Kelumpuhan Yang Aneh

Family / 15 January 2005

Kalangan Sendiri

Kelumpuhan Yang Aneh

Admin Spiritual Official Writer
7453

Sumber Kesaksian: Andreas Ateng

Ia lahir dan tumbuh dengan normal sampai SD. Pada suatu siang ia mengalami kelelahan yang tidak pernah dialami sebelumnya. Ia tidak pernah berpikir bahwa siang itu adalah awal dari penderitaan yang akan dia alami selama delapan bulan ke depan. Bermula dari sekedar lemas-lemas, kemudian pagi harinya kakinya tak dapat digerakkan. Mungkin hanya sakit biasa pikirnya, tapi hari demi hari mulai terjadi keanehan pada kakinya. "Ada apa ini........kakiku mulai mengecil." Ayahnya membawa ke rumah sakit tetapi dokter tak dapat mendeteksi apa penyakit Ateng sebenarnya. Vonis dari semua kerabatnya adalah Ateng mengalami kelumpuhan yang aneh.

Hari demi hari yang Ateng lewati membawanya kepada keputusasaan. Setiap kali ada persekutuan doa di rumahnya, ia didoakan tetapi tak ada perubahan. Yang terjadi dalam hatinya bukan pengharapan tapi kekosongan demi kekosongan. Kunjungan teman-teman sekolahnya membuatnya terhibur tetapi setiap kali mereka akan berpamitan untuk pulang Ateng semakin menderita karena harus kembali pada kenyataan. Doa-doa yang sering dinaikkan oleh orang-orang di persekutuan doa membuatnya semakin frustasi.

Pagi itu tepat bulan ke delapan ia terbaring sakit. Ateng bangun dengan hati dan pengharapan yang kosong. Tidak ada sesuatu yang luar biasa pagi itu. Tidak ada kunjungan teman-teman, ia hanya menatap langit-langit kamarnya tidak tau mau berdoa apa lagi, ia sudah kehabisan kata.........tiba-tiba ada suara "Ateng berdiri dan berjalanlah" tetapi keputusasaan membuat Ateng menghiraukan suara itu.

Suara itu tidak berhenti, terus-menerus dan akhirnya membuat Ateng mencoba untuk menurutinya. Ateng mulai menarik kakinya, menekuknya.....tangannya mulai meraih kayu-kayu di tembok, ia mulai merasakan ada tenaga yang perlahan mulai mengalir kedua kakinya seiring dengan usahanya untuk berdiri dan akhirnya Ateng berdiri tegak dan mulai berjalan, satu langkah ia lewati dua langkah ia lewati sampai akhirnya keluar kamar dengan pasti dan segera menghampiri ibunya.

Hari itu Ateng dapat berjalan lagi dan kakinya mulai kembali ke ukuran semula. Setiap kali ia mengingat kejadian itu, ia menjadi sadar bahwa setiap langkahnya diatur oleh Tuhan.

Halaman :
1

Ikuti Kami