Sadar Gak Sadar, Ini 7 Kesalahan Saat Pilih Pasangan Hidup (1)
Sumber: google.com

Relationship / 7 May 2021

Kalangan Sendiri

Sadar Gak Sadar, Ini 7 Kesalahan Saat Pilih Pasangan Hidup (1)

Fifi Official Writer
14859

Dengan banyaknya perkembangan pengetahuan tentang bagaimana mempersiapkan pernikahan, penelitian juga membuktikan bahwa saat ini kemungkinan suatu pernikahan akan sukses atau gagal dapat diperkirakan sebelum hari pernikahan dengan kemungkinan sebesar 81%. Dari penelitian ini dan dari pengalaman saya sebagai konselor bimbingan pra-nikah, saya menyimpulkan 7 hal yang memungkinkan terjadinya kesalahan dalam memilih orang untuk dijadikan pasangan seumur hidup anda:

1. Rencana menikah terlalu cepat

Jika ada sesuatu yang paling mengejutkan saya, itu adalah ketika ada 2 orang yang mengatakan bahwa mereka telah saling mengenal selama beberapa bulan, dan sekarang mereka siap untuk menikah.

Saya ingin mengatakan, "Apa? Apakah anda tahu apa artinya "sampai seumur hidup anda"? Itu berarti ribuan kali makan pagi bersama, melalui semua jenis krisis keuangan bersama, menghadapi sakit fisik dan depresi bersama, menghadapi kekecewaan besar bersama, mungkin bahkan melihat satu sama lain bertambah tua dan kehilangan kontrol fisik. Dan anda pikir anda siap untuk membuat keputusan seperti ini hanya setelah beberapa hari atau beberapa minggu atau beberapa bulan?"

Tentu saja, biasanya saya bisa menenangkan diri saya lebih dahulu. Saat pasangan siap untuk menikah setelah hanya beberapa minggu atau beberapa bulan pacaran, saya mengasumsikan keputusan mereka lebih didasarkan pada fantasi daripada realita.

Ini adalah sebuah indikasi bahwa tanggung jawab dari pernikahan telah dianggap sepele, dan bahwa kedewasaan yang dibutuhkan untuk kesuksesan pernikahan jangka panjang masih belum dikembangkan. Prospek dari suatu pernikahan harus dapat kita lihat dari berbagai sisi, kita analisa dari saat-saat senang dan saat-saat buruk. Saya tidak bermaksud menjadi tidak realistis, tapi saya yakin bahwa jika pasangan mengambil waktu sekitar 2 atau 3 tahun untuk mempertimbangkan kualitas dari hubungan mereka, mereka mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk membuat keputusan yang bijaksana dan dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk keputusan yang menyangkut perubahan hidup ini, kamu perlu bersabar dalam mengumpulkan dan mempertimbangkan semua data. Ambil waktumu, ini lebih mudah daripada kamu harus hidup selama bertahun-tahun dalam hubungan yang menyakitkan dan harapan-harapan yang tidak terpenuhi.

 

Baca Juga: Hai Pria, Belum Ketemu Juga Dengan Pasangan Hidupmu? Sudah Lakukan 3 Hal Ini?

 

2. Menikah diusia yang terlalu muda

Saat 2 orang yang berusia di bawah 20 tahun menghampiri saya dan mengungkapkan rencana mereka untuk menikah, saya langsung membaca tanda bahaya. Para peneliti sosial menyatakan bahwa orang-orang yang menikah pada usia muda jarang dipersiapkan untuk memahami peranan mereka dalam pernikahan. Orang-orang yang masih muda belum dapat memilih pasangan hidup dengan efektif karena mereka belum mengenal diri mereka sendiri dengan baik.

Pembentukan identitas diri masih belum utuh pada orang-orang yang masih muda, karena mereka belum menemukan detail-detail keunikan mereka, belum menentukan tujuan-tujuan dan kebutuhan-kebutuhan mereka secara spesifik, belum belajar bagaimana hidup mandiri, dan mereka belum berada pada posisi yang tepat untuk mengetahui jenis orang seperti apa dan dengan siapa mereka dapat menjalin komitmen dan hubungan yang berarti untuk seumur hidup. Mereka masih membutuhkan lebih banyak pengalaman hidup.

Lalu pada usia berapa seharusnya seseorang menikah? Ini bergantung pada banyak faktor, seperti tingkat kedewasaan, kemampuan untuk menghidupi diri sendiri, kemajuan dalam pendidikan, dan lainnya. Intinya, jika anda ingin menghilangkan salah satu penyebab kegagalan pernikahan, pertimbangkan dengan serius untuk menunggu sampai anda telah mengembangkan identitas dan tujuan-tujuan hidup anda secara pribadi. Dengan ini, anda akan dapat memilih pasangan berdasarkan "diri anda yang telah cukup matang".

3. Salah satu atau kedua orang terlalu bernafsu untuk menikah

Ada banyak alasan kenapa orang terlalu "bernafsu" untuk segera menikah. Kadang mereka khawatir hati pasangan mereka akan berubah. Kekuatiran ini membuat mereka semakin ingin bertindak cepat. Atau mereka mungkin telah lelah menghabiskan malam minggu sendirian dan mereka berpikir sekali menikah mereka tidak akan merasa kesepian lagi. Terlalu "bernafsu" untuk menikah biasanya dikaitkan dengan kegairahan yang kuat.

