Seorang Ibu Lahirkan Bayi Kembar Tujuh

Serba-Serbi Sehat / 31 December 2008

Kalangan Sendiri

Seorang Ibu Lahirkan Bayi Kembar Tujuh

Lestari99 Official Writer
6232

Bayi kembar tiga, kini sudah dianggap biasa. Tapi kalau bayi kembar tujuh? Nah, ini baru berita menggemparkan. Seorang ibu bernama Ghazala Khamis yang tinggal di kota pantai Iskandariyah, Mesir, telah melahirkan ketujuh anak kembarnya melalui bedah sesar di rumah sakit Al-Shatbi. Sehari setelah melahirkan anak kembarnya, Ghazala mengatakan ingin melihat bayi-bayinya di televisi dan berharap bisa memegang serta memberikan mereka nama.

Ghazala Khamis saat ini sedang mondok di rumah sakit setelah melahirkan sehari sebelumnya. Dia bilang, "Saya sangat cemas dan deg-degan ingin melihat mereka dan tentu saja ingin menyusui beberapa dari mereka."

"Saya melihat mereka di televisi. Mereka begitu lucu dan keren," ujarnya kepada AP dari tempat tidur yang ditempatinya di rumah sakit di wilayah Mediterranean, kota Alexandria. "Saya sedang menunggu untuk bisa memegang, menggendong serta menyusui mereka," ucapnya dengan suara lemah. "Saya tidak tahu apakah saya bisa melakukannya untuk mereka semua. Saya akan coba."

Suaminya dan anggota keluarganya yang lain sedang mencari-cari nama untuk bayi-bayi ini, ujar Khamis. Ayah bayi-bayi ini adalah seorang buruh tani yang menerima bayaran hanya 4 dolar setiap hari di tempatnya bekerja yang diterimanya setiap hari atau kadang-kadang dua kali setiap minggu.

Bedah sesar ini terpaksa dilakukan pada usia kandungan yang masih berusia delapan bulan, akibat terjadi tekanan pada ginjalnya serta pendarahan berat yang ia alami. "Meski sempat menerima transfusi darah, namun kini ibu muda berusia 27 tahun ini berada dalam kondisi baik," ujar Emad Darwish, dokter yang membantu menangani kelahiran tersebut.

Ghazala melahirkan empat bayi laki-laki dan tiga bayi perempuan dengan berat badan antara 1,45 - 2,8 kilogram. Seperti ibunya, kondisi mereka baik-baik saja. Kini seluruh bayi telah ditempatkan di dalam inkubator di empat rumah sakit berbeda yang memiliki fasilitas ruang khusus bayi prematur.

"Ini kehamilan langka. Selama 33 tahun menjalani profesi ini, saya belum pernah menyaksikan yang seperti ini. Bayi-bayi sehat, tapi masih butuh banyak perawatan intensif," ujar Darwish.

Awalnya, untuk mendapatkan kehamilan yang diinginkan, Ghazala dan suaminya, Khamis Khamis menjalankan terapi kesuburan. Terapi yang dijalani sukses. Usia dua bulan kehamilannya, Ghazala baru memeriksakan diri ke dokter. "Dari pemeriksaan awal, saya melihat bahwa tak satu bayi pun memiliki kelainan atau organ yang tak lengkap," kata Darwish.

Ghazala adalah isteri seorang petani dari propinsi Beheria,wilayah Utara propinsi tempat sungai Nil berada. Dan seperti kebanyakan keluarga penduduk pinggiran Mesir lainnya, yang sebelumnya sudah punya tiga anak perempuan, mereka lebih senang mempunyai anak laki-laki daripada perempuan. Ia mengakui hal itu kepada rumah sakit dua bulan lalu.

Darwish mengecam dokter di klinik setempat yang memberi obat penyubur setelah Ghazala tidak mengalami menstruasi selama lima tahun. "Sebenarnya dia (Ghazala) tidak membutuhkan obat itu. Ada obat lain yang lebih sederhana yang bisa diminum," katanya.

Saudara laki-laki Ghazala yang mengikuti perkembangan kasus ini sejak awal menuturkan, saudarinya itu ingin terus melahirkan sampai mendapatkan anak laki-laki. Di pedesaan Mesir, anak laki-laki dianggap lebih berharga ketimbang perempuan.

Menurut Khamish Khamish, keluarga besarnya sangat takjub dengan kehamilan itu. "Sebelumnya kami berpikir soal aborsi, lalu kami sadar itu haram. Jadi biarkan kehendak Allah yang terjadi," katanya.

Pertumbuhan penduduk yang pesat menjadi masalah bagi Mesir saat ini. Berdasarkan sensus, jumlah penduduk Mesir saat ini mencapai 76 juta jiwa. Pemerintah pun telah melancarkan kampanye menahan laju pertumbuhan penduduk. Bahkan Presiden Hosni Mubarak menganggap ledakan penduduk telah menyedot roti bersubsidi yang akhirnya menyusahkan jutaan rakyat miskin.

Dianggap peristiwa langka, Menteri kesehatan Mesir telah mengabarkan bahwa ketujuh bayi tersebut akan memperoleh popok dan susu gratis selama dua tahun dari pemerintah setempat. Meski begitu, keluarga ini masih kuatir mengenai beban keuangan yang mesti dikeluarkan untuk memberi makan da memelihara kesepuluh anak ini.

"Apa yang paling kami butuhkan adalah tempat tinggal. Saya berharap pemerintah akan memberikan kami apartemen," ujar Khamis. "Dengan bantuan Allah, mereka (pemerintah) akan memberikan bantuan itu, tetapi saya pikir, ini bakal tidak mudah," ujarnya lagi.

Sumber : berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami