyakit ini dan menjalani kehidupan baru ini."

Sumber : cbn.com / LEP
Halaman :
1

Ikuti Kami