Apakah Pernikahan Harus Menghasilkan Anak? Ini Yang Alkitab Katakan Tentang Ini
Sumber: Pexels.com

Marriage / 1 May 2023

Kalangan Sendiri

Apakah Pernikahan Harus Menghasilkan Anak? Ini Yang Alkitab Katakan Tentang Ini

Puji Astuti Official Writer
6231

Apakah pasangan menikah harus memiliki anak? Bagaimana dengan mereka yang tidak dikarunia anak atau bahkan memang tidak ingin memiliki anak?

Pernikahan adalah idenya Allah, dan merupakan gambaran akan kasih dan juga perjanjian antara Kristus dan gereja. Dengan kata lain Tuhan merancang pernikahan sebagai sesuatu yang penting, mendalam dan menjadi perumpamaan atau gambaran yang ingin Allah gunakan untuk menunjukan kasih Tuhan kepada dunia ini.

 

Pernikahan adalah gambaran hubungan Kristus dan Gereja

Hal itulah yang paling penting dalam hubungan suami isteri atau pernikahan, seperti yang dituliskan oleh Rasul Paulus dalam Efesus 5:22-33 ini:

Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.

Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.

Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.

 

Baca Juga: Fenomena Childfree yang Bikin Korea Selatan dan Jepang Krisis Penduduk, ASEAN Menyusul?

 

Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya.

Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.

Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.

Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.

Seorang suami adalah gambaran dari Kristus yang adalah kepala gereja, jadi para suami standarmu adalah menjadi seperti Kristus yang telah mengasihi jemaat dan bahkan rela mati di kayu salib untuk menebus dosa kita.

Para isteri, dirimu adalah gambaran dari gereja atau tubuh Kristus yang menundukkan diri kepada Kristus yang adalah kepala gereja. Jadi tunduklah kepada suamimu dalam segala sesuatu.

Jadi hubungan inilah yang utama dan penting.

 

Bukankah Tuhan perintahkan Adam dan Hawa untuk beranak cucu?

Mungkin kamu berkata, tapi bukankah Adam dan Hawa diperintahkan untuk “Beranakcuculah dan bertambah banyak”? Bukankah hal ini berarti pernikahan juga tujuannya adalah untuk melahirkan anak-anak?

Sewaktu Adam dan Hawa diciptakan, mereka dibuat segambar dan serupa dengan Allah. Jadi sewaktu Tuhan memerintahkan mereka beranakcucu, tujuannya bukan hanya agar dunia ini penuh dengan manusia, tapi agar mereka memultiplikasi gambar dan rupa Allah tersebut. Agar dunia ini dipenuhi oleh anak-anak Allah.

Namun kemudian dosa masuk dan menghancurkan gambar dan rupa Allah ini. Disinilah janji penebusan melalui Yesus Kristus dihadirkan. Disinilah Allah menghadirkan konsep hubungan Allah dengan gereja, dan Tuhan menginginkan kita bukan hanya menghasilkan anak-anak jasmani tapi yang utama adalah anak-anak rohani atau murid Kristus.

 

Baca Juga: Childfree Jadi Keputusan Banyak Pasangan Muda, Apa Sih Pandangan Alkitab Soal Hal Ini?

 

Tugas utama kita adalah melahirkan anak-anak rohani

Jadi tugas kita sebagai orang percaya adalah melahirkan anak rohani. Jika kamu punya anak-anak jasmani dan tidak memuridkan mereka di dalam Kristus, maka kamu belum menjalankan peran kamu sebagai orangtua yang Tuhan mandatkan kepada semua orang percaya.

Kamu tidak harus memiliki anak secara jasmani, tapi harus menghasilkan anak-anak rohani

Ada banyak faktor seseorang atau pernikahan tidak memiliki keturunan atau anak jasmani, mulai dari sakit, kemandulan, dan lain sebagainya. Walau demikian, kita wajib menghasilkan anak-anak rohani.

Tuhan Yesus pernah berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.” Markus 10:29-30.

Pada ayat di atas Yesus menjanjikan bahwa kita akan menerima seratus kali lipas hal-hal atau orang yang kita tinggalkan demi pemberitaan Injil. Hal itu akan kita terima dalam masa kehidupan saat ini, karena dalam kehidupan yang akan datang yang kita terima adalah kehidupan kekal. Jadi seratus kali lipat anak, saudara dan ibu dalam hal ini adalah sebuah hubungan rohani karena pemberitaan Injil.

Seperti Paulus menjadi bapak rohani bagi Timotius, demikian juga seharusnya kita dipanggil untuk menjadi orangtua-orangtua rohani. Yesus ingin kita mengubah cara pandang kita tentang keluarga, yaitu bukan hanya mereka yang bertalian darah dengan kita, namun mereka bertalian secara roh dengan kita, yaitu kepada mereka yang percaya kepada Yesus Kristus dan bersedia untuk dimuridkan untuk menjadi sama seperti Kristus.

Dalam Roma 9:8, Paulus menuliskan,”Artinya: bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar.” Jadi dalam Kerajaan Allah menghasilkan anak secara jasmani bukanlah keharusan, tapi kita harus menghasilkan anak-anak rohani, yaitu orang-orang yang dibimbing untuk mengalami kelahiran baru dengan percaya kepada Yesus Kristus Sang Juru Selamat.

Dalam Roma 16:13, Paulus juga menuliskan, "Salam kepada Rufus, orang pilihan dalam Tuhan, dan salam kepada ibunya, yang bagiku adalah juga ibu." Di sini menjadi gambaran yang jelas bahwa menjadi ibu tidak dibatasi dengan anak yang dilahirkan secara jasmaniah saja, tapi juga melalui hubungan sebagai seorang bapak atau ibu rohani bagi seseorang.

Jadi mari kita simpulkan bersama, bahwa Tuhan memanggil pernikahan sebagai sarana untuk memuridkan, baik anak-anak yang dilahirkan secara jasmani maupun anak-anak rohani, semuanya harus dimuridkan. Inilah panggilan tertinggi dari sebuah pernikahan, yaitu membawa berita Injil dan memuridkan menjadi tujuan utamanya.

Sudahkah pernikahanmu seperti yang Allah inginkan ini?

 

Baca Juga: 

Puluhan Tahun Pendarahan, Mungkinkah Bisa Memiliki Anak?

Website Ini Menjawab Kerinduanku Untuk Memiliki Anak

Sumber : www.desiringgod.org
Halaman :
1

Ikuti Kami