Setahun Tsunami - Aceh Butuh Lapangan Pekerjaan

Nasional / 12 December 2005

Kalangan Sendiri

Setahun Tsunami - Aceh Butuh Lapangan Pekerjaan

Puji Astuti Official Writer
7304

JAWABAN.com - Leupung, Aceh - Abdul Malik biasa tidur terlambat. Tanpa pekerjaan dan hanya sedikit kambing yang ia miliki sebagai aset, tidak banyak yang bisa dilakukan di kota kecil Leupung - Aceh dimana dia tinggal dalam naungan kayu bersama para korban tsunami 26 Desember.

Seperti ratusan dari ribuan orang yang selamat dari tsunami di Asia yang telah kehilangan segalanya dalam sejarah terburuk bencana alam di jaman modern, mantan penjual handphone ini sungguh membutuhkan pekerjaan atau usaha kecil untuk bisa menetapkan kembali langkahnya.

Malik mengatakan : "Jika kita berbicara tentang pekerjaan, tidak ada yang bisa dibuat disini. Sulit untuk menemukan seorang istri jika tidak ada uang di dompet". Sambil tersenyum menyeringai dia membalikkan dompetnya untuk menunjukkan bahwa ia tidak memiliki uang.

Meski ada komplain dari orang yang selamat seperti Malik dan banyak lainnya, kelompok bantuan mengatakan bahwa satu tahun setelah tsunami, terdapat tanda-tanda kehidupan ekonomi di wilayah yang paling buruk terkena bencana seperti Indonesia, Sri Lanka, India dan Thailand - secara perlahan mulai bangkit.

Ketika banyak sekali focus di tahun lalu yang telah berada di naungan, kelompok bantuan telah melangkah pada skema penciptaan pekerjaan atau memberikan pinjaman ringan sehingga orang yang selamat dapat memulai kembali usahanya, menanam kebun atau membeli motor bagi perahunya. Kelompok amal Oxfam mengatakan minggu ini : "Ekonomi menunjukkan tanda-tanda yang lebih jelas menuju pemulihan".

Tahun Mata Pencaharian

Disebutkan bahwa industri perikanan di Srilangka telah mengambil suatu langkah menuju pemulihan dimana pada bulan Agustus dapat meraih hamper 70% dari tahun sebelumnya.

Tanaman perkebunan di provinsi Aceh Indonesia kini dimulai dengan menabur benih di tanah reklamasi. Bagaimanapun dibutuhkan dua hingga lima tahun sebelum tanah yang menerima dampak tsunami itu kembali menjadi normal.

Organisasi Buruh Dunia PBB memperkirakan tsunami menghancurkan lebih dari satu juta lapangan pekerjaan. Gelombang itu menghancurkan lebih dari 100.000 kapal ikan dan merusak lahan dengan cara mengeruk tanah pertanian.

Eric Morris, kepala koordinator pemulihan PBB di Aceh dimana 170.000 orang meninggal atau hilang, mengatakan bahwa pemulihan lapangan pekerjaan adalah satu dari prioritas untuk tahun 2006. Prioritas lainnya ialah membangun rumah permanen. Morris mengatakan : "Saya pikir kita harus benar-benar menetapkan tahun 2006 sebagai tahun mata pencaharian".

Di Aceh, 600.000 orang di provinsi yang berpenduduk empat juta ini kehilangan pekerjaan. Proyek rekonstruksi hampir mencapai 1000 proyek di provinsi ini adalah satu sumber lapangan pekerjaan. Namun sakit kepala juga cukup banyak memikirkan hal ini.

Jalan pantai yang menghubungkan pantai di Aceh Barat tersapu gelombang atau mengalami kerusakan yang parah. Pembangunan kembali akan memakan waktu hingga tahun 2009. Per-bankan mulai mengambil peranan yang banyak karena proporsi terbesar tsunami berhubungan dengan pinjaman usaha dari perbankan.

Lembaga pemulihan pemerintah Indonesia mengatakan dalam laporan tahunannya : "Hilangnya asset, kekurangan akses pada ibukota dan kerusakan pada jalur pemasaran normal telah mengacaukan usaha swasta."

Di Thailand, pemerintah telah memberikan bantuan ringan pada ratusan usaha yang rusak dan melatih sejumlah orang yang kehilangan pekerjaan di usaha wisata dan perikanan.

Ada 70 juta bath (17 Trilyun rupiah) yang dibelanjakan untk proyek kemanusiaan sejauh ini dan untuk bantuan rekonstruksi. 59 milyar bath diberikan dalam bentuk bantuan ringan untuk usaha besar dan kecil, dari usaha perhotelan hingga restoran pantai serta tokok souvenir.

Jika Thailand memiliki prioritas yang jelas bagi pemulihan pasca tsunami, seyokyanya Indonesia juga menetapkan rencana yang tepat agar Aceh kembali pulih. Selalu ada harapan di masa depan. (nat)

Sumber : Dean Yates - reuters
Halaman :
1

Ikuti Kami