Bila Presiden Dijadikan Bahan Gosip Moral

Nasional / 31 July 2007

Kalangan Sendiri

Bila Presiden Dijadikan Bahan Gosip Moral

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property 'nama' of non-object

Filename: read/index.php

Line Number: 63

nathanael Official Writer
6579

Jakarta - Mantan Wakil Ketua DPR Zaenal Ma'arif menegaskan dirinya siap menghadapi gugatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menganggap dirinya melakukan fitnah dengan mengungkap data seputar kontroversi perkawinan Presiden Yudhoyono sebelum masuk taruna Akabri.

"Karena Presiden sudah menyatakan akan menggugat, saya pun siap menghadapinya. Ini konsekuensi dari apa yang saya ungkapkan," kata Zaenal Maarif kepada SH, Sabtu (28/7) pagi. Ia pun menyatakan Ketua DPR Agung Laksono telah melakukan kebohongan publik karena tidak mengakui pertemuan dengan dirinya saat membicarakan data tentang perkawinan Presiden.


Dia mengungkapkan kesiapan menghadapi gugatan Presiden ini akan didukung Tim Pembela Muslim (TPM) yang terdiri atas pengacara terkemuka, seperti Munarman SH, Mahendradatta SH, Fahmi Bamid SH, Suprianto Reva SH, dan lain-lain. Sejumlah pengacara kondang sudah menghubungi dan bersedia menjadi kuasa hukumnya.

Sementara itu, rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melayangkan gugatan dikemukakan sendiri oleh Presiden di Nusa Dua, Bali, Jumat (27/7). Presiden menilai Zaenal telah menyebarkan fitnah. "Demi keadilan dan kebenaran, saya harus melakukan sesuatu (menuntut Zaenal Ma'arif)," kata Presiden.

Menurut Presiden, tuduhan Zaenal itu merupakan fitnah dan dapat mencemarkan nama baik serta kehormatan. Tuduhan ini, lanjut Yudhoyono, dapat digolongkan sebagai pembunuhan karakter. Dia menyatakan pernyataan Zaenal yang menyebutkan dirinya telah menikah dan punya dua anak sebelum masuk ke Akabri merupakan suatu kampanye hitam atau negatif bagi politisi.

Pernyataan yang dilontarkan Zaenal, papar Yudhoyono, tidak hanya merugikan dirinya sendiri, tapi juga keluarga, orang tua, teman, maupun yang lainnya. Karena itu, Yudhoyono sudah bertekad akan menuntut Zaenal secara hukum.

Faktor Agung

Zaenal Maarif juga mengatakan masalah data tentang perkawinan Presiden menjadi besar karena faktor Agung Laksono yang sejak empat bulan lalu diberitahu soal ini tidak juga melakukan klarifikasi kepada Presiden. "Saya sudah tunjukkan data-data agar segera diklarifikasi, tapi didiamkan saja. Sekarang Agung Laksono malah bilang tak pernah diberitahu Zaenal. Ini kan kebohongan publik dan dia sekarang menjadi biang kerok polemik ini," katanya.

Zaenal juga mengecam Ketua DPR itu karena hanya mementingkan kekuasaan dan menjaga kekuasaan itu dengan segala cara, termasuk melakukan kebohongan ini. "Dia sudah tidak layak lagi memimpin DPR. Mau dibawa ke mana rakyat ini, kalau wakilnya saja pembohong," katanya.

Sementara itu, Ketua MPR Hidayat Nur Wahid ketika dimintai tanggapannya menyatakan dirinya menyayangkan apa yang dilakukan Zaenal Maarif. Sebagai mantan Pimpinan Dewan, seharusnya dia tidak bersikap emosional seperti itu. "Zaenal seharusnya legowo dan berbuat untuk kepentingan bangsa dengan cara lain, bukan dengan mengumbar isu yang sudah lama dibantah Presiden," katanya kepada SH, Sabtu (28/7).

Untuk tidak membuat kisruh berkepajangan, apalagi menyangkut isu yang tidak sedap seperti itu, Hidayat menawarkan agar Zaenal Maarif dan Presiden islah, damai, dan mengakhiri masalah ini. "Saya siap menjadi mediator jika keduanya menginginkan islah," ujarnya.

Hidayat menambahkan Presiden dalam soal pergantian anggota DPR - khususnya dalam kasus Zaenal -tidak salah. Presiden hanya menjalankan proses administrasi, sedangkan usul recall dilakukan partai dan diproses sesuai mekanisme UU. "Jadi, Presiden hanya menandatangani dan tak terlibat kasus atau konspirasi seperti dituduhkan selama ini," katanya.

"Gelembung Politik"

Di bagian lain, pengamat hukum dan politik Universitas Mataram (Unram) H Satriawan Sahak menilai lontaran Wakil Ketua DPR-RI yang dikenai pergantian antar-waktu, Zaenal Maarif bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menikah sebelum masuk Akabri hanyalah "gelembung politik". "Gelembung politik yang sengaja dilontarkan tersebut dapat berakibat hukum dan sangat fatal bila Zaenal Maarif membandingkan dirinya dengan isu pernikahan presiden tersebut," katanya di Mataram, Sabtu (28/7).

Menurut Satriawan, persoalan atas isu menikah sebelum masuk Akabri itu hanyalah menyangkut moral, tidak dapat menggeser ataupun menjatuhkan kedudukan Yudhoyono sebagai presiden RI. "Namun masalah moral tersebut menjadi sangat penting, karena isu tersebut dinilai cenderung fitnah sehingga wajar bila orang yang difitnah mengajukannya secara hukum," katanya.

Lebih lanjut, dia menilai bahwa lontaran terhadap Presiden tersebut sebagai bentuk gambaran ketidaksiapan moral elite politik di Indonesia, seperti Zaenal Maarif terhadap fakta yang terjadi. Elite politik sekaliber dia seharusnya tidak perlu mengambil padanan dirinya yang dilengserkan karena perkawinan dengan "kasus" orang lain yanga belum tentu kepastiannya.

Seolah-olah Zaenal Maarif ingin mempertontonkan perkawinan yang dilakukannya belum sebanding dengan kasus seorang presiden, sehingga perkawinannya dalam masa menjabat Wakil Ketua DPR itu tidak perlu dipersoalkan. Sumber : Suradi/Cinta Malem Ginting – sinarharapan.co.id
Halaman :
1

Ikuti Kami