Tidak Mau Disuruh Sangkal  Yesus

Internasional / 17 July 2007

Kalangan Sendiri

Tidak Mau Disuruh Sangkal Yesus

Rosphyta Official Writer
9974

Anak-anak sekolah minggu yang mengalami kejadian di hari Minggu 3 Juni 2007 masih mengalami trauma. Bahkan Aditya (4 tahun) raut mukannya tampak tegang saat diminta menceritakan kejadian tersebut. Dari bahasa tubuhnya bisa diketahui bahwa kalau Aditya tidak ingin mengingat peristiwa itu kembali. Roni (11) yang juga merasa mengalami tekanan saat peristiwa itu berlangsung menuturkan, "Saat itu saya dan teman-teman sedang mengikuti ibadah pembinaan spiritual yang dimulai sekitar pukul 09.00." Ketika itu, Ronny yang sedang duduk di bangku kelas 6 melihat banyak orang berpakaian putih tiba-tiba masuk dan mencari Pdt. Robby Elisa sambil berteriak-teriak. "Ke mana Pak Robby, ke mana Pak Robby...?! kata Rony menirukan gerombolan itu.

Rony dan anak-anak lain yang sedang mengikuti pembinaan spiritual di bawah bimbingan Norma, menyaksikan ketika bagian kepala guru sekolah itu ditekan pakai helm oleh salah seorang "tamu tak diundang" itu. Bersamaan dengan itu terdengar kaca pecah. Tak lama kemudian anak-anak disuruh pulang. "Terus, saya dan teman-teman disuruh pulang. Ada seorang kakek-kakek, sambil memegang kepala saya menyuruh pulang," kisahnya.

Tapi Roni yang bercita-cita ingin menjadi pemain sepak bola ini tidak langsung pulang ke rumah, tetapi ke rumah teman. Di luar rumah Pdt. Robby, Roni melihat banyak motor yang digunakan oleh para pendemo.

Hal serupa juga dialami Agus, bocah berusia 12 tahun. Saat itu bocah bertubuh tambun ini hendak menuju rumah Pdt. Robby untuk mengikuti pembinaan mental. Di sekitar rumah dia menyaksikan banyak sekali orang. Tiba di rumah, siswa SMP kelas 1 itu dipanggil oleh tiga orang. "Kamu mau enggak menyangkal Tuhanmu, dan meludahi Alkitab?" tanya ketiganya. Dan Agus menjawab lantang "Nggak!" Selanjutnya Agus balik bertanya, "Emang kamu siapa? Emang ada hak kamu menyuruh saya meludahi Alkitab?"

Karena tidak berhasil memerintah Agus, bocah itu disuruh pergi lewat belakang rumah. "Ketika hendak keluar, tiba-tiba ada orang yang memakai penutup mulut yang menangkap dan menampar saya," katanya dengan kesal. "Waktu digampar saya tidak menangis," akunya.

Sumber : Reformata
Halaman :
1

Ikuti Kami