Apakah Saya Menikahi Orang yang Salah?

Marriage / 25 April 2008

Kalangan Sendiri

Apakah Saya Menikahi Orang yang Salah?

Fifi Official Writer
7465
Statistik angka perceraian akhir-akhir ini membuktikan bahwa kebanyakan orang sepertinya mudah sekali untuk menyerah dengan pernikahan mereka. Dan yang memprihatinkan, jumlah perceraian pasangan Kristen tidak lebih rendah daripada yang lainnya. Mengapa begitu banyak pernikahan gagal? Menurut pendapat pengarang buku Mark Gungor, masalah itu berakar dari harapan-harapan masing-masing pasangan tentang seperti apa sebuah pernikahan itu seharusnya.

Gungor adalah seorang pastor dan pembicara terkenal. Seminar-seminarnya tentang hidup pernikahan dihadiri oleh ribuan orang setiap tahunnya. Setelah selama 30 tahun melayani banyak pasangan, Gungor mengatakan masalah utama yang dia lihat banyak terjadi dalam pernikahan adalah bahwa pasangan tidak mengerti bagaimana cara suatu hubungan itu bekerja. "Banyak orang berpikir bahwa jika suatu pernikahan itu memang sudah seharusnya terjadi, maka itu akan terjadi begitu saja," kata Gungor. Dia membandingkannya dengan Amsal 14:4 yang mengatakan, "Kalau tidak ada lembu, juga tidak ada gandum, tetapi dengan kekuatan sapi banyaklah hasil." Sama seperti lembu atau sapi, pernikahan adalah hal yang bagus dan produktif," katanya. "Tapi jika Anda mempunyai sapi, maka anda juga akan mempunyai kotoran sapi. Tidak ada pernikahan yang bebas dari "kotoran". Masalahnya, banyak orang yang tidak mengira akan menemukan "kotoran" dalam pernikahan mereka. Dan ketika mereka menemukan "kotoran" atau masalah atau perbedaan yang menimbulkan gesekan itu, mereka melihatnya sebagai tanda bahwa mereka telah menikahi orang yang salah."

Berlawanan dengan apa yang banyak dipercayai orang, kesuksesan sebuah pernikahan hanya sedikit sekali hubungannya dengan menikahi orang yang tepat. "Sebenarnya, pernikahan yang sukses bukanlah hasil dari menikahi orang yang "tepat", merasakan emosi-emosi yang "tepat", memikirkan pemikiran yang "tepat", atau bahkan mendoakan doa yang "tepat"," tulis Gungor dalam bukunya. "Tapi itu tentang melakukan hal-hal yang benar, hal-hal yang tepat, titik."

Keyakinan Gungor bahwa tidak ada istilah "soulmate", dan bahwa Tuhan tidak menciptakan 1 orang hanya untuk Anda mungkin kurang populer di kalangan orang Kristen yang dibesarkan dengan kepercayaan bahwa pernikahan yang baik adalah tentang menemukan seorang pasangan yang telah Tuhan ciptakan untuk mereka. "Adalah hal yang mengejutkan bagi banyak orang, alkitab tidak pernah memberitahukan kita untuk menemukan seseorang yang telah dipilih Tuhan. Tapi memberitahukan kita bagaimana untuk hidup dengan seseorang yang telah kita pilih," kata Gungor. "Mengapa Tuhan tidak mempunyai hanya 1 orang untuk anda? Karena Dia tahu bahwa prinsip-prinsipNya tentang cinta, penerimaan, kesabaran, dan pengampunan benar-benar bekerja, bekerja dalam segala waktu, dan segala keadaan, tidak perduli dengan siapa Anda menikah."

Masalahnya adalah bahwa ketika pasangan suami istri mengalami kesulitan-kesulitan atau banyak konflik dalam hubungan mereka, mereka menyimpulkan bahwa mereka telah membuat kesalahan dan bahwa mereka memang tidak seharusnya bersama. "Lalu ada suara yang berteriak dalam pikiran mereka, jika yang terjadi adalah hal-hal buruk, kamu menikahi orang yang salah", atau "Seharusnya hubungan ini tidak sesulit seperti sekarang", atau "Kamu telah melakukan kesalahan", atau "Tuhan tidak mau kamu merasa tidak dicintai". Dan sebagai hasilnya, pasangan melompat keluar dari pernikahan mereka. Pasangan suami istri, terutama pasangan Kristen, seharusnya tidak menerima kepercayaan yang salah ini. Pernikahan Kristen tidak seharusnya mempunyai pemikiran "bagaimana caranya aku bisa keluar dari sini," tulis Gungor. "Kita tidak seharusnya keluar dari atau membuang begitu saja hubungan yang mengalami kesulitan seperti semacam popok sekali pakai."

Melalui seminar-seminar yang dia adakan dan buku terbarunya, Gungor ingin mendidik para pasangan tentang usaha yang dibutuhkan untuk membangun pernikahan yang sukses. Dia percaya bahwa ada aturan-aturan pernikahan yang harus diikuti oleh pasangan untuk memiliki pernikahan yang sehat. "Sama seperti adanya hukum fisika yang mempengaruhi semua orang entah siapa mereka atau apa yang mereka percayai, maka juga ada hukum dalam fisika pernikahan. Sayangnya, orang-orang tetap saja terus melanggar aturan-aturan itu dan hanya terpaku pada fakta bahwa pernikahan mereka mengalami masalah." Gungor mengatakan, "Jika pernikahan Anda bermasalah, itu berarti seseorang telah melanggar hukum fisika pernikahan. Sayangnya, kebanyakan orang tidak sadar akan adanya aturan-aturan ini..."

alam bukunya, Gungor menjelaskan bahwa aturan-aturan ini termasuk diskusi tentang bagaimana pria dan wanita berpikir secara berbeda, berkomunikasi secara berbeda, dan menginginkan hal yang berbeda dari suatu hubungan. Diskusi terbukanya tentang seks, uang, harapan-harapan, dan konflik juga menolong pembaca untuk mengidentifikasi apa kesalahan mereka di area-area tersebut dan menemukan solusinya. Gungor juga menambahkan, bahwa kunci lain untuk memulihkan sebuah pernikahan yang gagal adalah pasangan harus belajar mengerti sifat dasar dan tujuan dari pernikahan. Daripada melihat pernikahan sebagai jalan untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan, pasangan seharusnya melihat pernikahan sebagai lapangan latihan untuk membantu mereka menjadi lebih seperti Yesus.

"Tuhan ingin membunuh Anda, bukan secara fisik, tapi ke-egois-an Anda," tulis Gungor dalam bukunya. Yesus mengajarkan bahwa kalau kita tidak mematikan keegoisan atau kedagingan kita, kita tidak akan pernah bisa mengalami dan menerima semua berkat yang Tuhan ingin berikan pada kita. Jika ada institusi yang didesain untuk membunuh keegoisan dan kedagingan anda, itulah pernikahan. Kenyataannya, hampir mustahil untuk sukses dalam pernikahan jika Anda tidak mau belajar untuk membiarkan bagian diri Anda yang egois untuk mati. Nasehat Gungor patut dipertimbangkan bukan hanya oleh pasangan yang sudah menikah tapi oleh siapapun yang merencanakan pernikahan di masa depan.

Pada akhirnya, apapun masalah yang dihadapi pasangan dalam pernikahan, dengan pimpinan Tuhan dan keinginan serta usaha untuk membuat pernikahan pulih dan berhasil, maka membangun pernikahan yang sukses dan bahagia adalah hal yang sangat mungkin.

Sumber : cbn
Halaman :
1

Ikuti Kami