Sudan Timur Memanas, Seorang Penginjil AS Berikan Bantuan

Nasional / 8 April 2009

Kalangan Sendiri

Sudan Timur Memanas, Seorang Penginjil AS Berikan Bantuan

Budhi Marpaung Official Writer
4643

Ribuan anak-anak telah menjadi korban dari salah satu kelompok teroris yang paling brutal di seluruh dunia dikenal sebagai Lord's Resistance Army (LRA).

LRA yang dipimpin oleh Joseph Kony, telah meneror rakyat Sudan, Uganda, dan Kongo dengan menggunakan cara membunuh, memotong-motong tubuh dan melecehkan secara seksual korban-korbannya.

Beberapa wanita yang dijadikan sebagai tawanan tentara LRA terlebih dahulu dipotong beberapa bagian tubunya. Namun, bukanlah tentara LRA yang melakukannya, melainkan wanita lain.

Salah seorang wanita, Florence, dipaksa untuk memotong ibu mertuanya Deliciana tangan dengan kapak. Dengan kondisi tangan yang buntung dan berdarah, Deliciana kemudian diperintahkan untuk melakukan hal yang sama terhadap anak perempuan iparnya yang sedang hamil.

"Seorang prajurit LRA berdiri di belakang saya dengan senapan dan dia berkata, 'Jika Anda tidak memotong tangan yang satu ini, Saya akan menembak kamu," kata Florence. "Itu sulit, tapi saya tidak punya pilihan lain. Saya melakukannya untuk menyelamatkan kehidupan kami."

LRA tidak melakukan perbuatan-perbuatan kejam kepada anak-anak yang ada di kota-kota yang didatangi oleh mereka, seperti orang dewasa lainnya. Anak-anak tersebut diculik oleh LRA dan dilatih untuk menjadi seorangi prajurit serta dipaksa untuk melakukan pemberontakan terhadap keluarga mereka sendiri.

Seorang Misionaris Amerika Serikat Melawan Balik

Sepuluh tahun yang lalu, Sam Childers telah menyelamatkan lebih dari seribu anak-anak dari LRA. Sam Childers merupakan salah seorang misionaris dari Amerika Serikat yang melawan aksi kekejaman yang dilakukan LRA.

Sekitar 300 orang dari antara mereka hidup di panti Asuhan di kota Nimule, Sudan.

Kamp tersebut dilindungi oleh tentara angkatan bersenjata Sudan bagian selatan dan disini anak-anak menemukan keamanan, makanan, dan tempat berteduh.

Nyanyian malam dan tarian memperlihatkan perbedaan yang terjadi di dalam kehidupan mereka yang sebenarnya, yakni hidup dalam ketakutan di luar daerah kantong persembunyian tersebut.

Anak-anak yang selamat dari penculikan pihak LRA bukan berarti sudah lepas dari ketakutan, karena mereka masih meninggalkan trauma yang mendalam terhadap kejadian yang menimpa hidup mereka dan keluarga.

Di dalam bukunya "Another Man's War", Childers menceritakan kembali kehidupan lamanya sebagai seorang pengedar narkotika hingga bagaimana dia bisa memberikan hidupnya bagi Yesus.

Sekarang ini, Childers berjuang untuk kehidupan anak-anak yang tinggal di Afrika Timur.

 

Sumber : cbn.com/bm
Halaman :
1

Ikuti Kami