Perhatikan...

Marriage / 22 February 2008

Kalangan Sendiri

Perhatikan...

Fifi Official Writer
6406
Beberapa tahun yang lalu suami saya meminta saya untuk menjual rumah impian kami agar kami bisa mengatur keuangan dan mempersiapkan pensiunnya. Reaksi langsung saya jelas-jelas menolak. Dan saya berpegang teguh pada respon saya, saya bahkan tidak mau mempertimbangkan untuk menjual rumah kami yang indah. Hal ini berlangsung selama beberapa bulan.

Suatu hari saya keluar berjalan-jalan sambil menumpahkan isi hati saya pada Tuhan, betapa saya merasa situasi ini tidak adil bagi saya, dan saat saya berdoa itulah saya mulai bisa melihat perspektif Tuhan terhadap suami saya. Seolah-olah Tuhan mengangkat dagu saya dan membuat saya mengingat-ingat kembali semua kualitas dalam diri suami saya dan cintanya yang mau berkorban untuk saya.

Dan apa yang saya lihat? Saya melihat Jeff telah mencintai saya selama bertahun-tahun. Saya melihat bahwa meskipun dia sudah mempunyai 2 anak remaja saat kami menikah, dia mau membiarkan saya melahirkan bayi saya sendiri, lalu 7 tahun kemudian, bayi kedua. Saya melihat apa saja yang telah dia lakukan untuk keluarga kami. Saya melihat saat-saat dia melakukan hal-hal yang kecil namun berarti, seperti mengisi mobil saya dengan bahan bakar, memeriksa mobil sebelum saya pergi untuk perjalanan jauh. Saya melihat banyak kualitas yang bagus dan betapa dia mencintai saya dan anak-anak. Dan tiba-tiba, menjual rumah impian kami tidak terlihat sebagai harga mahal yang harus dibayarkan.

Pasangan kita mungkin tidak sempurna, tapi dengan sangat sedikit pengecualian, mereka mempunyai banyak kualitas yang menunggu untuk diperhatikan dan dihargai. Hari ini saya akan memberi anda beberapa tips untuk dapat melihat semua itu.

Yang pertama adalah, berhenti membiarkan perasaan anda menguasai anda. Saya yakin bahwa emosi kita dapat menjadi alat yang penting dalam menghadapi orang-orang yang bermasalah, namun emosi kita juga dapat salah dan menyebabkan kita juga salah arah, salah menentukan tindakan. Saat kita dipimpin emosi atau perasaan untuk bertindak, seolah-olah kita sedang menempatkan kereta untuk memimpin di depan kuda. Perasaan mengikuti tindakan, bukan sebaliknya. Seringkali kita merencanakan untuk melakukan sesuatu karena kita dipimpin oleh perasaan kita. Kita mengatakan hal-hal seperti, "Setelah istriku mulai melakukan hal-hal yang aku minta darinya, baru aku akan mulai mencintainya dan melakukan tanggung jawabku." Atau, "Kalau dia bisa mengikuti aturan dan berhenti melakukan hal-hal yang menyakiti perasaanku, baru aku akan mulai menjadi istri yang lebih ramah!"

Namun kebenarannya adalah, perasaan kita mengikuti keputusan dan tindakan yang kita buat. Contohnya jika saya ingin memindahkan sebuah gerobak, saya harus menarik pegangannya dan gerobak itu akan mengikuti. Saya tidak bisa membuat gerobak itu bergerak hanya dengan berdiri di sampingnya dan berkata, "Ayo majulah!" Saya juga tidak bisa hanya berharap saja bahwa gerobak itu aka bergerak atau bahkan berdoa agar gerobak itu bergerak. Ada tindakan yang dibutuhkan dari saya. Pikirkan bahwa emosi anda tidak bisa memindahkan gerobak itu, hanya tarikan (tindakan) anda yang bisa. Karena itu pada saat kita belajar mengendalikan perasaan-perasaan negatif, kita perlu ingat bahwa tindakan-tindakan positif yang konsisten akan menghasilkan perasaan-perasaan positif yang konsisten juga.

Cara kedua adalah mengabaikan atau tidak terlalu memperhatikan kesalahan-kesalahan pasangan anda. Saya tidak berbicara tentang mengabaikan sepenuhnya atau tidak memperdulikan pasangan anda. Saya membicarakan tentang mengabaikan ciri khas keunikan (yang mengganggu) tapi yang dulu bisa anda toleransi saat anda dan pasangan masih berpacaran. Mungkin istri anda selalu terlambat, atau mungkin dia selalu mengomel karena anda pelupa. Atau mungkin kebiasaan suami anda yang sangat rapi dan perfeksionis, sementara anda mempunyai 3 anak kecil di rumah dan anda tidak pernah bisa memenuhi standar kebersihannya. Mungkin dia selalu berbicara dengan mulut penuh, atau sering membangunkan anda dengan suara ngoroknya? Apapun kekurangannya, semua itu perlu agak diabaikan (dan ditoleransi) jika anda ingin hidup berdamai dengan pasangan anda.

Benar bahwa pernikahan bisa menjadi tantangan yang besar pada waktu-waktu tertentu, tapi pernikahan juga dapat menghasilkan kenyamanan dan sukacita. Jika kita mau menikmati pernikahan kita, sangat penting untuk menjaga selera humor dan memfokuskan pikiran kita pada kelebihan-kelebihan dan kualitas-kualitas yang ada pada pasangan kita. Mengabaikan kelemahan atau kesalahan pasangan berarti melihat jauh di balik semua itu. Anda mencintai pasangan anda. Anda tidak mencintai kesalahan-kesalahan atau kelemahan mereka, tapi anda mencintai mereka. Ingatkan diri anda sendiri akan kualitas-kualitas dari pasangan anda dan lakukanlah kesibukan untuk membangun pernikahan yang bahagia.

Sumber : cbn
Halaman :
1

Ikuti Kami