Tentu saja pernikahan itu menyenangkan, tapi kalau dua orang menikah dengan dimotivasi oleh nafsu yang berlebihan, mereka gagal untuk mengenali tanggung jawab yang juga besar dari pernikahan, dan mereka ingin melewati ujian dari waktu. Mereka begitu bergairah dan gagal untuk mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi jangka panjang dari keputusan mereka. Kegairahan yang berlebihan sangat mudah dideteksi, dan jelas merupakan salah satu penyebab dari kegagalan pernikahan. Keputusan seumur hidup seperti menikah membutuhkan pikiran dan pertimbangan yang jernih, tidak terburu-buru.

 

Baca Juga: #KataAlkitab: Jodoh Itu Cari Sendiri atau Tuhan Yang Kasih?

 

4. Salah satu atau keduanya memilih pasangan untuk menyenangkan orang lainnya

Mengapa orang mau memilih pasangan hidup untuk menyenangkan orang lain? Sebagai seorang psikolog, jawaban atas soal itu mudah. Kebanyakan dari kita berusaha keras untuk menyenangkan orang lain, dan beberapa dari kita mengorbankan seluruh identitas pribadi kita untuk membuat orang lainnya bahagia.

Berkali-kali saya menjumpai pasangan yang salah satunya memilih pasangannya karena ingin menyenangkan orang tuanya atau orang penting lainnya. Itu tidak akan berhasil! Untuk membuat keputusan yang baik, kamu harus membuatnya berdasarkan kebutuhan, keinginan, dan tujuan-tujuan hidup dari dirimu sendiri, bukan orang lain.

Apakah ini berarti kamu seharusnya tidak mendengarkan apa yang orang-orang penting di sekitarmu katakan tentang pilihanmu? Tentu saja tidak. Keluarga dan teman-temanmu mengenalmu dengan baik, dan mereka ingin kamu bahagia. Jadi sebaiknya kamu mendengarkan saran mereka dan mempertimbangkan pendapat mereka.

Namun terkadang orang-orang ingin anda membuat mereka bahagia. Meskipun mereka tidak mengenalmu sebaik kamu mengenal dirimu sendiri, dan meskipun kamu-lah yang akan hidup bersama dengan pasanganmu bertahun-tahun, mereka ingin kamu mengijinkan mereka yang membuat keputusan.

Saya sering mengatakan, "Jangan biarkan seorangpun memilih pasangan hidupmu dan jangan ijinkan dirimu untuk memilih pasangan hidup untuk memuaskan orang lain. Ini pernikahanmu, kesempatan sekali seumur hidupmu!"

Saya sering menemukan bahwa pihak-pihak ini seringkali adalah orang tua. Mereka mempunyai pendapat, mungkin karena pengalaman hidup mereka, mereka berpikir bisa membuat keputusan yang lebih baik dibanding anda. Mereka bisa saja benar, namun mereka bisa juga salah. Apapun kasusnya, ini adalah keputusan anda, dan jika anda membiarkan orang lain memutuskan untuk anda, anda mengambil resiko tinggi mengalami sakit hati jangka panjang.

Sebagai orang tua dari putri-putri saya, saya dan istri saya benar-benar ingin tahu tentang pilihan dan pertimbangan mereka dalam hal pasangan hidup. Jika ada hal-hal yang perlu didoakan oleh orang tua, mendoakan pasangan hidup anak-anak sudah seharusnya berada di urutan teratas, setiap anak membutuhkan arahan dan berkat dari orang tua.

Namun berjam-jam yang saya habiskan untuk konseling mengajarkan saya satu hal penting: pengaruh orang tua -walau kadang tanpa sepatah katapun yang terucap- sangat kuat terhadap anak-anak mereka. Betapapun hati-hatinya seseorang, setiap anak punya kecenderungan kuat untuk memilih pasangan karena dorongan (dukungan) atau larangan orang tuanya. Jika orang tua pintar, mereka akan mengetahuinya pada saat keputusan harus diambil. Mereka akan memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada anak mereka untuk membuat keputusan berdasarkan data-data yang ada, namun pilihan itu haruslah merupakan pilihan anak mereka.

 

Baca Juga: Pasangan Hidup Melengkapimu atau Menjadi Berhala?

 

Jika orang tua berpikir anak mereka tidak mampu mempertimbangkan data yang ada karena belum cukup berkembang secara pibadi, atau karena mereka masih bermasalah dengan diri mereka sendiri, mereka dapat mendorong dia untuk mencari konseling sebelum menikah. Tapi saat mereka menentukan pilihan, itu haruslah merupakan pilihan dia yang bebas dan independen, yang dapat mereka jalani selama mereka hidup.

Saya sangat mendorong anda untuk memperhatikan setiap pendapat yang anda terima sebelum anda menentukan pilihan. Pendapat orang lain adalah penting, pengajaran yang anda terima adalah penting, dan bacaan yang anda pelajari akan sangat membantu. Setelah semua itu, dengarkanlah suara hati anda sendiri. Tantangan terbesar dalam hidup anda adalah ketika anda berdiri di tengah-tengah semua pendapat, informasi, dan perasaan, lalu membuat keputusan yang bijaksana.

Apapun yang akan kamu lakukan, jangan kacaukan hidupmu dengan membuat suatu keputusan hanya karena kamu tidak ingin menyakiti calon pasanganmu, atau karena kamu takut temanmu berpikir yang negatif tentangmu, atau karena semua undangan sudah tersebar, atau bahkan karena seseorang mengatakan bahwa kamu dan calon pasanganmu adalah pasangan yang cocok satu sama lain.

Nantikan poin ke 5 dari 7 penyebab kesalahan dalam memilih pasangan hidup di artikel Jawaban.com selanjutnya!

Sumber : Finding The Love of Your Life
Halaman :
1

Ikuti Kami