Amadeo Peter Giannini: Bapak Perbankan Modern

Entrepreneurship / 11 June 2009

Kalangan Sendiri

Amadeo Peter Giannini: Bapak Perbankan Modern

Tammy Official Writer
6998
Mungkin terdengar aneh di masa sekarang, dimana banyak bank yang bisa kita temukan di setiap sudut dan para pemberi pinjaman tak putus-putusnya menjajakan pinjaman bunga rendah pada TV dan radio, tetapi dalam putaran abad ke masa lampau, bank-bank hanya tertarik untuk meminjamkan uang kepada orang-orang yang kaya. Faktanya, banyak hal yang dilakukan para nasabah bank sekarang, seperti men-cek akun, menyimpan uang, pinjaman KPR, pinjaman otomotif, dan cicilan kredit lainnya tidaklah ada... setidaknya tidak bagi pekerja. Mereka lebih suka menyimpan tabungan mereka di bawah kasur dan meminjam dari lintah darat dengan pertimbangan astronomis. Tetapi Amadeo Peter "A.P." Giannini mengubah itu semua. Melalui pertimbangannya yang mantap dan fokus yang jarang dimiliki orang lain kepada "wong cilik," Giannini telah membangun pada waktu kematiannya sebuah bank terbesar di negerinya, dan menciptakan sebuah model bagi perbankan internasional modern.

Putra dari imigran Italia yang miskin ini, lahir di San Jose, California, pada 1870. Pada usia 14, ia keluar dari sekolahnya untuk membantu ayah angkatnya berbisnis. Pada usia 19, pemuda penuh pesona yang baik hati ini adalah partner bagi perusahaan yang berkembang, dibangun dengan besar atas reputasinya akan keadilan dan integritas.

Pada 1892, Giannini menikahi Clorinda Cuneo, putrid dari seorang imigran Italia yang kaya raya dari bisnis real estate. Pada masa itu, Giannini memiliki penghasilan dari investasi sekitar $250 per bulan, ditambah dari saham modalnya di firma ayah angkatnya. Ia memutuskan bahwa itu cukup. "Saya tidak menginginkan untuk menjadi kaya," ujarnya. "Tak seorang pria pun yang sebenarnya memiliki kekayaan; kekayaan itu yang menguasai dirinya." Maka ia menjual sahamnya dari bisnis keluarga ke karyawan-karyawannya untuk harga $100,000 dan "pensiun" pada usia tua yang matang yakni usia 31. Tetapi takdir memiliki rencana-rencana lain, dan tanpa diketahui oleh Giannini, karirnya yang sebenarnya baru saja dimulai.

Kurang dari setahun setelah Giannini pensiun, ayah angkatnya meninggal, dan Giannini mengambil alih kursinya di jajaran dewan dari Columbus Savings and Loan Society, sebuah bank kecil di area "Little Italy" North Beach di San Fransisco. Tetapi Giannini dengan cepat menemukan dirinya merasa janggal dengan direktur-direktur lainnya, yang memiliki sedikit ketertarikan untuk meminjamkan uang bagi para imigran pekerja keras. Seperti kebanyakan bank di masa tersebut, Columbus S&L membuat deal hanya dengan pebisnis dan yang kaya. Giannini mencoba dengan keras untuk meyakinkan jajaran dewan bahwa itu akan lebih menguntungkan untuk memberi pinjaman kepada kelas pekerja, dimana ia sendiri mengetahui dari pengalaman pribadinya menjadi pekerja keras dan sangat bisa dipercayai. Tetapi jajaran dewan menutup telinga dengan hal tersebut, maka pengusaha yang tekun ini memutuskan untuk menciptakan jalannya sendiri.

Bank of AmericaPada tahun 1904, Giannini mengumpulkan sejumlah $150,000 dari ayah angkatnya dan 10 temannya, dan membuka Bank of Italy di sebuah bar yang disulap menjadi bank tepat di jalan yang sama dengan Columbus S&L. Itu adalah pertama kalinya berdiri apa yang dikenal pada masa sekarang sebagai bank full-service, memiliki layanan baik tabungan dan akun komersial, selagi juga menawarkan pinjaman-pinjaman kecil. Dari awalnya, Giannini menginginkan bank-nya menjadi "sahabat kecil," dan ia dengan rutin meminjamkan uang pada para petani, pedagang, dan buruh, yang kebanyakan dari mereka adalah imigran. Ia juga mendorong para imigran tersebut untuk memindahkan pinjaman-pinjaman kecil mereka dari bawah kasur ke bank-nya.

