ABC Toys

Entrepreneurship / 16 July 2008

Kalangan Sendiri

ABC Toys

Fifi Official Writer
7591
Komitmen saya, separuh dari pekerja ABC Toys adalah kaum difabel," tegas Eka, sang pemilik. ABC Toys adalah produsen Alat Permainan Edukatif (APE) yang berdomisili di Yogyakarta. Maka, tiga dari enam pekerja tetap ABC Toys adalah penyandang tuna grahita alias cacat mental yang kecerdasannya di bawah orang normal. IQ mereka hanya 50-70. Ternyata Tuhan adil. Di balik kelemahan, Tuhan menganugerahkan keunggulan. "Kesetiaan dan ketekunan mereka jauh melebihi orang normal. Mereka sangat jago mengerjakan hal-hal yang sifatnya rutin. Ini sebenarnya menguntungkan pengusaha," jelas Eka yang juga guru di SLB Negeri 2 Yogyakarta.

Bermula Dari Cinta

Berdirinya ABC Toys tak terlepas dari kecintaan Eka terhadap penyandang tuna grahita yang notabene adalah anak didiknya. Suatu hari, Eka diberi tanggung jawab menjadi guru kelas buat dua anak difabel yang sangat kontras; hiperaktif dan pasif. Ia merasa tertantang, bagaimana memadukan kemampuan dua anak yang berlawanan itu. Eka pun iseng-iseng membuat puzzle dari kayu yang dicat warna-warni. Permainan itu ia bawa ke kelasnya. Di luar dugaan, permainan itu disukai muridnya. Si hiperaktif bisa lebih tenang dan fokus saat bermain puzzle. Sebaliknya, si pasif bisa lebih aktif. Selanjutnya tak hanya bermain, Eka melatih mereka membuatnya. Ternyata, mereka pun mampu.

Mendapat respons dari pihak sekolah, kegiatan itu dimasukkan sebagai mata pelajaran ketrampilan. "Dari situ, mereka bisa bermain sambil belajar. Pekerjaannya cenderung mudah, tidak perlu alat berat yang membahayakan. Jadi, aman untuk anak-anak," terang lulusan IKIP Yogyakarta itu. Ketrampilan Eka membuat APE terendus oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DIY. Tahun 2002, ia mendapat proyek dari pemerintah. "Inilah kesempatan saya untuk membuktikan bahwa murid-murid saya bisa diberdayakan," kisah majelis GKJ Wirobrajan, Yogyakarta itu.

Sempat Seret

Pengalaman itu memunculkan ide mendirikan ABC Toys, tahun 2003. Tahun pertama, mereka hanya memproduksi puzzle. Awalnya, roda usaha ini sempat seret. Namun, Eka tak menyerah. ABC Toys menjelajah berbagai pameran. Tim marketing mereka bergerilya. Menawarkan produk dari sekolah ke sekolah. Dari segi produksi, Eka terus berinovasi dengan model-model permainan yang baru. Berbekal ilmu pendidikan semasa kuliah, Eka mendesain semua permainan. "Idenya saya dapat dari browsing di internet lalu saya modifikasi sendiri. Jadi, saya tidak menjiplak penuh lho," ujar Eka yang mendesain semua produknya hanya dengan MS Word itu.

Produknya Aman

Tahun 2005, usaha mereka membuahkan hasil. Mereka kebanjiran order, baik dari orangtua maupun dari sekolah-sekolah. Apa keunggulan produk ABC Toys? "Kami menjamin semua produk kami, non-toxic (tidak beracun). Kandungan timbalnya sangat minimal, jadi aman untuk anak-anak. Termasuk untuk anak autis sekalipun. Karena itu, harganya memang cenderung mahal," tutur Eka.

Kini, ada 150 jenis permainan keluaran ABC Toys. Karena kewalahan menangani pesanan, tahun 2005 Rita keluar dari pekerjaannya sebagai akuntan di sebuah penerbitan di Yogyakarta, lalu terlibat penuh menangani kegiatan operasional usaha mereka. Saat ini produk ABC Toys telah keliling Indonesia: Aceh, Jakarta, Surabaya, Pekalongan, Makasar. "Order terbesar kami dari play group, LSM dan sekolah PAUD. Makanya, sekarang kami tidak lagi melakukan direct selling. Bahkan, kadang kami terpaksa menolak pesanan karena kemampuan produksi terbatas," jelas Rita yang mengaku menerima omzet rata-rata Rp. 10 juta per bulan.

Lalu, apa tugas para penyandang difabel itu? "Tugas mereka nge-mal, menggergaji, dan mengamplas. Namun tetap harus dikontrol ketat, kadang-kadang mengamplas-nya kebablasan mengakibatkan bentuknya tak lagi presisi. Kelebihannya, mereka sangat rajin dan setia," kata Rita. Eka telah membuktikan, penyandang difabel mampu diberi tanggung jawab dan bisa hidup mandiri. Adakah kesempatan lain utnuk mereka?


Sumber : bahana
Halaman :
1

Ikuti Kami