Di tengah derasnya arus dunia digital, anak-anak membutuhkan orangtua yang hadir sepenuhnya—yang bukan hanya mencintai, tetapi juga mampu mengarahkan dan menuntun mereka dengan nilai-nilai ilahi.
Inilah yang menjadi kerinduan kami melalui The Parenting Project (TPP), sebuah seri pengajaran yang menolong para orangtua menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka. The Parenting Project bukan sekadar materi ajar, tetapi pelatihan yang men-transformasi cara pandang orangtua untuk menjadi co-pilot terbaik dalam perjalanan hidup anak-anaknya.
Dampaknya sudah kami saksikan atas keluarga peserta The Parenting Project, salah satunya adalah Ibu Meilani (41 tahun) asal Medan, Sumatera Utara. Ia tak menyangka bahwa kebiasaannya membiarkan anak sulungnya bermain handphone tanpa batas bisa berujung pada hal yang mengejutkan—suatu hari sang anak anak meminta dibelikan bahan-bahan untuk merakit bom. Sebagai seorang ibu, ia begitu shock dan menolak permintaan yang bukan saja tidak masuk akal tetapi sangat berbahaya.

Meilani & Given
Titik balik pun datang ketika ia mengikuti The Parenting Project di gerejanya. Melalui materi 'Rumah Tangga Digital', ia menyadari pentingnya memberi batasan dan kesepakatan dalam penggunaan gawai.
“Waktu masuk materi Rumah Tangga Digital, saya tersadar ternyata selama ini saya kecolongan. Kami kasih handphone karena nilainya bagus, tapi malah dia terus main tanpa batas,” tuturnya.
Materi tersebut membukakan matanya tentang pentingnya memberikan batasan, kesepakatan yang jelas, dan pengawasan aktif terhadap akses digital anak. Ibu Meilani kini mulai menerapkan batasan penggunaan handphone setiap hari, mengambil kembali peran sebagai pemegang kendali dan pengarah dalam kehidupan digital keluarganya.
Jangan biarkan orang tua lain kecolongan karena kurangnya pengetahuan. Dukung The Parenting Project hari ini menjangkau lebih banyak orangtua di berbagai pelosok negeri.
Jadilah bagian dari perubahan keluarga!