Maryam & Marzieh: Kami Tak Akan Sangkal Iman Kami

Internasional / 22 August 2009

Kalangan Sendiri

Maryam & Marzieh: Kami Tak Akan Sangkal Iman Kami

Tammy Official Writer
6072
Dalam sebuah sesi dramatis yang terjadi dalam pengadilan revolusioner yang terjadi di Teheran, Maryam Rustampoor (27) dan Marzieh Amirizadeh (30) diperintahkan untuk menarik kembali iman mereka dalam Kristus. Meskipun tekanan besar ditaruh di atas pundak mereka, kedua wanita tersebut mendeklarasikan bahwa mereka tidak akan menyangkal iman mereka. Maryam dan Marzieh awalnya ditangkap pada 5 Maret 2009 dan telah menderita selama di penjara, mengalami permasalahan kesehatan, dikurung terpisah dan diinterogasi berjam-jam selagi matanya ditutup.

Pada hari Sabtu, 8 Agustus 2009 kemarin, Maryam dan Marzieh dipanggil untuk hadir di pengadilan yang diadakan pada hari Minggu, 9 Agustus 2009 untuk mendengar putusan dari kasus mereka. Kepala penginterogasi telah merekomendasikan sebuah putusan yakni ‘kemurtadan.' Bagaimanapun, ketika mereka tiba, tak ada putusan apapun yang diberikan. Malahan, sesi pengadilan berfokus pada deputi penggugat, Mr. Haddad, yang mempertanyakan Maryam dan Marzieh mengenai iman mereka dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka harus menarik kembali baik secara verbal maupun tertulis. Ini membuat semakin jelas bahwa di mata pengadilan, satu-satunya ‘kejahatan' yang dilakukan oleh Maryam dan Marzieh adalah mereka telah menjadi Kristiani.

Mr. Haddah, mempertanyakan kepada kedua wanita tersebut jika mereka adalah seorang Kristiani. "Kami mencintai Yesus," jawab mereka. Ia menanyakan ulang pertanyaannya dan mereka menjawab, "Ya, kami seorang Kristiani."

Mr. Haddad lalu berkata, "Kamu dahulunya seorang Muslim dan sekarang kalian telah menjadi Kristiani."

"Kami lahir di keluarga Muslim, tetapi kami bukanlah seorang Muslim dahulunya," jawab mereka.

Mr. Haddad lalu tetap melanjutkan pertanyaan dan ia bertanya kepada mereka apakah mereka menyesal menjadi seorang Kristiani, dimana mereka menjawab, "Kami tidak memiliki penyesalan apapun."

Lalu ia menyatakan dengan sungguh-sungguh, "Kalian harus menyatakan iman kalian dengan verbal dan juga tertulis." Mereka berdiri tegak dan menjawab, "Kami tak akan menyangkal iman kami."

Maryam Marzieh - IranDalam sebuah momen pertanyaan yang tegang, Maryam dan Marzieh menyatakan referensi dalam iman mereka bahwa Tuhan telah meyakinkan mereka melalui Roh Kudus. Mr. Haddad mengatakan kepada mereka, "Sangatlah tidak mungkin bagi Tuhan untuk berbicara kepad manusia."

Marzieh lalu bertanya kembali kepada mereka, "Apakah Anda mempertanyakan ke-Mahakuasa-an Tuhan?"

Mr. Haddad lalu menjawab, "Anda tidak layak agar Tuhan berbicara kepada Anda."

Marzieh menjawab, "Adalah Tuhan, dan bukan Anda, yang menentukan apakah saya layak atau tidak."

Mr. Haddad mengatakan kepada kedua wanita untuk kembali ke penjara dan berpikir mengenai pilihan-pilihan yang diberikan kepada mereka dan kembali kepadanya ketika mereka siap (untuk menuruti). Maryam dan Marzieh berkata, "Kami sudah memikirkan dan memutuskan keputusan kami."

Di akhir dari sesi, Mr. Haddad mengatakan kepada mereka bahwa seorang hakim akan memberikan putusan untuk mereka, meskipun belumlah jelas siapa yang akan menjadi hakim pada kasus mereka. Ia juga mengijinkan Maryam dan Marzieh untuk memiliki seorang pengacara merepresentasikan mereka dalam kasus ini untuk pertama kalinya semenjak penangkapan mereka.

Selama lima bulan pencobaan mereka, keduanya memiliki kesehatan yang buruk dan berat badan yang menurun. Marzieh sedang dalam keadaan sakit sehubungan dengan permasalahan tulang belakangnya yang masih berlanjut, begitu juga gigi yang terinfeksi dan sakit kepala yang terus-menerus. Ia sangat membutuhkan perhatian medis. Dua bulan lalu pihak penjara mengatakan kepadanya bahwa penjara memiliki peralatan medis yang tepat dan bahwa mereka akan menghampirinya, tetapi sejauh ini belum ada perawatan yang layak yang diberikan.

Di balik usaha terus-menerus dari pihak berkuasa untuk menekan mereka untuk menyangkal iman mereka, Maryam dan Marzieh mencintai Yesus dan mereka tetap berdiri teguh hingga akhirnya tak peduli apapun yang terjadi. Mereka telah mendemonstrasikan cinta mereka pada Yesus dan menawarkan hidup mereka sendiri bagi-Nya jika mereka memang dipanggil untuk itu. Setelah sesi pengadilan pada tersebut mereka berkata, "Jika kami keluar dari penjara kami ingin melakukan dengan terhormat."

Kasus Maryam dan Marzieh sangatlah jelas dan merupakan pelanggaran dari hak-hak kemanusiaan dan kebebasan berkeyakinan oleh pihak penguasa Negeri itu. Mereka layak untuk mendapat dukungan dari semua orang yang menghormati hak-hak kemanusiaan dan dibebaskan tanpa biaya hingga mereka bisa mengejar hidup yang bebas.

Sumber : prayforiran.org
Halaman :
1

Ikuti Kami