Bangun Kepercayaan Diri Anak Anda

Parenting / 18 February 2008

Kalangan Sendiri

Bangun Kepercayaan Diri Anak Anda

Fifi Official Writer
3598
Apakah anda ingat waktu dulu anda menunggu orang tua anda untuk melihat nilai rapor anda? Saya ingat saat-saat itu tidak selalu menyenangkan, terutama saat saya tahu bahwa ada nilai yang buruk di sana. Sekarang saya bisa melihat perasaan itu di mata anak-anak saya saat saya melihat rapor mereka. Mata mereka bersinar0sinar karena gembira atau menunduk dengan perasaan ragu. Saya mencoba untuk bersikap tidak terlalu keras pada mereka jika mereka mendapat nilai yang rendah. Saya ingin mereka tahu bahwa mereka tetap dicintai terlepas dari prestasi mereka. Saya pernah bertanya pada mereka, kira-kira apa yang terjadi jika nilai mereka semuanya F. Sekarang mereka tahu pasti jawabannya, bahwa saya akan tetap mencintai mereka. Itu benar, saya akan tetap mencintai mereka, namun bagaimanapun juga prestasi mereka juga penting untuk masa depan mereka.

Setiap orang layak dan mempunyai nilai, karena setiap orang diciptakan oleh Tuhan. "Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya." (Mazmur 139:14). Dalam ayat ini, pemazmur mengenali nilai dirinya dan memuji Tuhan untuk kebenaran ini. Kita juga mempunyai nilai diri yang tidak berkaitan dengan pencapaian-pencapaian kita karena cinta Tuha yang tidak bersyarat untuk kita. Inilah yang seharusnya menjadi permulaan dari kepercayaan diri kita.

Namun bagaimanapun juga, kepercayaan diri kita juga sangat dipengaruhi oleh tindakan-tindakan kita. Dalam hal ini kepercayan diri adalah sesuatu yang kuat dan sangat berdasarkan kenyataan. Berlawanan dengan beberapa pengajaran, kepercayaan diri bukanlah sesuatu proyek untuk membuat seorang anak merasa baik. Jika beberapa kualitas tertentu kurang dalam kehidupan seseorang, kepercayaan diri yang positif tidak bisa diberikan atau terjadi begitu saja dalam saat-saat tertentu seperti seminar selama seminggu, atau kemping liburan. Kepercayaan diri berdasarkan realita, bukan tipu muslihat.

Ada cerita tentang seorang guru sekolah SD yang sangat peduli untuk membangun kepercayaan diri dalam diri murid-muridnya. Suatu hari pada saat pelajaran Geografi, dia menanyakan, "Apa ibu kota Mesir?" Salah seorang anak di belakang kelas mengangkat tangan dengan antusias. "Johny?" kata guru itu. "Mississippi." Jawab Johny dengan yakin. Guru itu sementara terdiam, dan karena dia tidak ingin menyakiti konsep diri yang sedang berkembang dalam diri anak itu, dia segera berkata, "Itu adalah jawaban yang benar untuk pertanyaan yang lain." Cara seperti ini adalah contoh "tipu muslihat" yang dibuat untuk melindungi kepercayaan diri seorang anak. Respon yang benar dari guru itu seharusnya "Salah." Intinya adalah bahwa kepercayaan diri yang positif dan nyata merupakan hasil dari hidup yang baik.

Lukas memberikan contoh yang tepat dengan menggambarkan seperti apa hidup yang baik itu, hidup masa kecil Yesus sendiri. "Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia." (Lukas 2:52). Contoh singkat dalam kehidupan Yesus ini menunjukkan kepada kita bahwa hidup yang baik berdasarkan lebih dari satu area kehidupan. Beberapa area kunci dari kehidupan yang baik termasuk: kompetensi sosial (dapat membaur dengan orang-orang lain, merasa dicintai dan dihargai), kompetensi kerja (untuk anak-anak sebagian besar melibatkan sekolah, tapi juga melibatkan kemampuan untuk mandiri), kompetensi fisik (kemampuan fisik dan peduli akan tubuhnya), dan kompetensi karakter (kemampuan untuk mengikuti peraturan, keberanian, dan kepedulian akan orang lain). Dan apapun yang anda lakukan sebagai orang tua untuk menolong anak anda menjadi kompeten dalam area-area ini akan mengembangkan kepercayaan diri anak anda.

Dalam bukunya untuk para orang tua Kristen, Dr. Phelan dan saya mendiskusikan 3 lagkah untuk membantu mengembangkan kepercayaan diri yang sehat dalam diri anak-anak. Langkah yang pertama melibatkan anda untuk menolong anak anda belajar mengendalikan perilaku negatifnya seperti mendebat atau merengek. Dan ini juga membutuhkan adanya konsekuensi yang konsisten. Konsekuensinya bisa berupa kewajiban untuk membereskan kamarnya sendiri selama beberapa waktu, atau kehilangan beberapa haknya untuk sementara waktu.

Langkah kedua melibatkan anda untuk mendorong timbulnya perilaku-perilaku positif dalam diri anak anda. Memulai perilaku yang positif termasuk belajar bagaimana mengatur hidupnya secara mandiri. Anak-anak yang tahu bagaimana untuk berangkat ke sekolah pada pagi hari (mungkin setelah sarapan, mengikat tali sepatu, dan sebagainya), mengerjakan pekerjaan rumah mereka tepat waktu, dan tidur tepat waktu, secara alamiah biasanya akan merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri. Kemandirian membuat anak-anak merasa bangga terhadap dirinya sendiri.

Akhirnya, mempunyai hubungan dan komunikasi yang baik dengan anak anda, dan terus berusaha untuk memperkuat hubungan itu, adalah bagian besar dari faktor kompetensi sosial dari kepercayaan diri. Seiring dengan bertambahnya usia anak anda, mereka akan bersosialisasi dengan lebih banyak anak-anak lain dan juga lebih banyak lagi orang dewasa. Dalam hubungan mereka dengan anda, anak anda mendapatkan pengalaman pertama yang sangat penting untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain.

Jadi entah itu nilai rapor atau hasil pertandingan olahraga, yakinkan dan biarkan anak anda tahu bahwa anda mencintai mereka terlepas dari prestasi mereka. Ingatlah bahwa kepercayaan diri anak anda di masa depan akan sangat dipengaruhi oleh kompetensi mereka. Jadi luangkanlah waktu untuk membantu mengembangkan kompetensi dalam diri anak anda. Suatu hari nanti mereka akan sangat berterimakasih pada anda untuk hal ini.

Sumber : cbn
Halaman :
1

Ikuti Kami