Pentingnya Moderasi Islam Di Tengah Kebhinekaan Indonesia

Internasional / 11 July 2012

Kalangan Sendiri

Pentingnya Moderasi Islam Di Tengah Kebhinekaan Indonesia

Lestari99 Official Writer
8157

Kekerasan terhadap umat beragama terus terjadi di bumi Indonesia, yang seharusnya tidak terjadi di tengah nilai-nilai Pancasila yang menjadi ideologi negara. Dan kecenderungannya hal ini dilakukan oleh kelompok mayoritas yang tidak hanya melakukannya terhadap umat lain, namun juga di tengah umatnya sendiri.

“Saya ajak orang-orang yang berlabel Islam tapi nyatanya melakukan tindakan kekerasan, untuk kembali lagi kepada ajaran Islam, yang menghormati agama lain,” ungkap Duta Besar Mesir untuk Indonesia Ahmed El Kewaisny, dalam acara Multaqa Nasional II dan Seminar Internasional tentang Moderasi Islam yang diadakan oleh alumni Universitas Al Azhar, Kairo.

Lebih lanjut Menteri Agama Suryadharma Ali yakin bahwa Indonesia dapat menjadi contoh dari kerukunan agama yang bagus. Salah satunya dengan pelaksanaan MTQ di Kota Ambon dan Pesparawi di Sulawesi Tenggara. MTQ di Ambon sangat didukung kalangan non muslim. Begitu juga sebaliknya, Pesparawi mendapatkan dukungan dari muslim. Hampir 90% panitia Pesparawi adalah muslim. “Hanya saja kita sering dikapitalisasi oleh hal-hal kecil,” ungkapnya.

Namun di sisi lain Menag mengakui bahwa dakwah seringkali tidak memperhatikan kondisi sosial dan budaya sehingga berujung pada kekerasan dan konflik. Padahal tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945 yang menjamin adanya kebebasan dalam beragama dan beribadah sesuai dengan agama masing-masing. Tantangan terbesar bagi kaum mayoritas di Indonesia saat ini adalah kecenderungan kelompok yang makin ekstrem, yang menganggap dirinya paling benar dan sering menyalahkan pihak lain, serta kecenderungan kelompok lain yang justru semakin longgar dan makin tunduk pada budaya barat sehingga menguburkan nilai-nilai agama. Dalam hal inilah pemahaman dan praktek moderasi Islam sangat diperlukan.

Sementara itu Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) yang juga alumnus Al Azhar, Zainul Majdi, mengungkapkan bahwa umat Islam harus lebih banyak menerapkan konsep dan pemahaman Islam yang moderat. Ajaran itu tidak hanya menghargai aliran lain di dalam Islam, tetapi juga umat beragama lain. Kokohnya pemahaman moderasi Islam akan berdampak pada perilaku umat yang menjunjung perbedaan dan toleransi.

“Jadi, jika pemahaman Islam yang moderat atau lebih sering disebut moderasi Islam, gesekan maupun konflik tidak akan terjadi. Karena itu konsep Islam yang moderat harus lebih kokoh menghujam di bumi Indonesia,” ungkapnya sebagaimana dilansir UCA News.

Hasil penelitian Zainul yang telah tersebar di seluruh tanah air menemukan fakta bahwa munculnya benih-benih konflik akibat kurangnya pemahaman dan implementasi Islam yang moderat sehingga moderasi Islam menjadi suatu hal yang vital dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Peran serta para ulama dan tokoh masyarakat dalam menyuarakan pentingnya moderasi Islam ditenggarai dapat mengeliminasi paham-paham kebebasan tanpa batas, klaim paling benar dan fitnah serta menyalahkan pihak lain.

Pandangan yang sama disampaikan Wakil Mufti Besar Mesir, Prof Mohammad Anwar Salabi dan Wakil Rektor Universitas Al Azhar, Prof Hasan Awad. Mereka menegaskan moderasi Islam perlu lebih diterapkan di Indonesia mengingat negara ini terdiri atas berbagai suku, agama dan ras.

Kerukunan antar umat beragama haruskah menjadi suatu nilai yang semakin luntur di negara ini? Setiap warga negara Indonesia mungkin perlu kembali diingatkan bahwa bangsa ini berdiri di atas perjuangan pribadi-pribadi yang memandang orang lain sebagai warga sebangsa dan setanah air tanpa memandang latar belakang agama, suku dan budaya. Sebagai warga negara yang berideologikan Pancasila, mari bangun negeri ini di atas persatuan dan kesatuan yang mengatasi segala perbedaan yang ada.

 

Baca Juga:

Sumber : UCA News
Halaman :
1

Ikuti Kami