Studi: Kehamilan Remaja Terkait Dengan Selera TV Akan Seks

Internasional / 6 November 2008

Kalangan Sendiri

Studi: Kehamilan Remaja Terkait Dengan Selera TV Akan Seks

Tammy Official Writer
6590
Hasil riset baru mendapatkan tingkat kehamilan lebih tinggi di antara remaja yang menonton banyak acara TV dengan dialog dan perilaku seksual diantara mereka yang memiliki selera tontonan lebih tidak liar.

Studi baru adalah penghubung pertama dengan kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan kehamilan remaja, ujar Anita Chandra, ilmuwan perilaku Rand Corp. Remaja-remaja yang menonton program-program agak cabul menunjukkan dua kali lebih bisa menjadi hamil selama lebih dari tiga tahun dibandingkan yang sedikit menonton program-program seperti itu.

Riset sebelumnya oleh ilmuwan-ilmuwan yang sama menemukan bahwa menonton lebih banyak seks pada TV dapat mempengaruhi remaja-remaja untuk melakukan seks di usia lebih muda.

Pertunjukkan-pertunjukkan yang menunjukkan hanya aspek positif dan perilaku seksual tanpa resiko dapat membawa remaja-remaja untuk memiliki seks tanpa pengaman "sebelum mereka siap untuk memiliki tanggung-jawab dan keputusan-keputusan dengan informasi yang cukup," ujar Chandra.

Studi ini telah dilakukan semenjak tahun 2001 yang melibatkan 2003 remaja pria-wanita berusia 12 hingga 17 tahun yang diwawancarai melalui telepon mengenai kebiasaan menonton mereka. Para remaja tersebut masing-masing diwawancarai dua kali, yang terakhir yaitu pada tahun 2004, dan ditanyakan mengenai kehamilan. Di antara para remaja wanita, 58 orang telah hamil selama follow-up, dan di antara remaja pria, 33 di antaranya mengatakan bahwa mereka telah membuat seorang gadis hamil.

Para partisipan ditanyakan seberapa sering mereka menonton lebih dari 20 TV show yang populer di antara remaja pada saat itu atau yang mana yang ditemukan memiliki lebih banyak konten seksual. Program-program ini termasuk "Sex and the City," "That '70s Show" dan "Friends."

Kehamilan RemajaKehamilan menjadi dua kali lebih biasa bagi mereka yang menonton program-program seperti itu dengan teratur, dibandingkan dengan remaja-remaja yang mengatakan mereka sulit untuk melihatnya. Ada lebih banyak kehamilan yang terjadi pada remaja-remaja lebih tua yang diwawancarai tetapi tingkat kehamilan terlihat konsisten di antara grup umur yang menonton program-program dengan selera agak cabul tersebut.

Chandra mengatakan menonton TV sangat kuat berhubungan dengan kehamilan remaja bahkan ketika factor-faktor lain ditemukan, termasuk kelas, struktur keluarga, tingkat pendidikan keluarga.

Tetapi studi ini tidak mengalamatkan isu-isu lainnya, seperti pengendalian diri, nilai-nilai keluarga dan pendapatan, ditambahkan Elizabeth Schroeder, eksekutif direktur dari Answer, program pendidikan seks remaja yang berbasiskan di Universitas Rutgers.

"Media memang memberikan dampak, tetapi kita tidak tahu sepenuhnya karena ada begitu banyak factor," ujar Schroeder.

Tetapi Bill Albert, Chief Program Officer dari non-profit Kampanye Nasional untuk Mencegah Kehamilan Remaja (National Campaign to Prevent Teen Pregnancy, red), memuji studi ini dan mengatakan "sangat tepat dengan akal sehat."

"Media menolong membentuk naskah sosial bagi remaja-remaja. Banyak orang-tua mengetahuinya. Ini adalah riset yang tepat untuk memastikannya," ujar Albert.

Psikolog David Walsh, presiden dari National Institute on Media and the Family, mengutip data menyarankan hanya 19 persen dari remaja-remaja Amerika mengatakan mereka bisa berbicara terbuka dengan dewasa yang bisa dipercayai mengenai seks. Dengan banyak sekolah tidak memberikan pendidikan seks, itu memberikan tempat bagi media sebagai pendidik seks, ujarnya.

"Bagi seorang anak yang tidak memiliki seseorang untuk berbicara mengenai seks, lalu ia menonton komedi-komedi situasi pada TV dimana seks ditampilkan sebagai ini apa yang orang keren lakukan, hasilnya sudah dapat diketahui," ujar Walsh.

Ia mengatakan pesan bagi para orang-tua untuk berbicara dengan anak-anak mereka mengenai seks dimulai sebelum anak tersebut menjadi remaja. Orang tua juga seharusnya menonton apa yang anak-anak mereka tonton dan menolong menyaring pesan-pesan yang program-program berisi seks kirimkan, ujarnya.

Di tengah media informasi masa sekarang, program televisi memang memberi pengaruh yang sangat dahsyat bagi penontonnya. Membentuk pola pikir dan perilaku, terutama bagi anak-anak dan remaja yang umumnya waktu yang mereka miliki digunakan untuk menonton. Sebenarnya, baik dan buruknya ditentukan oleh konten dari media tersebut. Maka itu demi membentuk pola pikir dan perilaku generasi yang akan datang mari kita dukung program-program televisi yang memiliki nilai-nilai positif dan bahkan pemberitaan Kabar Baik.


Sumber : christianpost.com/Tmy
Halaman :
1

Ikuti Kami