Saat Orang Tua Meresponi Emosi Negatif

Parenting / 13 March 2008

Kalangan Sendiri

Saat Orang Tua Meresponi Emosi Negatif

Fifi Official Writer
3278
Kebanyakan orang cenderung memilih salah satu ekstrim dalam hal hubungan dengan orang lain. Mereka yang terlalu peduli dengan apa yang orang lain pikirkan, dan mereka yang mengatakan mereka tidak peduli... tapi mereka masih memikirkannya juga. Kenyataannya, kita semua sangat peduli terhadap respon orang lain terhadap kita. Jika seseorang benar-benar tidak peduli respon seperti apa yang diakibatkan dari tindakannya, maka mereka mungkin anti sosial. Triknya adalah untuk menemukan keseimbangan, memang tidak mudah, tapi bukannya tidak mungkin.

Beberapa tahun lalu, saya (akhirnya) membeli ring basket yang akan dipasang di halaman depan. Setelah selama 1 tahun anak saya terus meminta, saya akhirnya mengabulkannya. Saya tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memasang ring basket serta lampu-lampu kecil untuk menerangi halaman kami, tapi melihat ke belakang, saya senang saya menghabiskan 9 jam pemasangan bersama-sama dengan anak saya, Brandon, yang berusia 6 tahun. Kami memeriksa arah bersama, memasang baut-baut bersama, dan bahkan saling memanggil satu sama lain dengan "pak" sepanjang waktu itu. Sangat menyenangkan.

Kami selesai menjelang malam, jadi waktu untuk kami bermain sangat terbatas, tapi kami tetap bermain. Kami merayakan pemasangan ring basket itu dengan bermain bersama beberapa anak tetangga, semua berusaha melemparkan bola ke ring tapi kebanyakan meleset. Saya melihat anak saya senang sekali, saya mengenang akhir pekan kami bersama, dan saya merasa sangat bahagia bisa meluangkan waktu bersama dengannya. Lalu saya berhenti bermain dan mulai membereskan peralatan kami. Saya menyadari paling tidak akhir pekan ini kami berhasil membangun dan menyelesaikan pemasangan ring basket, saya merasa saya sudah memberikan hadiah yang hebat untuk Brandon.

Tapi saat itulah saya mendengar bunyi benturan, anak saya baru saja melemparkan bola basket ke kepala saya. "Ayah bilang kita akan bermain lama!!!" dia merengek dengan tangisan. Betapa cepat saat-saat yang menyenangkan itu berubah. Saya marah, dan merasa sakit. Ini bukan respon yang saya inginkan. Meskipun saya sudah melakukan semuanya dengan "benar", anak saya tidak memberikan respon seperti yang saya harapkan. Kapanpun kita membutuhkan reaksi tertentu dari anak-anak kita, sebenarnya itu menurunkan tingkat kesempatan untuk mendapatkannya. Kenyataannya, saat kita mulai peduli kepada respon mereka daripada respon kita, kita menjadi manipulatif dan diktator. Dan ini sebenarnya hanya akan mengundang mereka untuk menantang kita, sehingga mereka bisa mempertahankan individualitas mereka sendiri.

Pemikiran itu membuat saya mengambil nafas dalam-dalam dan berdiam sejenak sebelum bereaksi. Saat itu, saya harus ingat bahwa teriakan orang tua tidak menjamin apapun tentang respon anak kita. Lagipula sebenarnya ini bukan mengenai respon mereka, ini tentang respon kita sebagai orang tua. Jadi, saya harus berfokus lebih kepada perilaku saya dibanding kepada perilaku anak saya, agar saya dapat memberikan kesempatan kepada diri saya sendiri untuk menjadi tipe orang tua yang dia butuhkan: orang tua yang dapat menghadapi ledakan emosi tanpa terlalu diambil hati. Orang tua yang dapat menangani perilaku yang salah, bukan dalam usaha untuk mengontrol, tapi dalam usaha untuk mempengaruhi. Memang sangat sulit untuk tidak berfokus pada reaksinya dan mengambil hati. Sejujurnya, saya sudah ingin melemparkan bola itu lagi kepadanya dan menghukum dia untuk diam di kamarnya tanpa makanan ataupun minuman. Lalu saya ingat bahwa saya bertanggung jawab untuk tetap tenang dan mengajar dia bagaimana cara untuk menangani amarahnya dengan benar. Membalas dia dengan cara yang sama seperti yang dia lakukan kepada saya tidak akan mendidik dia dengan benar.

Saya bersyukur saya bisa memberitahukan kepada Brandon konsekuensi dari perbuatannya dengan tenang, melakukan konsekuensi itu, dan melupakannya. Ingatan saya tentang hari itu bukan pada saat dia telah melakukan kesalahan, atau tentang responnya yang tidak sesuai harapan saya, bukan, yang saya kenang dari hari itu adalah bahwa saat itu kami menghabiskan waktu untuk membangun sesuatu bersama-sama.

Dan anak saya, dia harus membayar harga dari kurangnya integritas, karena dia lebih peduli tentang mendapatkan respon yang dia inginkan (agar saya bermain lebih lama dengannya) daripada tentang bagaimana sikapnya. Dia menjalani konsekuensi kehilangan bola basketnya selama 2 hari, dan melihat ring basket yang baru terpasang tidak digunakan. Saya berharap, akhir hari itu saya memberikan anak saya hadiah yang lebih baik daripada yang saya rencanakan. Saya memberikan dia seorang teladan, seorang ayah yang bisa dia andalkan untuk tetap bersikap tenang dan tetap menguasai diri terhadap apapun yang dia lakukan kepada saya.

Jadi, inilah tantangan bagi kita semua, untuk peduli terhadap respon orang lain terhadap kita, tapi di saat yang bersamaan kita lebih memperhatikan respon kita sendiri terhadap tanggapan mereka. Itulah yang dinamakan bertindak dengan integritas. Dan saya percaya hal inilah yang menciptakan hubungan-hubungan yang hebat.

Sumber : crosswalk
Halaman :
1

Ikuti Kami