Kehidupan yang Lebih Baik Berkat Sebuah Alat Musik

Family / 6 February 2007

Kalangan Sendiri

Kehidupan yang Lebih Baik Berkat Sebuah Alat Musik

evrianty Official Writer
8099
Sumber Kesaksian: Jacko Hendrik Ayub Bullan
 

Sejak kecil, Jack sudah tertarik dengan dunia seni. Ia tidak pernah menyangka, sebuah alat musik mengubah hidupnya. Alat musik itu menarik banyak orang asing untuk datang ke kampung halamannya.

Jacko Hendrik Ayub Bullan (Jack): Saya waktu itu lihat, karena banyak orang bule datang cari saudara Mama datang cari terus, cari terus. Nah, saya termotivasi dengan itu. Saya bilang, "Kenapa orang tua ini dicari orang-orang bule, orang-orang asing dari luar negeri banyak cari dia?" Nah, dia punya kelebihan apa, tahu-tahu bisa main alat musik ini.

Karena itu, Jack kecil meminta agar sang opa mengajarkan cara bermain sasando. Akhirnya, Jack mampu memainkan sasando di usianya yang masih sangat muda. Bahkan, kepiawaiannya itu membaca Jack ke berbagai tempat dan acara.

Jack: Kalau di Kupang sendiri, yang paling tinggi itu kalau sudah masuk di kantor gubernur. Kapal pesiar masuk, macam Albatros, itu kapal keliling dunia. Itu, saya sering main di situ.

Kepiawaian Jack bermain sasando mulai dikenal orang. Namun, justru di tengah keberhasilannya itu, goncangan ekonomi melanda keluarganya.

Jack: Sawah-sawah kita mulai kering, nggak bisa menghasilkan lagi. Hewan udah dicuri orang, bahkan semua yang kita miliki habis total waktu itu.

Kesulitan ekonomi yang dialami keluarganya, mendorong Jack untuk pergi ke Jakarta. Jack kemudian dikontrak untuk bermain sasando di salah satu café di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Namun, di tempat ini, Jack tidak bisa bertahan lama. Ia hanya bertahan sekitar satu bulan.

Jack kemudian menjadi seorang pengawal pribadi, hingga membuatnya berkelimpahan dengan uang. Meski demikian, dosa mulai mengintai dan merasuki kehidupannya. Banyak godaan yang ia alami selama menjalani profesinya itu, terutama seputar kehidupan malam yang bebas.

Jack: Kalau bos keluar, saya dengan lima perempuan di situ, saya sendiri. Kita mulai nonton film yang nggak bagus. Dari situlah, kemasukan setan, udah, jadilah kerjaan yang nggak karuan.

Seks bebas dan kehidupan liar meninggalkan rasa hampa dan kekosongan dalam hati Jack. Uang yang diperolehnya, justru menjerumuskan Jack ke dalam lubang yang sangat gelap, hingga sebuah dering telepon mengawali titik terang dalam hidupnya.

Dering telepon tersebut berasal dari seorang teman Jack yang mengajaknya pergi ke gereja. Setelah berkali-kali dihubungi, akhirnya Jack pun menuruti pergi ke gereja.

Jack: Di telepon, telepon, telepon melulu, akhirnya saya juga terpaksa keluar.

Di balik keterpaksaannya untuk pergi ke gereja, suatu perubahan besar sedang menantinya. Pada suatu kesempatan, Jack merasa bahwa ia harus berbalik dari jalannya yang salah.

Jack: Satu hari, saya nangis dalam gereja, itu yang membuat titik balik mau bertobat betul. Waktu itu saya bilang, "Tuhan, kalau memang Engkau ada, tolong saya supaya saya keluar dari sini."

Akhirnya, Jack memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan kembali ke Kupang. Namun, sebuah Suara menahan langkahnya saat ia sedang bersiap menaiki kapal. Suara itu berkata, "Kalau kamu keluar dari sini, kamu tidak akan menikmati apa yang akan Kuberikan kepadamu."

Demi mentaati Suara itu, Jack mengurungkan niatnya untuk kembali ke kampung halaman. Ia memutuskan untuk tetap tinggal di Jakarta walaupun belum memiliki pekerjaan baru. Lama-kelamaan, uang yang miliki pun semakin menipis. Namun, hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk menetap di Jakarta.

Beruntung, Jack memiliki teman-teman yang sangat peduli padanya. Mereka menyarankan agar Jack mencoba mencari pekerjaan baru.

Jack: Tiga bulan kemudian, duit saya tinggal Rp. 30.000,- Teman mulai tulis lamaran, dan dia mulai kasih masuk di Speed Plaza. Saya dipanggil untuk bekerja di situ. Saya waktu itu memiliki teman-teman yang cukup luar biasa. Dan saya sampai hari ini saya bilang, "Saya hutang banyak sama kalian."

Teman-teman Jack selalu memberikan kata-kata dukungan pada Jack. Jack teringat bahwa satu kali seorang teman meyakinkannya untuk ikut Tuhan. Temannya itu juga berkata bahwa Tuhan akan berkati dia dan Tuhan akan memakai dia dengan luar biasa. Namun, kenyataan seakan berkata lain.

Setelah bekerja, keadaan Jack belum kunjung membaik. Pekerjaannya sebagai pegawai rendahan membuat dia tetap merasa sedih dan tidak bisa hidup berkecukupan. Ia mulai ragu terhadap janji Tuhan yang dinyatakan oleh teman-temannya bahwa Jack akan dipakai Tuhan dan diberkati. Keraguan itu terus memuncak, hingga pada satu malam, saat sedang berdoa, Jack mengalami lawatan Tuhan.

Jack: Nah, pada satu malam, saya mulai menyembah Tuhan. Saya mulai berdoa, (saya merasa) kaget, kaya orang dorong di jidat, langsung saya jatuh waktu itu. Saya jatuh telentang di tempat tidur, anehnya, saya nggak bisa bergerak. Saya mau bangun, mau buka mata nggak bisa. Tapi saya terlibat ngobrol dengan, kayanya saya terlibat ngobrol dengan seseorang. Ada satu janji yang Dia bilang begini, "Ingat, empat tahun kemudian, Aku akan memberkati engkau lebih dari apa yang kau dapat. Dan apa yang tidak bisa engkau buat, engkau akan lakukan itu."

Peristiwa malam itu menyemaikan harapan dalam hati Jack. Perlahan namun pasti, hidupnya mulai berubah. Janji Tuhan mulai digenapi dalam hidup Jack. Ia beberapa kali tampil bermain sasando di depan berbagai petinggi negara.

Selain selain piawai memainkan sasando, Jack juga ahli membuat alat musik ini. Tidak sedikit orang yang belajar bermain sasando pada Jack. Bahkan, banyak dari antara mereka yang berminat pada sasando buatannya. Semua berkat itu tidak membuatnya menjadi tinggi hati.

Jack: Hari ini saya bisa menikmati semua itu, itu hanya satu kemurahan Tuhan. Saya kadang-kadang saya bilang, "Tuhan, saya nggak ada apa-apanya, saya nggak ada apa-apanya." Kalau Tuhan bisa kasih semua ini, ini berkat Tuhan.

"Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; janji TUHAN adalah murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya." (Mazmur 18:31)
Halaman :
1

Ikuti Kami