Ekspresikan Sikap Positif Secara Konsisten

Marriage / 2 June 2009

Kalangan Sendiri

Ekspresikan Sikap Positif Secara Konsisten

Lestari99 Official Writer
3790

Ketika kuliah di perguruan tinggi, saya berkencan dengan banyak gadis yang berbeda. Akhirnya saya bertemu dangan seorang gadis yang memiliki sifat tertentu yang menarik saya seperti sebuah magnet. Meskipun saya tetap mengadakan kencan dengan gadis-gadis lain, saya menelepon dia hampir setiap hari, menghabiskan waktu selama satu atau dua jam di telepon bersamanya.

Sifat magnetis yang membuat saya terus memburu telepon adalah sikap gadis ini yang positif. Ia senantiasa begitu senang bercakap-cakap, tidak pernah melakukan atau mengatakan hal-hal yang negatif. Sebaliknya, ia senantiasa menguatkan dan bersikap positif. Empat tahun kemudian kami menikah dan hari ini, setelah empat belas tahun menikah, pandangannya yang positif terhadap kehidupan terus menjadi sumber sukacita dan kekuatan. Ia menggunaan kewaspadaannya dan kesadaran yang dimilikinya untuk melihat melampaui hal-hal yang ada di permukaan, dan ia seringkali melihat manfaat yang positif dalam situasi yang kelihatan buruk dan tidak berpengharapan bagi saya.

Bila Anda ingin suami Anda merindukan waktu bersama Anda, maka penting bagi Anda mengembangkan dan mengekspresikan suatu sikap yang positif. Anda mungklin berkata, "Namun seandainya saja kamu kenal suamiku... seandainya kamu tahu apa yang telah aku alami... mustahil bagiku untuk mengembangkan sikap yang positif". Ajukanlah pertanyaan ini kepada diri sendiri:

  • Bagaimana saya bertindak di sekitar tamu-tamu makan malam kami ketika kepala saya terasa sakit?
  • Bagaimana saya bertindak ketika saya tergesa-gesa di toko penjual bahan makanan dan berpapasan dengan seorang teman yang memiliki masalah?

Kita biasanya merasa mudah, atau setidak-tidaknya perlu memiliki suatu sikap positif sewaktu berhadapan dengan teman dan kolega kita. Tidakkah Anda setuju bahwa pasangan kita berhak mendapatkan hal yang sama?

Ketika suami Anda pulang ke rumah dari pekerjaan, hal terburuk yang dapat Anda lakukan adalah menyambutnya dengan komentar yang negatif mengenai sesuatu yang lupa ia lakukan atau suatu bencana yang Anda alami pada hari itu.

Saya tidak mengatakan bahwa Anda tidak boleh membicarakan hal-hal negatif. Namun saya menekankan bahwa ada cara yang tepat dan saat yang tepat untuk membicarakan hal-hal tersebut. Tunggu hingga suami Anda memiliki kesempatan untuk beristirahat atau rumah telah menjadi tenang setelah anak-anak tidur. Bila situasi negatif itu begitu genting sehingga Anda terpaksa mengkonfrontir dia segera setelah ia tiba di rumah, gunakanlah prinsip garam. Sambutan yang negatif harus menjadi pengecualian, bukan kebiasaan. Kedatangan suami Anda di rumah harus disambut dengan suasana sedamai mungkin (kecuali putra Anda baru saja ditangkap atau kantor pajak ingin segera memeriksa pajak penghasilan Anda).

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa orang lebih tertarik pada sesuatu yang negatif daripada sesuatu yang positif? Jawabannya sederhana: sifat alamiah kita cenderung negatif. Tampaknya tidak peduli betapa baiknya sebuah situasi, kita dapat menemukan sesuatu yang negatif di dalamnya. Sebagai contoh, dari sederetan angka-angka berikut ini mana yang paling cepat menarik perhatian Anda?

2+2=4    5+6=11     7+8=17     8+8=16     9+11=20    

Mana dari lima kata di bawah ini yang paling cepat menarik perhatian Anda?

membaca     mencinta     kering     berkembng     cerdas

Perhatikan bahwa mata Anda secara otomatis tertuju pada masalah yang tidak tepat (7+8=17) dan kata yang salah eja (berkembng).

Kita semua cenderung memperhatikan hal-hal yang negatif. Jadi, sebagian besar informasi di surat kabar dan siaran televisi kita berputar di sekitar hal-hal yang negatif. Dan itulah sebabnya mengapa kita semua menyenangi "berita menarik dalam gosip".

Pikiran yang negatif, khususnya mengenai diri kita sendiri, merupakan sebab utama dari pandangan negatif yang menyeluruh terhadap hidup ini. Apa yang kita katakan terhadap diri kita mengenai suatu masalah benar-benar memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap perasaan kita dibandingkan masalah itu sendiri. Kita semua cenderung membombardir diri kita dengan kalimat-kalimat negatif seperti: "Aku tidak ada gunanya", "Aku gagal", "Aku tidak mampu melakukan apapun dengan benar", "Ia tidak menyukaiku", "Pria ini membuatku gila", "Kamu membuat pikiranku kacau", "Aku muak dan letih akan hal i ni". Semua pernyataan singkat dan negatif ini yang berpusat pada sisi yang buruk dari sesuatu, menghasilkan sikap yang negatif. Hasil akhir dari pemikiran yang negatif seumur hidup adalah frustrasi, putus asa dan depresi. Sesungguhnya, seorang psikiater baru-baru ini mengatakan kepada saya bahwa ia percaya dua kata saja cukup untuk membuat seseorang berada di rumah sakit jiwa: "Seandainya saja...".

Sangatlah penting untuk memahami bahwa banyak dari depresi dan rasa putus asa langsung berkaitan dengan pikiran-pikiran yang negatif. Bila pada pukul 9.00 pagi kita mulai berpikir, "Aku tidak ada gunanya" atau "Aku gagal" atau "Ia tidak menyukaiku", kita akan mengalami depresi pada pukul 11.00 pagi.

Perasaan kita mengikuti pikiran atau perbuatan kita. Bila pikiran dan perbuatan kita positif, maka dalam beberapa jam berikutnya perasaan kita akan positif. Alkitab mengajarkan bahwa seperti seorang "yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri, demikianlah ia" (Amsal 23:7).

Sumber : Gary Smalley – Alasan Tersembunyi Mengapa Pria Berperilaku Tertentu
Halaman :
1

Ikuti Kami