Metsi Nggebu: Nihil Pendidikan Tapi Bekal Pengalaman Dan Imajinasi

Entrepreneurship / 8 October 2008

Kalangan Sendiri

Metsi Nggebu: Nihil Pendidikan Tapi Bekal Pengalaman Dan Imajinasi

Tammy Official Writer
3782
Nihil pendidikan di bidang garmen bukanlah penghalang bagi Metsi Monalisa Sorongan Nggebu. Keberhasilannya menyesaki pasar di Eropa, Amerika Serikat, dan Australia menjadi bukti talentanya.

Canggu, Kuta, Bali memang menjadi home base dari sejumlah industri. Termasuk industri pakaian jadi. Di tempat inilah, istri dari Sontje Sorongan mendirikan usaha garmennya, CV Onna Shop pada 15 September 1998.

Usaha ini dirintisnya dengan tidak kenal lelah. Mulai dari membantu sang kakak yang lebih dulu terjun di industri pembuatan jaket kulit hingga dipercaya sebagai manajer operasional, mewakili kepentingan sebuah perusahaan Brazil di Denpasar.Yang ditanganinya tidak sedikit. Mulai dari penyediaan barang, produksi, mengemas hingga pengiriman produk jadi ke negara di daratan Amerika Latin tersebut. Pada posisi ini Onna, demikian ia disapa, semakin trengginas di dunia garmen. Skill-nya terasah dengan memahami garmen dari hulu hingga hilir. Tanpa merugikan perusahaan ia juga kerap memasok bahan baku.

Pada tahun 1998 di luar pengertiannya, ia memperoleh untung dalam jumlah besar. Padahal waktu itu ia hanya berjualan menghabiskan stok akibat perusahaannya di Brazil bangkrut. Ia sendiri pun terlilit utang. Tetapi penyerahannya kepada Tuhan menyelamatkan. Barang yang dilegonya untuk sekadar menambal utang justru berbalik menguntungkan. Ia memperoleh pesanan dalam jumlah besar dan tentu saja keuntungan yang tidak sedikit.

Dari situlah ia mendirikan CV Onna Shop dengan dibantu 2 orang yang bertugas sebagai tukang celup dan tukang lipat. Lainnya dikerjakan-nya bersama sang suami. Modal yang digunakannya sebesar Rp15 juta. Desember 2001 usahanya berkembang pesat. Lokasi usaha yang tadinya tersebar di 5 tempat disatukannya di sebuah bangunan seluas 270 m2.Ia juga memiliki 25 mesin jahit high speed, mesin obras, mesin overlock, dan mesin overdeck. Jumlah karyawan yang diperkerjakannya sudah mencapai 40 orang, belum termasuk tenaga freelance. Sekarang ia pun mengantungi omzet Rp500 juta per bulan.

MODE DAN MARKET

Persaingan dunia garmen tidak ringan. Dibutuhkan model yang mengena di pasaran. Dituntut imajinasi cemerlang dari perancang untuk menghasilkan produk yang digemari pasar. Onna tentu saja harus menghadapinya. Tanpa pendidikan mode, ia tetap optimis. Referensi dari berbagai pustaka dan media memenuhi meja dan ruang kerjanya. "Kalau saya buat style,saya menempatkan diri sebagai customer. Kalau dari Amerika, saya harus bermimpi jadi orang Amerika. Kalau dari Eropa, saya harus bermimpi jadi orang Eropa. Orang Amerika lebih modern sedangkan Eropa lebih konservatif," jelasnya.

Style setiap negara di Eropa pun berbeda. Warna di Spanyol, mungkin ketinggalan satu sesi dari Prancis atau Italia. Untuk menyiasatinya, Onna kerap memindahkan produknya dari satu negara ke negara lain di Eropa. Produk Onna Shop memiliki kekhasan tersendiri. "Pakaian jadi yang saya buat punya sentuhan casual dengan stelan etnis. Dibuat dengan home made dan ada pengerat serta jelujur," paparnya.

Beberapa produknya yang trend antara lain Thy Day dan Almira. Almira merupakan pakaian dengan bahan kerudung. Ada juga Top Onna yang memakai sentuhan belahan miring dari bahu ke pinggang yang dikombinasi dengan celana panjang. Ia juga menyiapkan model Rum Jungle untuk pasar di Spanyol. Model ini terdiri dari berbagai kombinasi warna. Tetapi didominasi ikat pinggang yang menyatu dengan bahan atas dan bawahan yang berupa rok.

Berbagai cara ditempuh untuk memasarkan produknya. Di antaranya pembukaan outlet di Kuta, Bali dan keikutsertaan dalam berbagai event promosi. Onna Shop juga berulang kali terpilih mengikuti eksebisi ke Amerika Serikat dan Australia mewakili wilayah Bali, NTT, dan NTB. Ia juga tidak kurang rajinnya menghubungi customer melalui email. "Dari situ saya dapat balasan untuk buat order," ujarnya.


Sumber : bahana-magazine.com/Tmy
Halaman :
1

Ikuti Kami