Ada saja pasangan suami istri yang hidup dalam satu atap tapi
berjalan ke dua arah yang berbeda. Hal ini terjadi bagi mereka yang di satu sisi mengalami keintiman dengan Tuhan sementara pasangannya tidak.
Dalam kondisi ini, ada banyak orang yang mungkin akan
bertanya. Apakah pernikahan akan berhasil bila pasangan memilih gak begitu peduli dengan keberadaan Tuhan?
Ada banyak kasus yang terjadi di masyarakat kita bahwa para
istri mengeluhkan suami mereka yang memilih keluar dari komunitas gereja dan
sama sekaligak mau beribadah. Sementara istri aktif dalam beragam pelayanan dan bahkan ikut kelompok kecil.
Di rumah istri-istri yang mengeluhkan hal ini berbagi kalau saat
mereka mendengar lagu pujian di pagi hari, suaminya malah memilih menonton
berita. Atau saat mereka membaca Alkitab, suaminya masih tidur terlelap. Bahkan
untuk berbagi tentang apa yang mereka alami bersama Tuhan pun sulit untuk dibagikan bersama pasangannya.
Hal inipun membuat istri menjadi kesepian, sendiri, dihakimi dan gak dihargai.
Kenapa sebagian pasangan Kristen harus mengalami hal ini?
Ada dua alasan kenapa pasangan mengalami perbedaan pertumbuhan rohani, diantaranya:
1. Perbedaan Karakter
Karakter yang berbeda antara suami dan istri bisa menyebabkan
pertumbuhan masing-masing menjadi berbeda. Jika istri adalah sosok yang
disiplin dan bahkan menganggap kehidupan agama sangat penting, maka kebanyakan
suami justru sebaliknya. Meskipun tetap dalam satu iman yang sama, namun suami akan lebih cenderung pasif.
Hal inilah yang membuat istri akan jauh lebih intim dengan Tuhan dibandingkan dengan suami.
Di sisi lain, istri yang merasa hidupnya lebih baik dengan lebih
aktif dalam kehidupan rohani mulai merasa lebih benar. Bahkan tak jarang mulai
mendikte kehidupan suaminya yang bahkan ke gereja pun jarang. Saat istri sudah
mulai menunjukkan respon semacam ini, maka suami akan semakin tak peduli dengan apapun yang berbau Tuhan.
Sebaliknya, saat istri semakin intim dengan Tuhan dan menunjukkan
buahnya dalam kehidupan sehari-hari. Maka percayalah, dampaknya bahkan akan terasa
kepada suami. Buah dari kedekatan bersama Tuhan akan membuat suami menyadari
bahwa bersama Tuhan pasangannya menjadi lebih baik. Suami istri tak lagi perlu saling
menghakimi atas hidup mereka masing-masing. Sebaliknya terdorong dan bahkan saling mendorong untuk hidup di dalam Tuhan.
Saat istri membiarkan suami bertumbuh melalui teladan hidupnya, saat itulah Tuhan akan membawa suami menyadari pentingnya hidup dalam kebenaran.
Baca Juga:
10 Ayat Alkitab yang Bantu Semakin Eratkan Hubungan Suami Istri
Merasa Direndahkan dan Dikasari, Mungkin Ini Tanda Istrimu Seorang Pembully
2. Menjadi Angkuh
Selain karena perbedaan karakter, suami istri bisa berjalan di dua arah yang berbeda karena kebanggaan yang disebabkan oleh keegoisan.
Istri yang hidup dengan kedisiplinan rohani bisa berubah menjadi
lebih penuntun. Dia berpikir untuk memaksa suaminya bangun lebih awal, membaca Alkitab dan berdoa. Istri berpikir kalau dia bisa mengasihi Tuhan maka suaminya juga harus.
Sayangnya, hidup pernikahan tidak dirancang untuk menuntun. Hubungan
pribadi seseorang dengan Tuhan tidak didorong oleh orang lain. Hanya Tuhan yang
bisa mengubah hidup seseorang. Dia adalah pribadi yang mampu membuat hati kita
merasa haus dan lapar rohani. Memaksa pasangan untuk hidup sama seperti
pasangannya hanya akan menimbulkan luka mendalam dalam pertumbuhan rohani di dalam Tuhan.
Ada tiga dampak yang bisa dialami suami saat dia dipaksa untuk hidup secara rohani, seperti:
Dalam kondisi ini, komunikasi suami istri akan sangat menyedihkan.
Jangankan berbagi satu sama lain, sikap saling menghakimi semakin tumbuh diantara
keduanya. Perbedaan arah ini akan membuat suami istri hidup dalam kebencian
yang semakin mendalam. Hal inilah yang jadi alasan kenapa Alkitab memperingatkan orang percaya untuk tidak menikah dengan orang yang tidak seiman.
Perpecahan terlalu menyakitkan untuk dipertahankan, sehingga menyebabkan pasangan yang dekat dengan Tuhan justru menjauh dari Tuhan.
Jadi, supaya pasanganmu hidup dalam pengenalan yang sama akan
Tuhan, jadilah teladan bagi hidupnya. Jangan biarkan dirinya dengan mudah
hanyut dalam penghakiman maupun pemaksaan yang sama sekali tidak membuatnya nyaman.
“Demikian
juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di
antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan
dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan
salehnya hidup isteri mereka itu.” (1 Petrus 3: 1-2)