Nyaman Di Amerika, Chen Tak Dapat Lupakan China

Internasional / 19 June 2012

Kalangan Sendiri

Nyaman Di Amerika, Chen Tak Dapat Lupakan China

Lestari99 Official Writer
4117

Satu bulan sudah Chen Guangcheng dan keluarganya meninggalkan China. Aktivis China yang juga seorang pengacara ini telah memiliki kehidupan yang nyaman di Greenwich Village, New York. Chen menikmati kesempatan pertamanya untuk mempelajari dan menggunakan internet tanpa takut untuk ditangkap atau dipukul lagi. Namun ternyata hatinya tetap tidak tenang.

Dalam sebuah interview Senin (18/6), Chen yang menderita tunanetra dan menjadi pengacara otodidak ini menunjukkan kemarahan kepada pemerintah Beijing yang gagal menyelidiki para pejabat setempat yang menganiaya dirinya dan juga memukuli keluarganya. Chen dan istrinya, Yuan Weijing, mengatakan mereka sangat mengkuatirkan perlakuan kasar yang akan diterima oleh keluarga mereka yang masih tinggal di Provinsi Shandong.

Dalam pernyataan sebelumnya Chen mengharapkan terjadinya perubahan yang cepat dari hukum di China dan ia memegang janji pejabat Beijing yang mengatakan akan menghukum pejabat provinsi yang telah melanggar kewenangan mereka saat menyiksa dirinya.

Chen mengutarakan keyakinannya bahwa aturan hukum tidak bisa dihindari. Namun ia tidak melihat adanya tanda-tanda penyelidikan jujur yang dapat mengungkapkan perlakuan ilegal selama bertahun-tahun, bagaimana pemerintah melakukan pembalasan dengan menghasut mereka yang tidak bersalah, para petani dan wanita yang dipaksa untuk melakukan aborsi. Semua hal ini terdengar lebih menantang dibandingkan apa yang telah dilakukannya paska kedatangannya pada 19 Mei lalu. Chen mengancam akan mempermalukan pemerintah China jika mereka tidak segera bertindak.

“Jika mereka tidak membuka penyelidikan dalam waktu dekat, saya akan dengan cepat mengambil langkah berikutnya,” ungkapnya. “Dan itu artinya pemerintah pusat tidak akan memiliki kesempatan untuk menjadi pihak yang baik.”

Chen menolak untuk mengungkapkan lebih lanjut apa yang dimaksud dalam pernyataanya tersebut. Dalam beberapa pekan teralhir, Chen telah mengisyaratkan bahwa ia telah menyimpan rincian kebrutalan ekstrim yang dialami baik olehnya maupun istrinya selama menjalani penahanan rumah dalam satu setengah tahun terakhir.

Di tahun 2006, setelah Chen membuat marah pemerintah setempat saat ia membawa gugatan class action yang menentang sterilisasi paksa dan aborsi, ia dikirim ke penjara selama empat tahun dengan berbagai macam tuduhan yang dibuat-buat. Setelah dibebaskan pada tahun 2010, pasangan suami istri ini diisolasi di rumah mereka dengan penjagaan ketat, jendela ditutup dengan lembaran logam, dan mereka dipukuli ketika mereka mencoba untuk berkomunikasi dengan pihak luar.

Setelah mengetahui bahwa Chen telah melarikan diri, polisi setempat mengamuk di rumah kakak Chen di tengah malam, memukuli kakak dan istri kakaknya, yang mengalami luka serius sehingga tak dapat mengangkat tangan kanannya sampai saat ini. Chen mengatakan bahwa keponakannya yang mengarahkan pisau ke arah polisi yang menyerbu juga dipukuli dan ditahan dengan tuduhan percobaan pembunuhan. Para kerabat dan juga pengacara pilihan mereka telah diizinkan untuk mengunjungi keponakannya, namun Chen kuatitr bahwa aksi pemukulan itu akan terus berlanjut.

Upaya Chen untuk mengekspos aborsi paksa mendapatkan perhatian dari gerakan anti aborsi Amerika. Sejak kedatangannya di Amerika Serikat, beberapa aktvis bertanya-tanya apakah ia akan mendukung perjuangan anti aborsi di Amerika. Chen mengatakan bahwa di China masalahnya adalah aborsi paksa dan ia tidak perlu terlalu memikirkan moralitas yang mendasari aborsi. Saat ini, ia mengatakan, ia tidak yakin dimana ia berdiri, dan menambahkan, “Saya pikir hidup itu sendirilah yang harus dihargai.” Chen secara tegas membantah rumor bahwa ia adalah seorang penginjil Kristen.

Untuk masa depannya sendiri, Chen berharap ia dapat kembali ke China dalam beberapa tahun mendatang. Lalu bagaimana jka pemerintah China menolak keinginannya untuk kembali, dalam usaha menyingkirkan dirinya sebagaimana yang dialami para pembangkang lainnya? “Terlalu dini untuk memikirkan hal itu saat ini,” ungkapnya.

Perjuangan Chen bagi perubahan hukum di China memang masih panjang. Namun apa yang dilakukannya tidak akan pernah sia-sia. Karena sesungguhnya Chen tidak berjuang sendiri. Banyak orang yang mendukung bagi perubahan China yang lebih baik, terutama menyangkut beberapa hukumnya yang tidak manusiawi berupa aborsi paksa untuk mengontrol pertambahan penduduk.

 

Baca Juga:

Sumber : nytimes.com
Halaman :
1

Ikuti Kami