Kontradiksi Antara Sistem Ekonomi Tuhan dan Manusia, Yang Manakah Kamu?
Kalangan Sendiri

Kontradiksi Antara Sistem Ekonomi Tuhan dan Manusia, Yang Manakah Kamu?

Lori Official Writer
      3142

Mazmur 138: 3

Pada hari aku berseru, Engkaupun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.


Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 71; Ibrani 5; 2 Tawarikh 33-34

“Yesus. Yesus.Yesus,” seruku dalam doa. Itu adalah yang keempat kalinya aku berlutut di kamar tidurku selama sehari dan berseru kepada Tuhan.

Aku yang merasa lemah memaksaku untuk berlutut.

Itu adalah masa tergelap dalam hidupku. Aku baru saja pindah meninggalkan teman-teman, gereja dan kehidupanku sebelumnya di Florida dan hidup jadi petani di North Carolina.

Aku membawa Tom dan ibuku yang sudah berusia 92 tahun. Kami sama sekali tak tahu soal bertani kecuali mempelajarinya dari Youtube.

Saat aku berlutut kepada Tuhan, saat itulah semua bebanku rasanya terangkat penuh. Tuhan memberiku kekuatan yang besar untuk beberapa jam dan kemudian berlutut lagi dihadapanNya.

Aku masih merasa begitu lemah. Awalnya hal itu membuatku merasa kewalahan, sekarang aku berterima kasih kepada Tuhan atas masa-masa itu. Karena kelemahan itu membuatku memilih untuk tergantung penuh kepada Tuhan.

“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” (2 Korintus 12: 9)

Kedengarannya aneh bukan?

Bagaimana mungkin Tuhan menunjukkan kuasa-Nya di tengah kelemahan kita?

Tapi inilah kontradiksi antara perkataan Yesus dengan manusia.

Seperti halnya saat manusia berkata, “Kamu kuat. Kamu bisa melakukannya!” Ada juga yang bilang, “Jagalah dirimu sendiri.”

Tapi Yesus berkata, “Layanilah seorang akan yang lain seperti Aku melayani engkau.”

Manusia berkata, “Nikmatilah semua yang bisa kamu nikmati di dunia ini karena kamu gak akan bisa membawanya mati.” Tapi Yesus berkata, “Berinvestasilah di surga karena engkau akan menuainya kelak.”

Sistem ekonomi Tuhan tidak seperti sistem ekonomi dunia. Dia membayar dividen kekal yang tak pernah kadaluarsa atau terbatas.

Waktu aku tinggal bersama orangtuaku, ayahku kehilangan kedua kakinya karena diabetes. Aku hampir berada di titik puncak saat salah satu teman dari gerejaku datang. Dia datang bukan dengan tangan kosong. Dia membawa dua makanan lengkap dari toko makanan lokal, piring kertas, serbet dan peralatan makanan stainless stell.

Mungkin harganya sekitar 40 dolar. Aku masih ingat hari itu. Kedatangannya ibarat angin sejuk di musim panas bagiku. Kelemahanku memberinya kesempatan untuk melayani. Aku mengadu kepada Tuhan dan Dia mengirimkan seorang teman untuk melayani keluarga kami.

Aku merasa sedang berada di dalam sistem ekonomi Tuhan yang menghasilkan tindakan yang eksponensial. Saat aku akan kembali ke rumah Bapa, aku akan mencari dia dan berterima kasih kepadanya.

Tahukah kamu apa yang mungkin akan dia katakan? Aku merasa dia akan berkata, “Terima kasih Tuhan.”


Hak cipta Pauline Hylton, digunakan dengan ijin Cbn.com.


Ikuti Kami