Rolim Adolfo Amaro: Raih Mimpi Dengan Tekad Besar

Entrepreneurship / 16 September 2009

Kalangan Sendiri

Rolim Adolfo Amaro: Raih Mimpi Dengan Tekad Besar

Budhi Marpaung Official Writer
2450

Tidak banyak memang yang mengenal sosok tokoh sukses yang satu ini, bukan hanya karena kematian yang telah menjemputnya, tetapi juga karena sedikit dari tokoh sukses dunia yang menceritakannya. Dan kali ini, kisah sukses seorang Rolim Adolfo Amaro yang akan diangkat.

Masa kecil Rolim Adolfo Amaro dihabiskannya di daerah pedalaman Negara Bagian Sao Paolo, Brasil. Disana ia tinggal bersama keluarganya di dalam sebuah rumah beratapkan jerami, tanpa listrik atau kamar mandi. Pada usia 13 tahun, Rolim terpaksa melepaskan masa belajarnya di sekolah demi bekerja. Tidak banyak pekerjaan yang bisa dipilihnya saat itu, tetapi itu tidak menyurutkan langkah kakinya untuk terus mengumpulkan bagi ia dan keluarganya. Cita-citanya sebagai pilot pun harus dipendamnya beberapa saat.

Empat tahun kemudian, tepatnya ketika dia berusia 17 tahun, Amaro bertekad untuk merealisasikan cita-citanya itu. Berbekal uang dari pekerjaan sambilan di Candatuva Air Club, ia akhirnya mendaftarkan diri ke sekolah pilot. Banyak rintangan yang harus dilewatinya ketika dia mengikuti sekolah untuk penerbang ini, bahkan yang paling parahnya ialah dia harus menjual seluruh harta miliknya agar bisa mengikuti ujian akhir dan dia pun lulus dengan sangat baik dari sekolah tersebut.

Dengan lisensi pilot di tangan, Rolim pergi ke Londrina dan berupaya mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan penerbangan carteran. Ia mendapatkan pekerjaan itu, namun tanpa dibayar. Pengorbanan itu dianggapnya setimpal demi tetap berada di pesawat-pesawat yang begitu dicintainya. Selama ia berada di perusahaan itu, ia menghidupi dirinya dari makanan sisa makanan penumpang. Untuk tidur saja, ia melakukannya di hanggar dengan hanya berselimutkan kertas koran.

Kerja kerasnya selama bertahun-tahun di perusahaan itu pun membuahkan hasil. Dia diangkat menjadi pilot di Marilia Air Taxi (TAM). Namun, pada posisinya yang baru itu pun, ia harus melewati berbagai rintangan. Karena ia adalah pilot terbawah di dalam jadwal. Ia hanya akan mendapatkan kesempatan untuk naik dalam daftar jika klien yang memilihnya secara langsung. Saat itulah ia mendapatkan pelajaran tentang pentingnya seni memikat klien, pelajaran yang akan mengubah hidupnya.

Undangan untuk menjadi pilot di Araguaia membuatnya meninggalkan pekerjaannya dan pindah di kawasan itu bersama keluarganya. Walau rumah yang ditempati ia dan keluarga disana sangat sederhana, itu tidak membuat Amaro mengundurkan niatnya menjadi pilot yang sukses. Dan benar, pengorbanan itupun tidak sia-sia.

Rolim akhirnya mampu membeli pesawat pertamanya dan hanya dalam waktu singkat, ia sudah memiliki armada berjumlah 15 pesawat. Perkembangan pesatnya pun tidak berhenti di situ. Rolim diajak untuk menjadi mitra di TAM dan menduduki posisi manajemen di perusahaan. Inovasi dan visi strategisnya telah menyulap TAM menjadi salah satu perusahaan paling sukses di negeri itu. Sayang, ketika kesuksesan terus meraihnya, kematian menjemputnya.

Pada saat dia berada dalam helikopter yang sedang terbang, pesawat yang ditumpanginya mengalami masalah dan jatuh ke tanah yang menyebabkan dirinya tewas pada saat itu juga. Peristiwa menyedihkan tersebut terjadi pada tahun 2001.

Rolim meninggalkan dunia ini dan TAM dengan sebuah prestasi yang akan terus dikenang oleh orang-orang yang mengenal & pernah bekerja sama dengannya. Salah satu buktinya adalah TAM di tangannya telah mencapai angka 13 juta penumpang yang diangkutnya.

Pada saat Rolim masih hidup dan menjadi salah satu pimpinan di TAM, ada satu aturan bisnis yang sampai sekarang masih diikuti para penerusnya di perusahan tersebut, "Saat mencari kesempurnaan, baik saja tidak cukup".

Kisah sukses Rolim mengingatkan kita bahwa jangan terlalu memikirkan kapan hidup kita akan berakhir, tetapi pikirkan bagaimana memberikan arti bagi sekitarnya. Sungguh menginspirasi..

Sumber : The Trump, Way of 3 Minutes/bm
Halaman :
1

Ikuti Kami