Uang dan Kekayaan Menjemput Penyakit Mematikan Baginya

Family / 25 August 2009

Kalangan Sendiri

Uang dan Kekayaan Menjemput Penyakit Mematikan Baginya

Lestari99 Official Writer
5752

"Aku bertekad ingin menjadi orang yang paling kaya. Tuhan itu mungkin nomor tujuh dalam hidupku, uang nomor satu. Selama hampir 20 tahun aku menghabiskan waktu hanya untuk kerja, kerja dan kerja," ujar Januar membuka kesaksiannya.

Keinginan Januar untuk menjadi kaya bermula dari masa kecilnya yang hidup dari keluarga yang berkekurangan. Ia harus melihat bagaimana ibunya bekerja keras menjual kue agar dirinya bisa tetap sekolah.

"Aku sangat sedih melihat mama harus jualan kue hanya agar anaknya bisa sekolah. Kemudian setelah SMA, aku sangat sedih karena tidak bisa melanjutkan ke bangku kuliah karena ketiadaan biaya padahal nilaiku waktu itu cukup bagus. Karena itulah aku selalu mengatakan pada diriku sendiri, ‘Aku harus kaya, aku harus kaya'," kisah Januar mengenai masa lalunya.

Tekadnya untuk menjadi kaya membuat Januar harus berjuang keras untuk meraih impiannya. Ia terus bekerja dan bekerja tanpa mengenal lelah. Selama hampir 20 tahun Januar menghabiskan waktu untuk bekerja. Hanya uang dan uang saja yang ada di dalam pikirannya. Januar pun semakin larut di dalam dunia kerjanya. Bahkan ia terjerumus ke dalam dunia malam dan minuman keras.

"Ketika aku mulai bekerja di dunia otomotif, di situlah aku mulai mengenal dunia malam. Yang paling kuat aku lakukan saat itu adalah mabuk. Aku menjalani dunia malam selama hampir 19 tahun. Pikiran dan badan ini hanya ada di dunia malam. Selama 19 tahun, separuh dari hidupku ada di dunia malam. Ketika aku sudah masuk di dunia malam itu, aku benar-benar melupakan anak dan istriku. Yang terlihat itu hanya apa yang ada di depanku dan uang. Tidak ada lagi bayangan akan rumah besar atau mobil mewah, pokoknya hanya uang," ujar Januar menceritakan ambisi hidupnya dahulu.

Selama 19 tahun, setiap hari selama belasan jam Januar habiskan untuk bekerja dan bekerja tanpa mengenal waktu. Minuman keras pun seakan sudah mendarah daging dalam hidupnya. Sampai akhirnya Januar harus mengalami kejadian yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

Saat itu Januar sedang bersih-bersih di luar rumah ketika tiba-tiba ia diserang sakit kepala yang luar biasa sakitnya, tak tertahankan. Dengan tergopoh-gopoh Januar berusaha masuk ke dalam rumah sampai akhirnya ia muntah yang bercampur dengan darah berwarna coklat.

Dengan rasa panik, anak dan istrinya membawa Januar ke rumah sakit. Vonis dokter pun memutuskan bahwa Januar harus dioperasi karena mengalami pendarahan di otak. Januar pun menjalani operasi yang bisa dibilang cukup serius.

Setelah menjalani operasi, Januar kehilangan ingatan. Selama 4-6 bulan berikutnya, sepertinya semua memori yang ia miliki dicabut dari kepalanya. Ingatanya benar-benar kosong. Hal paling mengecewakan yang dapat diingatnya adalah ketika ia ingin bermain keyboard. Untuk memegang tuts keyboard pun, tangan kirinya harus dibantu agar dapat diletakkan di atas tuts keyboard. Setiap pagi, saat Januar bangun tidur, hati Januar hanya dipenuhi oleh kekesalan semata. Kenapa ia tidak mati saja sewaktu tidur? Kenapa ia masih hidup dan membuka matanya di pagi hari? Januar benar-benar merasa tidak ada gunanya lagi ia hidup di dunia ini. Apalagi ia hanya menjadi beban bagi orang lain.

Kekecewaan memenuhi hati Januar, namun istrinya dengan sabar selalu setia melayani dan memberi kekuatan kepada Januar. Sampai suatu malam, Januar menyaksikan suatu tayangan program di TV yang memberinya suatu pengharapan yang baru.

"Di Solusi itu ada sebuah cerita dimana narasumbernya itu kehilangan anak, namun akhirnya keluarga itu berkumpul kembali," ujar Januar.

Seakan dibangunkan dari keputusasaannya, Januar mendapat kekuatan dan ikut berdoa bersama host Solusi. Setelah menonton program tersebut, semangat hidup Januar kembali bangkit. Sejak saat itu, Yesus telah mengembalikan semangat hidup Januar. Kondisinya pun kini berangsur-angsur pulih.

"Aku sangat bersukacita karena Tuhan mulai berperan di dalam diri aku. Ada kebahagiaan yang tidak bisa aku katakan. Dulu aku katakan, tanpa uang, hidup itu nonsens, omong kosong. Tapi kalau hari ini aku bisa berkata, tanpa Tuhan, tanpa Yesus campur tangan dalam hidupku, maka hidupku itu nonsens. Dulu aku mati-matian cari uang, ternyata hanya untuk kebahagiaan yang semu, kebahagiaan yang sesaat saja. Kebahagiaan yang abadi itu ketika hati kita mau menerima Yesus jadi Juruselamat kita," ujar Januar menutup kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 25 Agustus 2009 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber kesaksian :
Januar Wijaya
Sumber : V090824093654
Halaman :
1

Ikuti Kami