Pengidap HIV/AIDS Indonesia Meledak Ratusan Persen

Internasional / 1 January 2005

Kalangan Sendiri

Pengidap HIV/AIDS Indonesia Meledak Ratusan Persen

Puji Astuti Official Writer
13079

JAWABAN.com - Makassar - Jumlah penderita HIV/AIDS di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami peningkatan sampai 300 persen. Pada 2005, jumlahnya baru mencapai sekitar 300 orang, saat ini telah mencapai lebih 1.000 orang. Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Sulsel, mencatat angka penderita yang meningkat itu kebanyakan pada usia produktif, antara 15 hingga 25 tahun, di antaranya terdapat belasan bayi.

Ketua KPA Sulsel, H. Syahrul Yasin Limpo mengajak masyarakat Sulsel untuk bersatu menanggulangi penyakit HIV/AIDS. Sehubungan hal itu, KPA Sulsel telah menggalakkan penyuluhan dengan mencanangkan gerakan 1.000 penyuluh bekerja sama LSM.

"Kita sudah bentuk gerakan 1.000 penyuluh untuk mengantisipasi HIV/AIDS, sekalian narkoba,'' kata Syahrul pada puncak peringatan Hari AIDS Sedunia, di Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat, Makassar, Minggu (3/12) malam. Puncak peringatan Hari AIDS itu ditandai dengan penandatanganan spanduk sepanjang 95 meter yang diikuti para pengguna jalan.

Gerakan 1.000 penyuluh digabungkan antara HIV/ AIDS dan narkoba, sebab menurut Syahrul, keduanya tidak bisa terpisahkan. Dari data penderita menunjukkan bahwa yang terbesar saat ini adalah penularan HIV/ AIDS melalui jarum suntik.

Dari catatan KPA, penderita HIV/AIDS terbanyak di Makassar, mencapai 760 orang lebih. Saat ini, sebanyak 12 penderita AIDS sedang dirawat di Rumah Sakit Regional Wahidin Sudhirohusodo, Makassar, seorang di antaranya adalah bayi perempuan berusia 10 bulan yang diduga terinfeksi virus HIV, setelah dilakukan tes darah.

Project Officer Care Support Treatmen (CST) HIV/ AIDS Rumah Sakit Regional Wahidin Sudhirohusodo, Makassar, Hasbi Ibrahim menjelaskan, selain bayi perempuan itu, sebelumnya rumah sakit tersebut juga telah merawat 15 orang bayi yang diduga tertular HIV, rata-rata kasusnya sama, mereka ditulari oleh orangtuanya yang pengidap HIV/AIDS.

Hasma, ibu pasien bayi yang ditemui di RS. Wahidin mengaku, suaminya memang pecandu narkotika. Sejak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, suaminya telah mengkonsumsi ekstasi, kemudian beralih menggunakan jarum suntik. Tapi, ia sama sekali tidak menyangka, jika virus mematikan itu telah menggerogoti tubuh suaminya dan menulari dirinya, serta bayinya.

Sejak tiga tahun terakhir, jumlah pengidap HIV/AIDS yang dirawat di RS Wahidin, sebanyak 260 orang, dengan rincian 2004 sebanyak 24 orang, tujuh orang di antaranya meninggal dunia. Sedang 2005 sebanyak 88 orang, 37 orang di antaranya meninggal dunia, 2006 sebanyak 148 orang, 38 orang meninggal dunia.

Bandung

Sementara itu, wacana pembangunan AIDS Center di Jawa Barat bakal segera terealiasasi tahun depan. Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana untuk membangun fasilitas itu di lokasi Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Jalan LLRE Martadinata, Bandung.

Wakil Gubernur Jabar yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jawa Barat, Numan A Hakim seusai mengadakan dialog interaktif dengan berbagai radio swasta di Kota Bandung, di halaman Gedung Sate, pekan lalu menjelaskan, hingga September 2006 kasus HIV/AIDS di Jawa Barat mencapai 2.154 kasus, terdiri dari 798 AIDS dan 1.356 HIV Positif. Menurut faktor resiko, HIV/AIDS lebih banyak disebabkan penggunaan Napza suntik yang mencapai 1415 kasus, heteroseks sebanyak 404 kasus, homoseks/biseks (30 kasus), tranfusi 2 kasus, perinatal 21 (kasus), tato (1 kasus) dan tidak diketahui (281 kasus).

Secara terpisah, Sekretaris KPA Jawa Barat, Tio Indra Setiadi menuturkan selain berfungsi sebagai pusat informasi, AIDS Center juga akan dipakai sebagai rumah sakit khusus bagi ODHA. Dana awal untuk pembangunan AIDS Center ini sebesar Rp 250 juta yang digunakan untuk seminar-seminar, studi banding, sosialisasi, dan peningkatan sumber daya manusia.

Sedangkan, dari Padang, Sumatera Barat (Sumbar) dilaporkan, sebanyak 40 orang dari 70 orang pasien pengidap HIV/AIDS yang menjalani perawatan di RSUP Dr M Djamil Padang, berakhir dengan kematian. Sementara sisanya, 30 orang pasien masih mampu bertahan hidup dan terus dirawat.

Padang 700 Persen

"Tahun 2004-2005, jumlah kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan sekitar 400 persen. Sedangkan tahun 2005-Juni 2006 juga mengalami peningkatan sekitar 700 persen. Ke depan, diperkirakan jumlah penderita HIV/AIDS ini akan terus mengalami peningkatan ketahap 1.000 persen," kata Ahli HIV/AIDS Sumbar dr Armen SpPD, dalam acara Talkshow HIV/AIDS, Napza, Maksiat yang diselenggarakan BEM KM Unand, Minggu (3/12). Hadir juga pemateri lain, Wakil Walikota Padang, Yusman Kasim, seniman Anneke Putri dan Konselor HIV/AIDS Sumbar Alfitri.

Menurut Armen, pengidap HIV/AIDS paling banyak terjadi di Kota Padang dengan jumlah pengidap 47 orang atau 67 persen, disusul Kota Bukittinggi sekitar 8,5 persen, Kabupaten Agam sekitar 4,2 persen, Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Solok sekitar 2,8 persen serta Kota Payakumbuh dan Kota Padang Panjang 1,8 persen.

Umumnya, kata Armen, pasien pengidap HIV/AIDS itu hampir 96 persen berusia muda, yakni antara umur 20-25 tahun. "Kasihan kita melihat mereka. Apalagi, di saat masih muda belum sempat berprestasi, tapi sudah berhadapan dengan maut," kata ujar Armen.

Di Jakarta, PT Unilever bekerja sama dengan Radio Prambors dan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB), menggelar kampanye memerangi HIV/AIDS pekan lalu di area dunia fantasi (Dufan) Ancol. Menurut General Manager, Yayasan Unilever Peduli, Okti Damayanti, acara ini dihadiri sekitar 5.000 orang bertujuan menyampaikan pesan kepada remaja agar mampu melindungi diri mereka dan orang-orang yang mereka cintai dari penyalahgunaan narkoba dan kemungkinan terjangkit HIV/AIDS. (nat)

Sumber : suarapembaruan.com
Halaman :
1

Ikuti Kami