Waktu Awan Gelap Berlalu

Family / 15 January 2005

Kalangan Sendiri

Waktu Awan Gelap Berlalu

Admin Spiritual Official Writer
6811

Sumber Kesaksian: Tavip

Hidup Tavip baik adanya, hingga kecelakaan buruk menimpanya. Kejadiannya terjadi tahun 1991, pada waktu itu sebuah tiang katrol pengangkut besi seberat 200 kg patah dan menimpa kepala saya bagian kanan. Cedera berat saya alami, tengkorak kepala pecah dan sebagian otak saya keluar. Saya langsung tidak sadarkan diri. Kru di tempat saya bekerja mengatakan bahwa darah telah keluar dari semua bagian kepala saya, dari hidung, dari mulut, dari telinga saya keluar darah. Akibat cedera yang berat, saya mengalami koma sekitar tujuh hari. Dokter yang menangani mengatakan pada orang-orang yang menolong saya bahwa kondisi saya sangat kritis. Dokter mengatakan bahwa seperempat bagian otak saya telah terluka.

Setelah tujuh hari koma Tavip tersadar namun dengan keadaan berbeda. Setelah saya sadar, saya mencoba menggerakkan tangan dan kaki, tapi ternyata tidak bisa digerakkan sama sekali. Saya merasa jiwa saya menjadi begitu tertekan. Saya mulanya sehat dan tidak mengalami gangguan apa-apa, namun saat ini tiba-tiba tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam usia muda, dalam usia yang produktif, saya harus mengalami kecelakaan seberat ini. Saya menjadi begitu takut, dalam usia yang masih muda tidak terbayang dalam pikiran bahwa saya harus mengalami kelumpuhan seumur hidup. Saya menjadi sangat tertekan.

Akibat peristiwa ini saya tidak dapat bekerja untuk kurun waktu dua tahun lamanya. Akibat hal ini, keadaan ekonomi saya hancur. Saya juga menghadapi pukulan yang berat, rencana saya untuk bertunangan harus dibatalkan karena pacar saya tidak dapat menerima kondisi saya. Secara logika saya dapat mengerti keadaan ini karena saya juga berpikir bahwa tidak akan ada gadis yang mau menikah dengan orang cacat seperti saya. Hari-hari saya lalui dengan tangis putus asa, bahkan saya seringkali menyalahkan Tuhan atas kejadian ini. Mengapa Tuhan begitu tega mengijinkan hal ini terjadi dalam hidup saya?, mengapa saya yang harus mengalami kelumpuhan seperti ini?, mengapa saya harus masuk kedalam keadaan ekonomi yang sulit ini?. Begitu banyak pertanyaan dan ketidakpuasan yang keluar dari pikiran saya.

Suatu malam saya tersentak sadar. Saya ingat akan kejadian itu. Saya sadar, misalkan pada saat kejadian itu saya meninggal dunia, saya yakin saya akan masuk surga karena saya telah menerima Tuhan Yesus dalam hati sebagai Juruselamat saya. Akibat kesadaran itu, saya tidak berputus asa lagi. Saya mulai berdoa dan minta bantuan Tuhan untuk memberi kekuatan bagi hidup saya. Sejak saat itulah saya lalui hari-hari saya dengan banyak berdoa. Saya mulai mendapatkan kekuatan dan penghiburan dari Dia. Saya mulai bersyukur atas anugerah yang Tuhan berikan bagi hidup saya. Dalam kesedihan, dalam tangisan, Dia memberikan kekuatan bagi hidup saya.

Tuhan begitu baik bagi kehidupan saya, perlahan-lahan tubuh saya dipulihkan. Saya mulai bisa melukis. Lama kelamaan tubuh saya mulai bisa digerakkan normal kembali. Saya mulai bisa berjalan, dari tertatih-tatih hingga bisa berjalan perlahan. Akhirnya saya bisa pergi ke tempat lain dan bisa pergi untuk bekerja, bahkan kini saya dapat membawa mobil sendiri. Saya bersyukur, jika pada awalnya dokter bisa memvonis saya akan buta, lumpuh dan lain-lain tapi Tuhan sungguh baik pada saya. Tuhan memulihkan kesehatan saya walau perlahan-lahan. Saya juga bisa menjalankan usaha kembali dengan lancar, ekonomi saya perlahan-lahan Tuhan pulihkan. Bahkan lewat hasil usaha, saya dapat menghidupi dua puluh kepala keluarga.

Akibat kejadian kecelakaan, dahulu saya gagal bertunangan. Namun Tuhan itu baik pada saya, Dia berikan pada saya istri yang setia dan dua anak yang manis dan dapat membuat saya benar-benar merasakan arti dari kasih Tuhan. Saya sungguh bersyukur dalam hidup ini. Tuhan Yesus bukan hanya mengasihi saya tapi Dia juga sanggup memulihkan tubuh saya, kehidupan ekonomi saya. Tuhan juga memberikan keluarga yang harmonis pada saya, saya sangat bersyukur untuk hal itu.

Beginilah firman TUHAN: Di tempat ini, yang kamu katakan telah menjadi reruntuhan tanpa manusia dan tanpa hewan, di kota-kota Yehuda dan di jalan- jalan Yerusalem yang sunyi sepi itu tanpa manusia, tanpa penduduk dan tanpa hewan, akan terdengar lagi suara kegirangan dan suara sukacita, suara pengantin laki-laki dan suara pengantin perempuan, suara orang-orang yang mengatakan: Bersyukurlah kepada TUHAN semesta alam, sebab TUHAN itu baik, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!, sambil mempersembahkan korban syukur di rumah TUHAN. Sebab Aku akan memulihkan keadaan negeri ini seperti dahulu, firman TUHAN. (Yeremia 33:10-11)

Halaman :
1

Ikuti Kami