Sebuah Pelajaran Dari Kisah Manohara Pinot

Marriage / 5 June 2009

Kalangan Sendiri

Sebuah Pelajaran Dari Kisah Manohara Pinot

Puji Astuti Official Writer
5503

Saat ini kasus Manohara Odelia Pinot yang diduga mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sedang heboh dan terus bermunculan di berbagai tayangan televisi. Manohara yang lahir pada 28 Februari 1992 ini, pada tahun ini baru genap berumur 17 tahun. Dalam usianya yang begitu belia, yaitu 16 tahun, Manohara harus memasuki pernikahan dipersunting oleh pangeran dari kerajaan Kelantan Tengku Muhammad Fakhry pada 26 Agustus 2008 lalu.

Pernikahan tersebut tidak berjalan dengan mulus seperti yang diharapkan oleh kedua belah pihak orangtua pasangan. Hanya beberapa bulan kemudian, diakhir 2008, Manohara melarikan diri kembali ke Jakarta melalui Singapura.

Sang suami yang tidak ingin kehilangan istrinya yang cantik dan masih belia ini berusaha membujuk dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan memberikan kado sebuah mobil pada ulang tahun Manohara 25 Februari 2009 lalu. Sepertinya hal itu tidak cukup meluluhkan hati Manohara dan ibunya, pangeran dari Negeri Kelantan ini mengajak keduanya untuk umroh ke tanah suci.

Ketika tiba waktunya untuk kembali ke tanah air, tiba-tiba sang pangeran bertindak aneh. Manohara dan sang pangeran menaiki pesawat meninggalkan keluarga Manohara begitu saja.

Sejak itulah mulai sang ibunda Manohara memperjuangkan kembali sang buah hati dengan berbagai cara, hingga akhirnya pada 31 Mei lalu Manohara bisa kembali ke pelukannya.

Dari pengalaman Manohara Pinot ini, banyak hal yang bisa dipelajari, seperti hal-hal berikut :

Pernikahan membutuhkan kedewasaan. Tanpa kedewasaan baik secara emosional, pikiran dan usia, sebuah pernihakan tidak bisa bertahan. Ketika suatu pasangan memasuki pernikahan, hal itu bukanlah seperti yang ada dalam buku-buku dongeng yang berkata, "dan mereka hidup berbahagia selamanya." Pernikahan adalah sebuah awal petualangan baru, dan bukannya sebuah akhir. Dalam perjalanan kehidupan pernikahan tersebut, dua orang yang menjadi satu itu akan saling bergesekan dan dibentuk. Tanpa kedewasaan, maka yang tercipta adalah konflik yang bisa berakhir dengan kekerasan bahkan bisa lebih buruk dari itu.

Harta, kedudukan sosial dan nama besar tidak menjamin kebahagiaan suatu pernikahan. Jika ada yang berpikir bahwa memiliki uang banyak, status sosial yang terpandang ataupun menjadi terkenal bisa membuat sebuah pernikahan dan kehidupan menjadi lebih bahagia, sebaiknya mereka berkaca dari kehidupan Manohara. Semuanya itu tidak membuat bahagia. Kebahagiaan itu muncul dari hati yang penuh kasih, saling pengertian dan dukungan satu sama lain terhadap pasangannya.

Pernikahan dua budaya, seperti Manohara dan Tengku Fakhry butuh waktu untuk saling mengerti satu sama lain. Perlu penyesuaian disana-sini, perlu mempelajari kebiasaan dan budaya satu sama lain. Jika tidak, maka akan mengalami berbagai benturan hanya karena beda budaya dan kebiasaan. Dengan orang sebangsa saja yang berbeda suku kadang masih banyak hal yang perlu di mengerti dan dipelajari, apa lagi dengan dia yang berbeda bangsa bukan?

Pada akhirnya, sebuah pernikahan adalah sesuatu yang sakral, dan sangat penting. Bagi kita orang percaya, pernikahan adalah sebuah perjalanan dengan tiket oneway. Anda tidak bisa berkata bahwa Anda salah memilih pasangan, kemudian berpisah dan mencari pasangan yang baru. Untuk itu, ijinkan Yesus untuk menjadi nahkoda bagi bahtera rumah tangga Anda.

Badai apapun yang terjadi dalam pernikahan Anda, ijinkan Yesus untuk campur tangan. Bawalah dalam doa segala permohonan, beban dan permasalahan Anda, serta mengucap syukurlah dalam segala keadaan, maka mukjizat itu akan terjadi dalam kehidupan pernikahan Anda. Seperti Yesus melakukan mukjizat dalam pesta pernikahan di Kana, Dia juga rindu memberikan hadiah anggur yang manis bagi pernikahan Anda.

Sumber : Berbagai Sumber/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami