Kado Ulang Tahun Terindah

Family / 10 February 2007

Kalangan Sendiri

Kado Ulang Tahun Terindah

evrianty Official Writer
9634
Sumber Kesaksian: Herce Rompis
 

Hari itu, Herce Rompis berulang tahun yang ke 53. Tapi itu mungkin merupakan ulang tahun yang terakhir dalam hidupnya. Karena hari itu, ia terbaring tanpa harapan di sebuah rumah sakit.

Herce: Saya nggak tahu bahwa hari itu adalah hari ulang tahun saya. Saya lagi nggak sadar karena saya di ICU. Tapi semua anak-anak, kakak dan adik saya serta keponakan-keponakan, merayakan ulang tahun saya di ruang jaga, tapi dengan hati yang menganggap bahwa ini untuk yang terakhir kali.

Suami: Kenapa harus terjadi pada saat ulang tahun itu... Padahal seharusnya kami sama-sama bersukacita, tapi kok Tuhan ijinkan hal ini terjadi.

Kakak sulung: Perasaan kami sangat sedih sekali dan kami menyanyikan Happy Birthday sambil menangis. Dan satu persatu kami berdoa, kami minta pada Tuhan Yesus supaya menolong adik kami. Kami benar-benar minta tolong dan sembah sujud pada Tuhan supaya adik kami disembuhkan.

Suami: Waktu pertama kali dianval, saya memang melihat sudah tidak ada harapan lagi, sebab badannya sudah dingin semua, sudah tidak sadarkan diri. Saya merasa pada waktu itu dia sudah tidak tertolong lagi.

Prof. Bob: Waktu itu saya juga pesimis, karena kalau orang sudah tidak ada nafasnya itu sudah buruk sekali. Dia juga kan lumpuh.

Akhirnya ditemukan bahwa Herce menderita miastenia gravis yang akut. Miastenia gravis merupakan penyakit auto-imune, ini berarti imunitas Herce terganggu, sehingga terjadi kelumpuhan. Menurut dokter, oksigen yang ada di kepala Herce hanya tinggal 10%.

Anak: Saya sedih sekali waktu itu, saya nggak tahu harus berbuat apa karena kabar dan kejadiannya sangat tiba-tiba. Kami semua nggak ada yang siap dengan peristiwa ini.

Kakak sulung: Kami semua langsung berdoa, saya bilang Tuhan kami percaya bahwa Engkau akan mendengar doa-doa kami.

Herce: Di ICU itu saya merasa melihat film "The Passion of The Christ", saya melihat Yesus itu mati untuk saya. Saya hanya melihat itu dan saya berkata bahwasanya untuk selamanya kasih setia Tuhan. Itu yang saya sebut. Saya memang merasakan ada yang selalu membelai saya, seperti ada sesuatu yang menguatkan saya.

Selama 2 minggu di ruang ICU, kondisi kesehatan Herce perlahan-lahan mulai membaik. Doa yang dipanjatkan oleh keluarganya dijawab Tuhan.

Prof. Bob: Memang itu mukjijat Tuhan... Karena sudah tiga kali dia dalam kondisi kritis tapi bisa sembuh.

Suami: Tuhan itu luar biasa, Tuhan masih ijinkan dia hidup dengan kami, dan Tuhan kabulkan doa kami.

Kakak: kami semua bersukacita dan mengucap syukur, Tuhan itu baik.

Herce: Walaupun dokter pernah mengatakan bahwa saya sudah tidak bisa hidup lagi, dan diagnosa dokter bahwa penyakit saya tidak bisa disembuhkan lagi, tetapi Tuhan mengasihi saya. Sampai saat ini saya bisa merasakan kehangatan keluarga dari suami dan seluruh keluarga saya. Semua ini karena kasih dan anugrah Tuhan kepada saya.

Halaman :
1

Ikuti Kami