Doa Bapa Kami Dipertanyakan Di Parlemen Australia

Internasional / 28 October 2008

Kalangan Sendiri

Doa Bapa Kami Dipertanyakan Di Parlemen Australia

Tammy Official Writer
6687
Pembicara dari Parlemen Australia memanggil perdebatan publik mengenai apakah pembuatan undang-undang negara harus mengakhiri praktek memulai setiap sesi dengan Doa Bapa Kami.

Para pembuat undang-undang telah memulai setiap harinya Parlemen dengan doa Kristiani lebih dari seabad - sebuah tradisi yang diwariskan dari masa kolonial Inggris ketika masih berkuasa.

Tetapi sekarang beberapa mempertanyakan apakah doa yang diadopsi semenjak Parlemen Australia pada tahun 1901 masih relevan dalam negara yang sekularitas-nya berkembang pesat dan beragam kepercayaan.

Kevin RuddMengesampingkan doa tersebut tampaknya tak dapat dielakkan, meskipun Perdana Menteri Kevin Rudd dan pemimpin oposisi-nya Malcolm Turnbull mengatakan mereka masih menginginkan doa tersebut ada.

Lebih dari 65 persen warga Australia masih teridentifikasi sebagai Kristiani, dan tidak Muslim atau Aborigin di antara 226 pembuat undang-undang federal Australia. Hanya ada dua pembuat UU yang Yahudi, dan keduanya juga adalah anggota pemerintahan.

Pembicara dari House of Representatives Harry Jenkins mengatakan kepada media bahwa para pembuat UU dan anggota public telah berulangkali mengangkat isyu tersebut kepada dia semenjak ia berkantor di bulan Februari lalu.

"Salah satu aspek paling kontroversial dari hari-hari parlemen... adalah doa tersebut," ujar Jenkins seperti dikutip dari Sunday. "Salah satu akhir dari spektrum adalah: Mengapa harus ada doa?"

Ia juga mengatakan sebuah pernyataan bahwa ia "mendapat opini-opini begitu luas mengenai doa pembukaan tersebut" dan itu relevan dengan "Australia modern."

Senator Bob Brown, pemimpin dari Australian Greens, partai oposisi kecil, menginginkan doa tersebut digantikan dengan detik mengheningkan cipta, sementara pembuat UU independen Rob Oakeshott menginginkan setiap harinya untuk memulai dengan pengakuan bahwa Aborigin adalah penduduk asli Australia.

Brown gagal pada tahun 1997 untuk menggantikan doa dengan mengheningkan cipta. Ia mengatakan ia berencana untuk mengajukan 30 detik mengheningkan cipta setelah berdoa, sebagai "detik refleksi" bagi yang tidak ingin berdoa.

Ikebal Pate, presiden dari Australian Federation of Islamic Councils, mengatakan ia tidak keberatan dengan doa tersebut, tetapi mendukung pengajuan Brown lebih inklusif. "Memang seharusnya bisa dicoba dan lebih sedikit generik dan inklusif," ujar Patel.

Aborigin dan kepercayaan-kepercayaan lain seharusnya diakui, ujarnya. "Parlemen tidak seharusnya menjadi klub Kristiani," tambahnya.

Sumber : christianpost.com/Tmy
Halaman :
1

Ikuti Kami