Maraknya Pembunuhan Sadis, Hilangnya Rasa Takut Akan Tuhan

Internasional / 31 August 2008

Kalangan Sendiri

Maraknya Pembunuhan Sadis, Hilangnya Rasa Takut Akan Tuhan

Puji Astuti Official Writer
7376

Belum lama ini, masyarakat dihebohkan oleh berbagai pembunuhan sadis. Menurut data, dalam 6 bulan ini terjadi peningkatan drastis kasus kejahatan dengan pembunuhan. Contohnya, kasus Ryan di Jombang, Jawa Timur yang telah menelan 11 Jiwa, dan juga peristiwa perampokan di Menteng, terhadap keluarga Hutabarat, yang menewaskan suami istri Hamonangan Hutabarat dan seorang pembantu.

Apakah semua pembunuhan yang sering terjadi saat ini menunjukkan adanya degradasi moral di Indonesia? Apakah penyebab fenomena yang mengerikan semua ini?

"Hal ini hanya sekedar kontraksi saja. Saya sebagai akademis cenderung konservatif, dan belum melihat ini sebagai suatu bentuk perubahan yang radikal dalam masyarakat. Tetapi saya melihatnya sebagai co-incident saja, sebuah kebetulan saja." Demikian pendapat Adrianus Meliala, seorang pakar krimonologi UI.

Sedangkan menurut pendapat Pdt.Bigman Sirait, hal ini menjadi suatu fenomena luar biasa karena pengaruh media. "Saya kira dulu juga ada beberapa. Seperti ‘Jack Driver' di Inggris misalnya, dan banyak lagi pembunuh-pembunuh sadis lainnya. Hanya saja media tidak seterbuka sekarang ini."

Apa penyebab maraknya pembunuhan sadis ini?

"Penyebabnya antara lain depresi berkepanjangan yang terjadi di bangsa ini," demikian ungkap Permadi (Paranormal). "Tetapi ini tentu ada campur tangan lain. Dibalik pembunuhan-pembunuhan ini, ada tangan-tangan kotor yang mempengaruhi mereka. Untuk membuat kekacauan disana-sini. Seperti Ryan itu, polisi tidak boleh melihatnya sebagai psikopat. Tetapi harus dilihat lebih lanjut," tambahnya.

Menurut Adrianus Meliala lebih kepada tekanan ekonomi yang terjadi saat ini. Sehingga mendorong manusia menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhannya. Pendapat ini senada dengan yang diungkapkan Pdt. Bigman Sirait.

"Ketegangan-ketegangan hidup yang semakin hari semakin menggila ini membuat manusia cenderung berpikir pendek, ‘Saya yang mati atau dia yang mati.' Akhirnya pembunuhan menjadi mudah terjadi, bahkan dengan alasan-alasan yang sepele."

Lalu, dengan semua kondisi tersebut, dapatkah menekan angka pembunuhan di Indonesia?

 

"Kita tidak bisa menekan pembunuhan menjadi tidak ada sama sekali. Maka yang bisa dilakukan adalah memperkuat fungsi sosial, memperkuat peradilan pidana, dan yang terakhir adalah memperkuat sistem hukum. Agar walaupun masih ada, dapat ditekan seminimal mungkin." Demikian jalan keluar yang diajukan oleh Adrianus.

Tetapi Permadi lebih menitik beratkan kepada pendekatan pribadi dari setiap orang kepada Tuhan. "Orang akan lebih bahagia bila ingat dan waspada. Dalam arti ingat selalu pada Tuhan, dengan menjalankan ajarannya dan menjauhi larangan-Nya."

Sedangkan Pdt.Bigman sendiri, mengarahkan perubahan yang dimulai dari keluarga. "Dengan men-setting ulang seluruh kehidupan rumah tangga. Dan juga membenahi kehidupan anak-anak muda dengan kebenaran. Bukan dengan kegiatan ya, karena hari-hari ini agama banyak menitik beratkan pada kegiatan bukan pada kebenaran. Tetapi kebenaran yang sistematik yang menolong mereka. Jadi ketika mereka menikah, menjadi keluarga yang baik, dan anak-anak mereka dapat menjadi kontribusi yang baik bagi masyarakat."

Kejahatan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Satu-satunya pencegahan yang dapat dilakukan adalah kewaspadaan. Sebagai orang percaya, kebenaran yang harus dipegang teguh adalah bahwa tidak ada sesuatupun yang terjadi tanpa sepengetahuan dan seijin Tuhan. Dan Tuhanlah satu-satunya perlindungan yang aman. Namun setiap orang juga harus waspada, karena kejahatan terjadi bukan hanya karena kebetulan namun juga karena adanya kesempatan.

Sumber : Solusi/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami