Belajar Dari Munarman, Ketika Emosi Berujung Cemoohan
Sumber: youtube.com

Internasional / 28 June 2013

Kalangan Sendiri

Belajar Dari Munarman, Ketika Emosi Berujung Cemoohan

Puji Astuti Official Writer
5609

Jumat, (28/6) pagi, masyarkat dunia maya sudah ramai membicarakan tindakan Juru Bicara Front Pembela Islam (FPI) Munarman yang menyiram Guru Besar Sosiologi Universitas Indonesia Tamrin Amal Tamagola dalam sebuah dialog yang disiarkan langsung oleh TV One.

Tentu saja banyak yang mengecam tindakan Munarman tersebut, dan tidak sedikit yang menjadikannya bahan lelucon sindiran akan perangai kasar yang disiarkan secara langsung dan dilihat oleh jutaan pasang mata tersebut.

Ketidakmampuan  tokoh ormas keagamaan tersebut menguasai emosi saat berdialog menjadi keprihatinan bagi Sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta Musni Umar.

"Ciri orang berilmu akan mengendalikan emosi saat berbeda pandangan. Jangan sampai terulang lagi karena seharusnya para tokoh menjadi teladan masyarakat,"  demikian pengharapan Umar yang dikutip oleh Kompas.com, Jumat (28/6).

Bukankah Anda setuju dengan pendapat Musni Umar? Seseorang pemimpin haruslah dewasa dalam bersikap. Terlebih tokoh yang menjadi panutan masyarakat, harus menjadi teladan dalam sikap dan tindak tanduknya.
Dalam sebuah dialog, sudah selayaknya saling menghargai pendapat satu sama lain. Perbedaan persepsi adalah sesuatu yang wajar, dan seperti yang diungkapkan oleh Umar, ciri orang berilmu adalah mampu mengendalikan emosi saat menghadapi perbedaan. Terlebih dalam sebuah dialog bukanlah mencari siapa yang paling benar atau salah, maupun kalah menang, namun untuk memahami pandangan yang berseberangan.

Raja Salomo yang bijaksana pernah menasihatkan seperti ini, "Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya."  Hal ini dapat diartikan bahwa mereka yang tidak bisa mengendalikan diri, membahayakan dirinya sendiri dan membuat dirinya tanpa perlindungan dan mudah diserang. Kiranya melalui kejadian ini, masyarakat Indonesia belajar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama, dan menjadi masyarakat yang dewasa dalam berdemokrasi, santun dan penuh welas asih terhadap sesamanya.

Baca juga artikel lainnya :

Berargumen, Profesor UI Disiram Air oleh Munarman

Jubir FPI Murnarman Dikeroyok Orang Tak Dikenal di Pondok Cabe

Emosi Negatif Datang dari Persepsi yang Salah

Hei Single, Kelola Emosi Marah Anda !

Kecewa Dengan Tuhan?

Sumber : Kompas.com | Jawaban.com | Puji Astuti
Halaman :
1

Ikuti Kami