Pemimpin
Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus menyampaikan bahwa menjadi suatu
kehormatan jika dirinya mendapat kritikan dari gereja konservatif Amerika Serikat (AS).
Kritik-kritikan
terhadap Paus ini bahkan ditulis dalam sebuah buku baru berjudul ‘How America
Wants to Change the Pope’ yang ditulis oleh Nicholas Seneze. Seneze lalu menyerahkan buku tersebut kepada Paus saat hendak melakukan kunjungan pelayanannya.
Di dalam
buku ini, sederet kaum konservatif Amerika mengecam sikap Paus terkait masalah
imigran dan orang-orang China, kapitalisasi pasar bebas, masalah lingkungan dan
aturan hukuman mati dan sakramen bagi umat Katolik. Beberapa bahkan menuduh Paus sebagai bidat.
Dipastikan kritikan
ini muncul dari sikap yang disampaikan Paus soal perlindungan terhadap imigran
dari negara-negara terdampak perang dan komitmen untuk mengurangi pemanasan
global. Selain itu, dia juga pernah menyampaikan bahwa pemimpin politik yang getol
membangun tembok sendiri akan ‘menjadi tahanan tembok yang mereka bangun’. Pernyataan
itu sendiri dinilai berkaitan dengan rencana Presiden Donald Trump untuk membangun tembok di perbatasan selatan.
Sehingga banyak
dari kaum konservatif AS yang terpancing amarah dan melayangkan kritikan balik kepada Paus Fransiskus.
Kardinal Raymond
Burke, yang diturunkan jabatannya sebagai hakim agung Vatikan dan Steve Bannon,
mantan penasihat Gedung Putih adalah para pengkritik Paus Fransiskus yang paling blak-blakan.
Kritikan yang diterima Paus dari gereja AS ini sebenarnya sudah mulai muncul sejak tahun 2018 silam. Di tengah panasnya kasus pelecehan seksual, mantan duta besar Vatikan Uskup Agung Carlo Maria Vigano menuduh Paus telah menutup mata terhadap pelaku pedofil dari kalangan gereja. Dia bahkan meminta Paus untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Baca Juga:
Saling Serang, Begini Konflik Memanas Antara Israel dan Lebanon
Banyak yang Tinggalkan Iman, Penyanyi Ini Dorong Orang Kristen Cek Kembali Hatinya
Dengan besar
hati, Paus Fransiskus hanya menanggapi serangkaian kritikan yang disajikan di dalam buku tersebut dengan benar.
“Suatu kehormatan orang Amerika menyerang saya,” ucapnya.
Setelah menyampaikan hal itu, Paus pun menaiki pesawat dan bertolak ke Afrika Selatan.
Terkait hal ini, juru bicara Vatikan Matteo Bruni, menyebut bahwa Paus sendiri selalu terbuka dengan kritikan dari luar.
“Paus ingin
mengatakan bahwa dia selalu menganggap kritikan sebagai kehormatan, terutama
saat hal itu muncul dari pemikir otoritatif dan juga dari negara yang penting,” kata Bruni.
Bukan hanya
kali ini saja Paus Fransiskus menerima kritikan yang menyerang kebijakan dan sikapnya
terhadap beberapa masalah yang terjadi di berbagai negara. Bahkan Presiden Donald
Trump sendiri pernah menyinggung pernyataan Paus terkait rencananya untuk
melarang imigran masuk ke Amerika.
Meski begitu,
Paus tetap menyikapi kritikan dari orang nomor satu AS tersebut dengan lapang
dada. Buktinya, sampai hari ini Paus dan Trump justru tetap menjalin hubungan baik.