Buah Dari Keberanian Yuliasiane Sulistyawati

Entrepreneurship / 18 December 2008

Kalangan Sendiri

Buah Dari Keberanian Yuliasiane Sulistyawati

Tammy Official Writer
6327
Pada 2004, Yuliasiane Sulistyawati memutuskan keluar dari perusahaan tempatnya bekerja, PT Istidata Jakarta. Mengetahui itu, Jason Lim, Presiden Direktur PT Acer Indonesia, mengajaknya bergabung di perusahaannya. Ia tahu bahwa pengalaman Yuliasiane akan sangat bermanfaat bagi Acer. (Istidata adalah perusahaan yang berafiliasi ke Digilan dari Singapura yang memasarkan produk-produk Hewlett-Packard, Apple, dan Linksys di kawasan Asia-Pasifik.) Tetapi Yuliasiane menolak tawaran itu. "Saya tidak mau lagi bekerja sebagai profesional di perusahaan orang lain. Boring. Saya ingin menjadi pengusaha," katanya mantap.

Maka, perempuan 35 tahun itu meminta diberi kesempatan menjadi distributor produk Acer. Jason pun setuju. Buahnya - salah satunya berkat kerja keras PT Pazia Pillar Mercycom (PPM) - kini laptop Acer menjadi yang terlaris di Tanah Air. Dan, bulan silam, Yuliasiane menjadi salah satu penerima penghargaan Most Promising Entrepreneurship Entrepreneurship Awards dari Asia Pacific Entrepreneurship Awards (APEA).

Acer NotebookNamun demikian, sebagaimana dialami banyak pengusaha lain, upaya Yuliasiane tidaklah langsung berjalan mulus. Untuk menjadi pengusaha tangguh, ia mesti melalui jalan terjal.

Pazia Pillar Mercycom yang berasal dari bahasa Ibrani dan berarti "pilar emas yang tidak sombong" didirikan Yuliasiane bersama seorang rekannya dengan modal awal Rp2 miliar, Ternyata, penyandang gelar magister manajemen dari Universitas Pelita Harapan ini tidak langsung diserahi produk unggulan dengan turn over yang tinggi. Mereka harus memulai dengan monitor LCD yang tak banyak dikenal masyarakat.

Yuliasiane tak mudah terintimidasi, Ia sudah terbiasa menghadapi tantangan. Jaringan diler di berbagai kota yang pernah dipeliharanya selama bertahun-tahun bekerja di Istidata kembali dirangkul. Rupanya, berkat hubungan personal yang kuat, para diler itu masih antusias berbisnis dengan Yuliasiane. Masing-masing toko bersedia menampung lima unit LCD untuk dipasarkan. Sementara itu, perempuan ini juga harus membuka channel-channel baru agar penjualan produknya semakin optimal.

Melihat kinerja penjualan LCD sangat baik, pada 2005 Acer memercayakan penjualan produk laptop kepada jaringan PPM. Sebetulnya, banyak perubahan distribusi besar telah menawarkan diri untuk menjadi distributor produk tersebut. Tetapi, rupanya Jason lebih sreg dengan PPM. Perusahaan itu menjadi distributor kedua untuk laptop Acer.

Acer FerrariNamun begitu, ternyata, produk yang hendak didistribusikan melalui PPM (Acer Aspire) kurang memiliki daya saing. Waktu itu, yang diminati masyarakat adalah Acer Ferrari dan TravelMate yang lebih bergengsi.

Berawal dari ide sopirnya untuk membuat event yang mendatangkan banyak orang, Yuliasiane menggagas kompetisi antar-hacker Pazia-Acer National Hacking Competition (PANHAC) 2006. Kompetisi diselenggarakan di sembilan kota besat dan mengundang para mahasiswa sebagai peserta. Tentunya, hadiahnya adalah notebook Aspire. Berkat keberhasilan event ini, pengenalan masyarakat akan Aspire bertambah dan penjualan pun ikut meningkat.

Pada 2007, kinerja PPM benar-benar kinclong. Dari Acer, mereka mendapatkan tiga penghargaan sekaligus: The Best Revenue Contributor, The Best Annual Growth Rate, dan The Best Achiever in Peripheral Category.

Kiat sukses Yuliasiane telah dipupuk sejak ia bekerja mendistribusikan produk-produk HP (1996-2004). Perempuan ini pertama kali masuk Istidata sebagai sales manager. Waktu itu, ia mesti merancang dan menjalankan kiat-kiat pemasaran sendirian karena dijauhi rekan-rekannya yang merasa lebih senior.

Pada 1998, di tengah krisis ekonomi, Istidata ditinggal pemiliknya yang lari ke Singapura karena takut kerusuhan. Perusahaan itu sempat kelimpungan karena nilai mata uang dolar melambung dari Rp2.700 menjadi Rp15.000.

Di tengah badai, jiwa kepemimpinan Yuliasiane muncul. Ia memimpin perusahaan itu layaknya seorang CEO. Efisiensi anggaran, penggajian, sales dan marketing, serta negosiasi dengan para partner ditangani seorang diri. "Saya bersyukur atas tekanan yang saya dapatkan. Dengan kemauan belajar yang tinggi, akhirnya itu bisa saya atasi," ujarnya.

Kini, Yuliasiane mulai menikmati buah dari keberaniannya. PPM bisa berkembang pesat. Ia berencana, dalam beberapa tahun ke depan, PPM akan masuk ke pasar modal. Segala persiapan tengan dilakukan menuju target tersebut. "Meski waktunya belum pasti, saya harus mempersiapkan sejak sekarang agar ada acuan untuk lebih maju," katanya.

Sumber : Majalah Newsweek/Tmy
Halaman :
1

Ikuti Kami