Kenyataan Lebih Tragis Dari Eight Below

Film Review / 21 September 2006

Kalangan Sendiri

Kenyataan Lebih Tragis Dari Eight Below

Tammy Official Writer
22122

Badai dahsyat melanda Antartika. Seluruh penghuni pusat penelitian sains yang terjebak di sana siap dievakuasi. Jerry Shepherd (Paul Walker) bersikeras tinggal. Pasalnya, semua partnernya-delapan anjing penarik kereta-dilarang ikut. Sedangkan pesawat yang dikemudikan Katie (Moon Bloodgood) hanya untuk mereka berdua dan ditambah beberapa kru peneliti. Tapi Katie berjanji akan kembali menjemput para anjing.

Sayang Janji Katie tak terlaksana. Karena cuaca makin memburuk, tim ekspedisi musim dingin dibatalkan. Tidak seorang pun diizinkan pergi ke Antartika. Perasaan pun Jerry tak keruan. Mengingat sebelum berangkat, dia dan Coop (Jason Biggs) telah mengikat anjing-anjing itu dengan erat, agar tak lari.

Berbagai hal dilakukan Jerry demi menyelamatkan anjing kesayangannya. Mulai memohon ke atasan, membujuk stasiun TV untuk membuat film dokumenter di Antartika, hingga mengumpulkan dana sendiri.

Sementara itu, para anjing yang dipimpin Maya terdampar sendirian, tanpa makanan dan tempat berlindung. Mampukah mereka bertahan hidup?

Eight Below merupakan adaptasi film Jepang rilisan 1983, Nankyoku Monogatari. Bedanya, Eight Below mengandung fiksi untuk mendramatisir film. Sedangkan Nankyoku dibuat persis dengan kejadian sungguhan pada tahun 1958. Peristiwa yang sama dengan tim Jerry Shepherd dialami tim ekspedisi Jepang. Anjing yang terdampar berjumlah 15 ekor. Sedangkan yang selamat lebih tragis dari Eight Below, hanya dua ekor.

Syuting di alam terbuka bercuaca ekstrim bukan hal baru bagi sutradara Frank Marshall. Sebelumnya, dia pernah mengarahkan Alive, film berdasar kisah nyata mengenai pendaki yang terdampar di pegunungan Andes. "Sewaktu Indiana Jones (Raiders of The Lost Ark) lebih parah. Kami dijemur berminggu-minggu di gurun Sahara," kenang Marshall.

Karena syuting di Antartika merupakan hal mustahil, tim lokasi memutar otak untuk mencari lokasi pengganti. Akhirnya pilihan jatuh pada Smithers, Kanada. Kota itu memang dikenal sebagai tujuan wisata ski. Dataran tinggi Smithers yang minim pepohonan.

Syuting di berbagai daerah superdingin pasti lebih enteng daripada syuting di Antartika langsung. Tapi kesulitan tetap saja menghadang. "Tantangan terbesar adalah cuaca yang nggak stabil.

Halaman :
1

Ikuti Kami