Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens menilai bahwa saat ini kondisi Indonesia berada dalam posisi yang kurang kondusif jika berhadapan dengan masalah toleransi dan pluralisme. Konflik horizontal masih sering terjadi antarmasyarakat.
Selain itu menurut Boni kondisi politik di negeri ini diperparah dengan intoleransi. Banyak tokoh politik, menurutnya, saling menjatuhkan dengan menggunakan senjata suku dan agama. Tokoh politik juga dinilainya tidak dapat memberi contoh yang baik kepada masyarakat.
"Faktanya politik kita masih berupa politik yang rasialis. Menteri dalam negeri ingin menjatuhkan Lurah Susan dan bekerja sama dengan FPI, itu mungkin bagi sebagian orang normal, tapi sebenarnya itu sangat tidak mencemarkan pluralisme," ujarnya.
Dalam pernyataan yang disampaikan saat merilis hasil survei "Siapa figur pemimpin paling pluralis (pluralistis)?" di Jakarta, Kamis (10/11), Boni juga menilai bahwa presiden terpilih pada Pemilu 2014 diharapkan adalah sosok yang pluralistis karena kondisi indonesia yang terdiri dari beraneka ragam suku, etnis, dan agama mewajibkan hal tersebut.
"Jadi sebenarnya masyarakat kita ini bukan fanatik. Bukan kontra demokrasi. Yang jadi permasalahan mereka yang memakai simbol agama untuk melakukan perbuatan intoleran. Tapi mereka tidak mendominasi, jadi kita masih punya harapan," kata Boni.
Presiden Indonesia selanjutnya harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang tegas dan berani untuk menegakkan aturan dan hukum yang ada. Sehingga masyarakat dapat kembali mempercayai aparat pemerintah yang perlahan mulai meluntur akibat banyaknya kebijakan yang tidak memperlihatkan hasil.
Baca Juga Artikel Lain: