Jemaat dalam sebuah gereja marah-marah, lantaran pendetanya
mengajak mereka dan berdoa untuk presiden.
Jadi, minggu lalu, Presiden Trump melakukan kunjungan secara
tiba-tiba ke Church Baptist McLean di VA Utara dan meminta doa kepada mereka
sehingga pastor setempat yaitu David Platt pergi untuk berdoa ke depan.
Patt kemudian mengeluarkan pernyataan untuk menanggapi bahwa banyaknya
orang di gerejanya yang marah dengan keputusannya untuk maju dan berdoa bagi
presiden.
Sebelum berdoa untuk Presiden Trump, Platt kemudian membaca 1
Timotius 2:1-6 dari panggung:
"Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan,
doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk
semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala
kesalehan dan kehormatan. Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah,
Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan
memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Karena Allah itu esa dan esa pula Dia
yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,
yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian
pada waktu yang ditentukan."
Kemudian, Platt meletakkan tangannya di bahu presiden dan
memimpin jemaatnya tanpa malu-malu di depan altar sebagai perantara dan juga
saksi bagi presiden.
Sangat memalukan bahwa begitu banyak orang di gereja Platt
yang marah karena pilihannya untuk berdoa bagi presiden. Sebenarnya, orang-orang oposisi ini adalah
minoritas dari jemaatnya Platt juga mereka tidak mencerminkan Church Baptist
McLean di VA Utara.
Sebagai orang Kristen, harusnya kita berdiri dan berdoa bagi pemimpin kita, tidak peduli seberapa jahat dan ngerinya dia dalam memimpin, kita harus terus mengasihi dan mendoakannya. Semakin sering kita berdoa bagi atasan alias pemimpin kita, maka semakin besar kemungkinan Allah bekerja melaluinya.
WAJIB BACA NIH :
Model Ashley Graham Menyuarakan Iman Kristennya Sebagai Pelindung Dalam Dunia Karirnya!
Mungkin beberapa orang berpikir bahwa Platt memang harus
berdoa untuk Trump, tetapi sebaiknya jangan di depan umum.
Tetapi kenapa Platt melakukan ini? Karena ini adalah
kesempatan baginya untuk menggunakan mimbar sebagai saksi bagi dunia bahwa kita
ini adalah gereja yang sedang mencari Allah Yang Mahakuasa mempengaruhi pemimpin tersebut.
Lantas, apakah keputusan Trump dalam meminta doa kepada jemaat
adalah langkah politik? Mungkinkan itu upaya dia dalam mempertahankan dukungan
dari kelompok Injili untuk kampanyenya di tahun
2020 nanti?
Tidak ada yang tahu pasti dengan jawabannya. Jika pun
jawabannya adalah iya untuk politik, setidaknya kita harus tetap bersukacita.
Karena pendeta Platt berdoa dengan tulus 100% untuknya
dan Tuhan bisa mendengar doa Platt dan mengubah hati Trump.
Nggak ada seorangpun berada diluar
jangkauan penebusan Yesus, nggak ada orang yang terlalu berdosa sehingga
tak layak menerima rahmat Tuhan.
Jadi, mari terus berdoa bagi pemimpin kita, dimanapun kita berada, termasuk di Indonesia. Mari
terus berdoa bagi kondisi politik Indonesia dan
juga dunia, biarlah rencana Tuhan digenapi dan perlindungan Tuhan nyata atas
bangsa-bangsa. Amen.