Akankah Mega, JK dan Wiranto Tersingkir dari Panggung Politik Indonesia?

Nasional / 10 July 2009

Kalangan Sendiri

Akankah Mega, JK dan Wiranto Tersingkir dari Panggung Politik Indonesia?

Lestari99 Official Writer
3992

Paska Pemilihan Presiden Rabu (8/7), banyak pengamat politik angkat bicara mengenai situasi perpolitikan di Indonesia ke depannya. Salah satunya adalah Profesor Jeffrey Winters, analis politik ekonomi Asia Tenggara dari AS. Beliau mengatakan Pemilihan Presiden 8 Juli 2009 akan "menggusur" Megawati Soekarnoputeri, Jusuf Kalla dan Wiranto dari panggung politik nasional.

"Pilpres 8 Juli tidak hanya mengangkat kembali Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadi Presiden RI periode kedua, tetapi sekaligus juga "menggusur" beberapa figur dari panggung politik di Indonesia," kata Jeffrey dari Universitas Northwestern, Amerika Serikat, Kamis (9/7), kepada ANTARA terkait pelaksanaan Pilpres 2009 di Indonesia.

Menurutnya, korban utama adalah Megawati Soekarnoputri. Megawati mencapai prestasi tertinggi dalam pemilu 1999 saat PDIP mendapat dukungan lebih dari 30 persen rakyat Indonesia. Sejak saat itu nama Megawati terus merosot. Megawati sudah ditolak oleh rakyat berkali-kali, dan sudah saatnya PDI Perjuangan mencari ketua umum baru dan lepas dari pola keturunan-genetik.

"Megawati sudah ditolak oleh rakyat berkali-kali, dan sudah saatnya PDI Perjuangan mencari ketua umum baru dan lepas dari pola keturunan-genetik. Kalau tidak, masa depan PDI Perjuangan sendiri sangat terancam sebagai partai politik," katanya.

Tak kalah dengan Megawati, Jusuf Kalla pun diprediksikan juga menjadi korban yang akan "dimakan hidup-hidup" oleh para petinggi di tubuh Partai Golkar yang ambisius dan kangen berkoalisi dengan pasangan terpilih SBY-Budiono. Karena itu jangan heran kalau Jusuf Kalla bakal "dihilangkan" saja seperti Habibie dan balik ke Makassar untuk menjalani masa pensiunnya.

Masih menurut Jeffreys, kemungkinan besar Wiranto juga akan pensiun dari dunia politik. Yang akan bertahan justru nemesisnya (lawan politik) Prabowo Subianto yang masih relatif muda dan punya dana besar untuk kembali bersaing pada Pemilu Presiden tahun 2014 mendatang.

"Dari sisi proses demokrasi, memang pemilu April dan Juli sangat kacau dan KPU inkompeten. Tetapi yang lebih inkompeten adalah DPR yang memilih anggota KPU tersebut. DPR-lah yang harus mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada rakyat atas proses yang hampir mengalami krisis delegitimasi," kata Jeffrey.

Apapun prediksi mengenai kondisi politik di Indonesia, mari terus doakan masa depan bangsa ini agar tercipta keamanan dan ketentraman yang kondusif di negeri ini.

Sumber : metrotvnews
Halaman :
1

Ikuti Kami