Kelaparan dan Kedinginan Hantui Pengungsi

Nasional / 12 December 2005

Kalangan Sendiri

Kelaparan dan Kedinginan Hantui Pengungsi

Puji Astuti Official Writer
6184
 JAWABAN.com - Padang - Gempa bumi berkekuatan besar yang melanda Sumatera memang sudah berlalu, namun ketakutan dan kecemasan masih menghantui warga. Mereka masih takut memasuki rumah dan memilih tinggal di tenda-tenda pengungsian. Keadaan tambah kacau karena anak-anak di tenda pengungsian terus menangis.

Di berbagai daerah di Sumatera Barat (Sumbar), gambaran suasana seperti ini persis sama. Para pengungsi tinggal di tenda darurat dengan stok persediaan makanan minim. Anak-anak tidak sekolah dan para pegawai tidak masuk kantor.

Di Padang Panjang, ratusan pengungsi bahkan terpaksa harus melawan dinginnya hujan. Tenda yang ada tidak mencukupi, sebab sekitar 43.000 penduduk Kota Padang Panjang masih trauma dan memilih berdiam di luar rumah.

Anak-anak terlihat memeluk erat ibunya untuk mengusir hawa dingin. Kelaparan dan kedinginan kini menjadi persoalan baru bagi para pengungsi ini.

"Kami masih belum berani tinggal di dalam. Jangan-jangan gempa terjadi lagi," kata Hendri Simon, warga Silaing, Padang Panjang. Begitu pula yang terjadi di Kabupaten Tanah Datar, ratusan ribu penduduk masih trauma dan tinggal di tenda-tenda pengungsian.

Data yang diperoleh di Satuan Pelaksana (Satlak) Penanggulangan Bencana Kota Padang Panjang, jumlah rumah yang rusak berat sekitar 1.800 unit, ruko 54, sekolah 30, dan terganggunya sarana air bersih. Sementara itu di Solok, daerah yang paling parah, korban yang mengalami luka parah mencapai 223 orang. Jumlah yang meninggal 16 orang. Rumah yang rusak mencapai 578 unit.

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dalam kunjungannya ke Sumbar memberikan bantuan Rp 100 juta untuk korban gempa di Solok. "Pemerintah pusat dan daerah menanggung seluruh biaya pengobatan korban gempa," kata Menkes. Menko Kesra Aburizal Bakrie mengatakan seluruh masalah sudah dapat ditangani Pemprov Sumbar bersama Pemkab/Pemkot. Pemerintah pusat tinggal memberi dukungan.

Ia meminta kepada petugas di bawah untuk tidak mempersulit urusan dalam pengadaan beras. Hanya cukup tanda tangan wali kota/bupati, beras yang dikelola Depsos sebanyak 100.000 ton dapat diserahkan ke Divre Sumbar.

Mengenai kerugian akibat gempa belum bisa dihitung di seluruh kabupaten/kota baru bisa diperkirakan kerugian di Padang Panjang mencapai Rp 111,3 miliar, Bukittinggi Rp 20 miliar, Padang Pariaman Rp 29,5 miliar, dan Kota Solok Rp 27,6 miliar.

Waspadai Gempa Susulan

Hingga pukul 23.00 WIB Rabu (7/3) malam, gempa susulan yang terjadi hampir 400 kali, di antaranya yang dirasakan 40 kali. Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Padang Panjang Sumarso mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai gempa susulan. "Peluruhan gempa akan berakhir pada 14 hari ke depan sejak gempa pertama terjadi," kata Sumarso.

Dari Palembang dilaporkan, Pemprov Sumatera Selatan telah mengirimkan bantuan dan akan membuka Posko Kesehatan di lokasi gempa di Sumbar. Menurut Gubernur Syahrial Oesman, selain uang tunai dan obat-obatan, bantuan juga berupa selimut, obat-obatan, dan makanan yang total bernilai Rp 250 juta.

Bantuan juga disalurkan oleh Pemprov Riau berupa makanan, obat-obatan, tenda, dan peralatan dapur umum, serta diberangkatkan tim medis untuk membantu penanganan korban luka akibat gempa. Selain itu, Brigade Siaga Bencana dari Dinas Kesehatan Riau juga diberangkatkan yang terdiri dari dokter dan perawat.(nat) Sumber : purwandi/m. nasir/denny w - sinarharapan.co.id
Halaman :
1

Ikuti Kami