Rasa Benci Pada Ayah Kejam Yang Berganti Kasih

Family / 22 December 2008

Kalangan Sendiri

Rasa Benci Pada Ayah Kejam Yang Berganti Kasih

agnes.faith Official Writer
4911

Kehidupan masa kecil Ferry dipenuhi dengan kebahagiaan. Suasana harmonis selalu ia rasakan. Canda tawa menjadi bagian keseharian keluarga mereka. Semua terlihat indah. Hingga pada suatu saat ada kejadian yang merubah semuanya. Ayah Ferry berhenti bekerja. Setelah itu, pertengkaran selalu terjadi antara kedua oragtuanya. Sikap ayah Ferry menjadi kejam dan tak terkendali. Suatu hari Ferry melihat ayahnya memukuli ibunya secara kejam. Sejak saat itu Ferry mulai bertanya-tanya apa yang terjadi dengan keluarganya.

Suatu hari sepulang sekolah Ferry dipukuli oleh ayahnya karena adiknya menangis. Ayahnya lagsung menyalahkan Ferry karena tidak bisa menjadi kakak yang baik. Ferry dibawa ke kamar mandi dan dipukuli dengan bamboo sampai bamboo itu patah. Ayah Ferry tidak menghiraukan tangisan and teriakan Ferry karena menahan rasa sakit. Ayahnya tetap memukuli Ferry. Sejak saat itu Ferry mulai merasa kepahitan muncul dalam hatinya. Ia berjanji pada dirinya sendiri, bila ia sudah besar nanti, ia akan membalas semua kejahatan ayahnya ini.

Ayah Ferry dulunya adalah anak yang keras kepala dan suka berkelahi. Ayahnya ingin Ferry tumbuh menjadi anak yang pemberani. Ia mendidiknya secara keras, caranya adalah dengan memukuli Ferry setiap hari bila Ferry tidak menuruti kata-katanya. Ternyata prinsip ayahnya ini justru menggoreskan luka yang dalam di hati Ferry. Ferry menjadi kecewa akan sikap ayahnya.

Ferry merindukan suasana rumah harmonis seperti di rumah teman-temannya yang selalu dipenuhi dengan damai dan sukacita. Tidak seperti di rumahnya yang dipenuhi dengan tangis, kekecewaan, dan pertengkaran. Kerinduan Ferry akan suasana keluarga yang harmonis seperti hilang begitu saja karena pada suatu hari ia mendengar bahwa orangtuanya akan bercerai. Ferry pun merasa tidak diperhatikan.

Masa kecil yang penuhi dengan kekecewaan dan sakit hati membuat Ferry bertumbuh menjadi pemberontak. Rasa dendam yang tak terbalaskan terhadap ayahnya membuat Ferry terjerumus ke dalam narkoba. Ia memakai narkoba sebagai pelarian dari masalah-masalahnya.

Pada suatu hari adik Ferry sedang membersihkan meja, lalu ia menyenggol vas bunga dan akhirnya pecah. Didalam vas itu terdapat obat-obatan milik Ferry. Akhirnya ayahnya mengetahui bahwa Ferry memakai obat-obatan terlarang. Segeracsetelah itu, ayah Ferry mencari Ferry. Ayahnya mendapati Ferry sedang bersama teman-temannya. Ferry pun dibawa ke rumah. Sesampainya dirumah Ferry di interogasi dan dipukuli oleh ayahnya sampai badannya memar-memar. Akhirnya Ferry mengakui semuanya.

Luka dibadannya tak sesakit luka di hatinya. Hal ini membuat Ferry tidak mau lagi menjalani hidup ini. Ferry merasa tidak berarti lagi, tidak ada yang memperhatikannya, hidupnya penuh dengan kehampaan dan kesendirian.

 

Hingga suatu saat sepupu Ferry mengajak Ferry ke persekutuan. Disana Ferry mengalami hal yang luar biasa. Firman Tuhan yang disampaikan hamba Tuhan membuat Ferry tersadar bahwa ia harus mengampuni orangtuanya, terutama ayahnya. Kata-kata itu menusuk ke hatinya. Ferry mengalami pergolakan dihatinya, antara rasa benci yang sudah mengakar dengan kerinduannya untuk mengampuni.

Ternyata tidak mudah untuk mengampuni orang yang sudah menyakiti Ferry. Tetapi pada saat itu Ferry mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk datang kepada Tuhan dan meminta pengampunan dari-Nya. Ia juga meminta kemampuan untuk dapat mengampuni ayahnya. Setelah ia berdoa kepada Tuhan, ia merasa ada kelegaan, sukacita, damai sejahtera, ketenangan dan kemerdekaan yang baru. Akhirnya Ferry dapat mengampuni ayahnya. Sejak saat itu keadaan keluarganya berubah menjadi baik. Ferry pun mulai membangun hubungan yang baik lagi dengan orangtuanya.

Ferry mengucap syukur pada Tuhan Yesus untuk apa yang sudah Tuhan lakukan dalam kehidupannya. Semuanya membawa kebaikan.

(Kesaksian ini ditayangkan 22 Desember 2008 dalam acara Solusi di SCTV).

sumber kesaksian:

Ferry

Sumber : V081217141348
Halaman :
1

Ikuti Kami