Selalu ada
dua penyebab perceraian, pertama terjadi karena sesuatu yang sebab yang tidak disadari dan kedua karena keduanya buta.
Perceraian yang terjadi karena suatu sebab yang tidak disadari meliputi:
- Buru-buru
menikah tanpa menyelesaikan persoalan masing-masing atau kedua belah pihak terlebih
dahulu. Misalnya, kecanduan, karakter kasar dan keras, cara bicara yang buruk dan kondisi keluarga yang tidak baik.
- Menikahi seseorang
yang memiliki karakter yang sangat bertolak belakang. Misalnya, pasangan yang suka berbohong atau selingkuh.
- Menikah tanpa
memiliki komitmen yang kuat untuk sama-sama menjalani pernikahan dalam segala keadaan.
- Menikah dengan seorang pemalas.
Mudah sekali
bukan memprediksi bagaimana perjalanan pernikahan seperti ini. Apakah bisa bertahan
lama atau hanya sementara. Ini sama halnya dengan memprediksi pernikahan yang baik mengalami goncangan.
Dengan semua
kekeliruan yang kita lakukan saat memutuskan untuk menikah apakah pernikahan kita
pasti akan berujung pada perceraian? Padahal, dari sekian banyak pernikahan yang
berakhir dengan perceraian, sebagian besar diantaranya merupakan pernikahan yang dibangun dengan keputusan yang benar.
Perceraian yang
terjadi dalam sebuah pernikahan yang kelihatannya bahagia dan baik-baik saja disebabkan karena sinyal-sinyal yang salah, seperti:
- Utang yang terus bertambah (Ibrani 13: 5; Roma 13: 8)
- Komunikasi yang tidak baik (Amsal 12: 18; Amsal 18: 2; Amsal 29: 11).
- Istri-istri
yang hanya fokus dengan penampilan fisik (1 Yohanes 2: 16-17). Tampil sehat dan
menarik dimata pasangan memang penting. Tapi menjadi salah ketika motivasi itu ditujukan untuk mendapatkan pujian dari banyak orang, seperti tetangga atau rekan kerja.
- Mengulangi
kesalahan terus menerus selama pernikahan (1 Korintus 13: 11). Setiap orang
pernah melakukan kesalahan. Itu hal yang wajar apalagi dalam kehidupan berumah tangga.
Tapi jadi tidak wajar kalau pasangan suami/istri terus menerus mengulangi
kesalahannya. Bagaimanapun, setiap orang pasti punya batas kesabaran dan akibat dari kesalahan itu pasti akan berimbas pada ketidakharmonisan dalam hubungan.
- Tidak memupuk
cinta dalam pernikahan. Hal ini bisa menyebabkan cinta antara suami dan istri meredup.
Akibatnya, pernikahan menjadi hambar dan membuat suami atau istri mulai mencari
pelarian di luar rumah. Pengkhotbah 9: 9 memberikan kita lima kata nasihat penting.
“Nikmatilah hidup dengan isteri yang
kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di
bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari.”
Karena itu,
kita semua pasti setuju supaya kita berhati-hati dalam memilih pasangan hidup. Nikahilah
seseorang yang sehat secara psikologis. Karena mereka yang masih bergumul dengan dirinya sendiri adalah orang-orang yang tak ingin bertumbuh menjadi lebih baik.
Jadi untuk
mengurangi kehancuran pernikahan dikalangan orang-orang Kristen, kita hanya butuh
sedikit usaha dan perhatian. Persiapkan hati dan pikiranmu hanya selama 5 menit saja merenungkan hal ini.
Mulailah melakukan
beberapa hal bersama pasanganmu. Baca firman Tuhan bersama-sama dan mulailah dengan analogi lampu sorot dengan mengajukan pertanyaan:
- Apakah firman ini ditujukan untuk kita?
- Apakah hal ini menunjukkan lampu kuning bagi pernikahan kita?
- Apakah ini masalah lampu hijau bagi kita?
Setelah menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas, mulailah mencari tahu hal-hal yang perlu
diperbaiki dan yang memerlukan perhatian penuh dalam pernikahan. Jangan sampai masalah-masalah
kecil yang dibiarkan terus tumbuh menjadi bumerang yang merusak pernikahan.