Penghapus Masa Lalu

Family / 12 December 2005

Kalangan Sendiri

Penghapus Masa Lalu

Admin Spiritual Official Writer
4833

Nama itu begitu melekat dalam hidup saya. Semua orang memanggil saya saraf... saraf... si saraf.

Sejak kecil, saya mengalami berbagai macam penyakit yang menimpa kehidupan saya. Ini sangat mempengaruhi kehidupan saya hingga remaja bahkan pemuda. Waktu kecil saya ingat waktu itu benar-benar tidak bisa berjalan. Yang saya ingat pada saat itu adalah bahwa saya harus menggunakan pantat saya untuk bisa berjalan.

Penyakit demi penyakit silih berganti menyerang Yudi kecil. Penyakit pertama yang menyerangnya adalah sejenis penyakit kurap yang menyerang sekujur kepalanya yang membuatnya amat menderita. Penyakit lainnya yang kemudian menyerangnya adalah polio dan paru-paru basah. Penyakit ini membuat keadaan tubuhnya menjadi lemah. Rasa sakit yang dialami Yudi kecil membuatnya begitu tersiksa. Yudi melampiaskan hal ini dengan mengamuk dan menangis sepanjang hari. Hal inilah yang membuat orang-orang di sekitarnya memanggilnya si saraf. Semua orang menjauhi dirinya.

Pada usia saya yang ketiga tahun, mama mengundang teman-teman saya untuk menghadiri perayaan ulang tahun saya yang ketiga. Ternyata teman-teman meninggalkan saya dan tidak ada yang datang sama sekali. Itu yang membuat saya tertolak.

Kejadian pahit itu melukai hati Yudi. Ia merasa dirinya tidak sebaik teman-temannya. Hal ini terus berlanjut hingga ia memasuki masa-masa sekolah.

Teman-teman sekolah selalu mengejek dan mereka tidak mau bergaul dengan saya. Mereka tinggalkan saya seorang diri hingga saya tidak punya teman sama sekali. Setiap kali bel berbunyi, semua teman-teman saya bermain keluar. Pada saat saya ikut keluar maka banyak teman-teman saya yang langsung kerumuni saya dan mereka jambak kepala saya. Mereka juga mendorong-dorong dan bahkan menonjok saya. Itu membuat saya ketakutan sekali.

Setiap hari Yudi mengalami teror seperti ini yang membuat jiwanya semakin tertutup dan menderita. Masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Setiap remaja membutuhkan rasa aman untuk mengembangkan kepribadian diri. Namun tidak demikian yang Yudi alami.

Memasuki masa remaja, mungkin penyakit saya sudah sembuh waktu itu. Tetapi karena ada ketertolakan dimasa kecil membuat ada gangguan dalam kejiwaan saya. Teman-teman banyak yang menjauhi saya, namun mereka juga mengejek saya. Ini berlangsung terus menerus dan merupakan suatu siksaan bagi saya. Dan pada waktu itu saya ketakutan sekali, saya keringat dingin dan tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Dalam hati saya merasakan kekosongan. Ada kesendirian yang tidak saya ketahui. Ada juga ketakutan yang tidak bisa saya lepaskan.

Yudi ingin sekali melepaskan dirinya dari keadaan ini, namun ia merasa tidak mampu.
Akhirnya yang bisa ia rasakan adalah kemarahan yang memenuhi hatinya bila mengingat perlakuan teman-temannya, namun ia tidak mampu berbuat apa-apa.

Saya begitu kecewa dengan perlakuan mereka, tapi saya tidak mampu berbuat apa-apa untuk membalas. Keinginan saya untuk membalas dendam karena benci dan sakit hati tidak pernah dapat terwujud. Saya merasa bahwa saya adalah orang gagal dan gagal dan tidak ada harapan sedikitpun. Saya juga tidak tahu masa depan saya bagaimana. Ada satu suara dalam pikiran saya yang mengatakan bahwa saya tidak akan mungkin berhasil karena saya ini ditolak, tidak punya teman, tidak punya harapan apa-apa dan bodoh. Itulah suara-suara yang seringkali saya dengarkan pada waktu itu.

Hari demi hari dilewati Yudi dengan keadaan yang sama. Sebagai seorang remaja, gambaran terhadap dirinya hancur sudah. Sampai suatu ketika, Yudi bertemu dengan seseorang yang memberinya sesuatu hal yang indah.

Ada seorang hamba Tuhan yang menceritakan tentang kasih Tuhan. Bagaimana Tuhan mengasihi manusia dengan jalan turun ke dunia untuk menyelamatkan saya. Pada saat itu hati saya begitu tersentuh. Saya mengakui semua dosa-dosa. Saya juga mengatakan bagaimana keadaan saya yang bodoh, tidak ada yang memperhatikan dan mengasihi saya, semua orang menolak saya. Pada saat itu saya hanya meminta Tuhan agar menjadi sahabat saya.

Satu hal yang indah terjadi ketika Yudi membuka hatinya bagi Tuhan Yesus. Yudi merasakan bahwa Tuhan Yesus adalah pribadi yang nyata dan ia sungguh merasakan kasihNya. Kasih Tuhan jugalah yang menyembuhkan luka hati dan pengalaman pahit yang selama ini ia alami. Rasa takut dan minder yang selama bertahun-tahun mengurungnya terlepas sudah.

Saya merasakan Tuhan menjamah saya. Saya mendengar jelas dalam hati saya, Tuhan mengatakan : "Aku mengasihi kamu apa adanya karena kamu adalah anakKu". Sejak kejadian itu kehidupan saya berubah total. Ada rasa aman, ada rasa damai saat saya berhadapan dengan orang lain. Pada saat saya bisa menatap mata orang, rasanya tidak ada lagi ketakutan.

Perlahan tapi pasti, Yudi mendapatkan kembali masa mudanya yang ceria. Teman-temannya tercengang melihat perubahan dalam diri Yudi. Prestasinya meningkat dan Yudi menjadi pribadi yang diterima dan dihargai. Waktu selanjutnya dalam kehidupan Yudi adalah kisah-kisah keberhasilan. Semua itu terjadi ketika Tuhan Yesus hadir dalam hidupnya.

Lulus SMA saya mencoba masuk di satu perguruan tinggi yang ada di Jakarta. Ini belum pernah saya bayangkan terjadi dalam kehidupan saya sebelumnya. Ketika masuk perguruan tinggi itu saya merasa terkejut karena saya bisa mendapatkan beasiswa di universitas itu. Saya bersyukur kepada Tuhan karena Dia baik sekali kepada saya. Saya tidak bisa membayangkan jika saya hidup dalam keadaan yang dulu. Saya bangga punya Tuhan yang memberikan saya kekuatan dan merubah hidup saya.

Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. (Filipi 4:7-8)

Sumber Kesaksian: Yudi Iskandar

Halaman :
1

Ikuti Kami