Bank of Italy berlanjut bertumbuh dan makmur hingga satu pagi hari pada 18 April 1906, ketika, seperti kebanyakan orang di Bay Area, Giannini terjatuh dari tempat tidurnya sewaktu terjadi gempa bumi Great San Francisco mengubah kota tersebut menjadi puing. Setelah memastikan keselamatan keluarganya, Giannini mengebut ke North Beach dengan truk sayur, tiba di bank-nya hanya sedikit saja lagi api sudah menyapu area pusat kota. Memasuki gedung yang sudah berserakan, ia mengeluarkan emas, koin, dan surat-surat yang total senilai $80.000 ke dalam truk dan, mewaspadai perampok, menutupi semuanya dengan buah-buah dan sayur-sayuran.

Beberapa hati setelah bencana, kebanyakan banker San Fransisco mengingin area bank untuk ditutup hingga segala kerusakan dibereskan. Tetapi Giannini memiliki sebuah rencana berbeda. Ia membuka toko di dermaga dekat North Beach. Dengan sebuah papan kayu yang disangga dua tong sebagai meja, ia menawarkan kredit "langsung berhadapan dan sebuah tanda-tangan" untuk bisnis-bisnis kecil dan setiap orang yang membutuhkan uang untuk membangun hidup mereka kembali. Giannini menjadi seorang pahlawan, dan tindakannya memacu pembangunan kembali kotanya.

Pengalaman Giannini di tahun 1906 tersebut membuatnya menjadi pria yang baru. "Sewaktu dikelilingi api, saya mencoba membuat uang untuk diri saya sendiri. Tetapi api menyembuhkan saya dari pemikiran itu," ingatnya. Ia melihat bagaiamana kekuatan perbankan bisa meningkatkan kehidupan banyak orang dan membuat itu sebagai misi hidupnya. Ia datang dengan sebuah ide sistem Negara bagian dari setiap cabang bank yang bisa membawa sumber moneter bagi komunitas-komunitas yang jauh sekali. "Dengan membuka cabang-cabang, saya melihat lebih jauh lagi kita bisa memberi pelayanan yang lebih baik setiap orang," jelasnya.

Amadeo Peter GianniniPada masa tersebut, tak ada bank lain di Amerika yang memiliki sistem seperti itu, yang kebanyakan dalam bisnis tersebut mencemooh mimpi Giannini sebagai sesuatu yang bodoh. Tetapi pada 1909, Giannini membuka cabang pertamanya yang bukan di perkotaan di San Jose, dan pada 1913, ia memperluasnya ke California Selatan. Kurang dari 10 tahun, Bank of Italy telah memiliki 24 cabang di sepanjang California dan menajdi bank terbesar keempat di Negara bagian tersebut. Lalu pada tahun 1928, Giannini mendirikan TransAmerica Corp. untuk bertindak sebagai sebuah perusahaan manajemen untuk perluasan bisnis-bisnisnya, dimana sekarang termasuk industri-industri yang tidak hanya perbankan. Di tahun selanjutnya, ia mengkombinasikan Bank of Italy dengan bank-bank lain yang ia akuisis, dibawah nama Bank of America. Di sekitar akhir tahun 1920an, Bank of America telah menjadi salah satu bank terbesar di Negara tersebut.

Giannini pensiun untuk kedua kalinya pada tahun 1930, yakin bahwa para penerusnya akan membawa semangatnya. Tetapi sepanjang masa Great Depression, manajemen TransAmerica berganti fokus dan mencoba untuk menjual beberapa cabang Bank of America. Merasa dikhianati, Giannini kembali ke Amerika melancarkan perselisihan atas perwalian yang sukses untuk meraih kontrol. Sekali lagi menjalankan show, Giannini dengan sukses menyuntik bank tercintanya sepanjang krisis bank pada Maret 1933 dan melipatgandakan asset-asetnya dalam waktu enam tahun selanjutnya. Pada saat Giannini pensiun sebagai kepala yang aktif di tahun 1945, Bank of America telah menjadi bank terbesar di Amerika Serikat.

Mengejutkannya, ketika Giannini meninggal pada tahun 1949, ia meninggalkan sebuah estate yang relatif kecil hanya sebesar $500.000. Tetapi itu semua murni berdasarkan pilihan. Ia bisa saja menjadi seorang bilyuner, tetapi meremehkan kekayaan yang luar biasa, takut itu akan menyebabkan dirinya kehilangan sentuhan dengan orang-orang yang ingin ia layani. Dalam analisis akhir ini, kebesaran Giannini tidaklah terletak pada uang yang ia tinggalkan, tetapi pada bank yang ia ciptakan - sebuah bank yang telah bertumbuh untuk kepentingan akan cita-cita radikal untuk melayani warga biasa.

Sumber : entrepreneur.com
Halaman :
1

Ikuti Kami